KAKAK
Beberapa hari setelah perjalanan di Acropolis, Lyra mengulangi materi-materi yang ada di buku yang dipinjamkan oleh Nuca. Tak lupa pula ia mengulangi catatan-catatan yang ia buat di Acropolis.
Satu bulan lagi, ia akan menghadapi ujian masuk perguruan tinggi. Ia sedikit cemas.
"Hem, Lyra nama alat musik ya?" ucapnya sambil membaca catatannya kemarin.
Kerutan keningnya kian dalam, ia penasaran tentang namanya. Ia mencoba mencari pembahasan Alat musik itu di buku sejarah yang dipinjamkan Nuca, namun hasilnya nihil.
"Uh nggak ketemu!" ia berdecak sebal.
***
Makan malam tiba, Lyra yang selesai mandi langsung menuju meja makan. Terlihan Valeri dan suaminya sudah dahulu duduk. Disusul Nuca yang baru turun dari kamarnya.
"Bagaimana Lyr? Belajarmu lancar?" tanya Stev sambil menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.
"Lancar Om," jawabnya. "satu bulan lagi tesnya dimulai," sambungnya.
Stev mengangguk mendengar jawaban Lyra. Nuca yang duduk disampingnya ikut memecah keheningan meja makan.
"Setelah selesai makan, kita belajar ya Lyr!"
Lyra terhenti gerakannya, ia sedikit bersemu mendengar ucapan Nuca. "Eh i.. iya Nu." jawabnya ragu.
Nuca tersenyum, dan hal itu membuat Lyra semakin tak karuan.
"Aku kenapa gini sih?" ucapnya dalam hati.
Valeri yang menyadari kesalahtingkahan Lyra tersenyum jahil pada Lyra. Lyra yang menyadari prilaku tantenya itu langsung menunduk dan pura-pura tak melihat. (Salting Lyranya Guys:))
***
Tuk.. tuk.. tuk..
Nuca mengetuk daun pintu kamarnya Lyra.
"Iya sebentar," terdengar sahutan dari dalam kamar, Lyra yang sibuk menata rambutnya.
Beberapa saat kemudian, muncullah Lyra membukakan pintu .
"Ayo masuk Nu," ajak Lyra.
Nuca sedikit tersentak saat melihat Lyra, menurutnya Lyra sedikit berbeda. Namun ia berusaha menampakkan ekspresi senetral mungkin. Ia tak mau Lyra menganggapnya aneh.
"Kamu sudah sampai mana belajarnya Lyr?"
"Sampai sini Nu," jawab Lyra sambil menunjuk halaman sebuah buku.
Nuca menganggukkan kepalanya dan membalik halaman selanjutnya dari buku itu, dan tanpa sengaja ia menyenggol gelas berisi jus apel yang ada di samping buku itu.
"Astaga, ceroboh banget aku!" Nuca kaget, begitupun Lyra.
"Aduh bukunya!" teriak Lyra histeris.
Jus apel merambat mengenai buku, dan Lyra yang mengenakan gaun tidur berwarna putih terang itu hendak terkena jus.
Nuca reflek menyentuh gaun tidur Lyra yang hampir basah terkena jus apel, namun, Lyra lebih dahulu mengangkat gaunnya.
Dan terjadilah, sentuhan tangan Nuca dan Lyra. Tanpa sadar Nuca menggenggam tangan Lyra, hal itu ia lakukan karena takut gaun tidur gadis itu basah.
"Huh, hampir saja," ucap Nuca.
"E..eh Nu?" Lyra kembali bersemu, ia merasakan hal aneh saat mengetahui Nuca memegang tangannya.
Nuca yang baru menyadari hal demikian, langsung melepaskan genggamannya. Sekarang, nampak sekali keduanya merasa canggung.
"Em.. a.. anu Nu. Biar aku yang beresin, sekalian aku mau langsung tidur," ucap Lyra kaku.
Nuca hanya mengangguk pelan. Ia langsung beranjak dari duduknya dan melangkah keluar kamar.
Setelah memastikan Nuca sudah keluar dari kamarnya, Lyra mengatur nafasnya kembali. Beberapa saat yang lalu ia hampir mati rasanya.
Di balik daun pintu, Lyra memegangi dadanya yang perlahan sudah kembali normal. Ia merenung seraya melipat kedua tangannya.
"Aku suka sama Nuca, nggak bisa dipungkiri," ucapnya seperti berbisik.
"Dia tampan, baik, tapi aku nggak boleh melebihi batas, aku nggak boleh berlebihan, anggap dia kakak saja!" Ucap Lyra. Ia menatap langit-langit.
Ia mengakui perasaannya kalau ia menyukai Nuca. Semenjak ia berjalan berdua di Acropolis, ia merasakan ada hal aneh yang tumbuh di dalam dadanya.
Namun Lyra harus ingat posisinya, Lyra sudah dianggap anak oleh Valeri dan Stev. Otomatis, Nuca adalah kakaknya. Tidak lebih dari itu.
***
Lain halnya dengan Lyra, dikamarnya, Nuca nampak menahan rasa yang ada di dalam hatinya. Ia berdebar sekali.
"Ya Tuhan, dia cantik," ucapnya lirih.
Nuca memegangi kepalanya yang terasa panas. Ia merebahkan dirinya ke atas ranjang.
"Bodoh banget kamu Nu! Pegang tangan anak orang sembarangan!" gerutunya.
"Dia adik. Cobalah kontrol Nuca!" ucapnya sendiri.
Nuca yang perasaan tak karuan, ia memncoba menenangkan dirinya dengan tidur. Ia tak boleh seperti ini, hal ini sangat memalukan. Pikirnya dalam hati.
Semalaman, Nuca dan Lyra memikirkan hal yang membuat dada mereka terasa sesak. Cinta mulai tumbuh diantara keduanya.
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA YA!🥰
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top