ES TEH ACROPOLIS



***
"Nuca, ayo masuk. Nggak sabar ini mau lihat!" Lyra bersorak kegirangan. Ia antusias sekali.

Nuca yang melihat tingkah lucu Lyra ikutan merasa senang. Tanpa basa-basi, ia mengajak Lyra pergi menelusuri tempat itu.

***
"Waah gila, ada tempat kaya gini ya di Athena?" tanpa sadar mulutnya berbicara. Nuca yang melihat itu senyumnya merekah.

"Lyr, kamu lahir di Athena ya?" Nuca menatap gadis yang lebih pendek darinya itu.

"Hem, iya. Kenapa Nu?"

"Kok kamu nggak tahu Acropolis?"

Mendengar pernyataan Nuca, Lyra menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia hanya tersenyum, "Aku besarnya di Indonesia, Nu."

"Hem, nggak pernah pulang ke Athena?" tanyanya lagi.

"Nggak, eh ada sekali hehe." Lyra tersenyum pada lawan bicaranya. Nuca yang mendapati hal tersebut juga ikut tersenyum.

Sepuluh menit berkeliling di tempat itu, Lyra menghentikan langkahnya. Ia mengeluarkan ponsel yang ada di dalam tasnya. Ia nampak memerhatikan sekitar.

"Ada apa Lyr?" Nuca bertanya heran.

"Cari orang Nu, kok sepi banget ya disini?"

"Iya dua jam lagi baru ramai, emang kamu cari siapa?" Nuca menaikkan alis kirinya.

Beberapa saat setelah itu, seorang anak laki-laki, hem sepertinya siswa SMP. Lewat di hadapan Lyra. Lyra langsung menghentikan langkah anak itu dan memberikan ponsel kepadanya.

Nuca yang melihat Lyra bercakap dengan orang asing ditambah bingung dibuatnya.

"Nuca ayo sinu!" teriak Lyra.

"Ada apa?"

"Ih sini cepat!" Lyra berdecak sebal.

Ia berlari ke arah Nuca dan menarik lengannya. Nuca yang mendapat perlakuan demikian kaget.

"Ayo berpose!1!1!1" ucap Lyra sambil menggandeng Nuca yang ada diseblahnya. Anak yang berbincang dengannya tadi, ternyata ia mintai untuk memotret dirinya dan Nuca.

***
"Kiraian kamu kenal sama anak itu tadi," Nuca berkata pada Lyra yang sedang melihat hasil potretannya.

"Hehe, kaget ya??" ucapnya jahil.

Nuca sedikit canggung dengan gadis yang bernama Lyra ini. Ia tanpa segan menarik lengannya dan mengajak berfoto berdua tanpa canggung sedikitpun. Hatinya sedikit bergetar. Hanya sedikit.

"Mau jalan lagi Lyr?"

"Eh ayo!"

Lyra dan Nuca berjalan mengelilingi bangunan bersejarah itu. Sesekali Lyra bertanya tentang benda-benda yang ia anggap menarik, dan tak lupa Nuca menjelaskan pada Lyra yang asyik mencatat penjelasan darinya.

Namun sudah hampir satu jam berjalan kaki, Lyra yang terbiasa hidup berkendara di Indonesia, tak kuat sekali berjalan kaki terlalu lama. Ia mendudukkan pantatnya ke kursi taman yang ada di dekatnya.

"Aduhh.. capek banget," keluhnya.

"Lah? Baru sebentar masa sudah capek?" Nuca bertanya heran.

Lyra yang kelelahan tak menanggapi pertanyaan Nuca. Ia merasa tubuhnya sangat penat dan kehausan.

"Kamu haus Lyr?" Nuca kembali bertanya.
Lyra hanya mengangguk dan mengipas-ngipas dengan tangannya.

"Mau es teh?"

Mendengar ucapan Nuca, Matanya membulat. Ia mengangguk kencang. Lagi-lagi Nuca dibuat tertawa dengan tingkah Lyra.

"Ayo ikut, sekalian nanti pas sudah beli es tehnya kita pulang,"

"Iya, ayo! Udah haus banget ni!"

Nuca menuntun Lyra yang sudah kucel ke arah seorang pedagang es teh yang tengah ramai dikerumuni wisatawan.

"Ramai ya Nu," Lyra memegangi tenggorakannya yang mulai terasa tak nyaman.

"Iya, es tehnya enak lagian," Nuca tersenyum.

"Oh ya Lyr, kata orang lokal, menikmati teh di
Acropolis bisa mendatangkan kesejahteraan loh,"

Lyra berdehem, dia menatapi lamat lelaki yang ada di depannya itu. "Kesejahteraan gimana Nu?"

Nuca menggeleng, "entahlah, kita coba saja, siapa tahu kan."

"Hehe, benar ya. Semoga saja aku lulus masuk perguruan tinggi."

"Widih niat banget ni anak."

Lyra tertawa melihat respon Nuca. Setelah mengantri, akhirnya es teh mereka sudah selesai dibuat. Dengan cepat Lyra meminum karena kehausan.

"Wah enak banget! Segar!" ucap Lyra.

Nuca hanya tersenyum menanggapi Lyra. Dan tentunya Lyra  tak terlalu memerhatikan sekitarnya, ia asyik meminum es teh yang ada di genggamannya.

***
Setelah melewati hari yang melelahkan, Lyra bersama Nuca berkendara pulang menuju rumah. Di perjalanan, Nuca memecah lamunan Lyra yang sedari tadi berdiam diri.

"Lyr, kamu suka musik ya?" tanya Nuca.

"Emang kenapa, Nu?"

"Lyra itu nama alat musik dari Yunani. Masa nggak tahu?" Nuca menaikkan alis kirinya.

"Eh alat musik? Baru tahu aku hehe." ia menyeringai dengan muka polosnya. "Alat musik yang kayak gimana itu?" Ssmbungnya.

"Itu cuma dalam mitologi kok Lyr. Itu digunakan zaman dulu oleh pemeluk keyakinan Apollo dan Dionysus." jelas Nuca.

Mendengar penjelasan Nuca, Lyra mengangguk seperti orang yang baru mengetahui hal baru yang fantastis. Ia langsung mencatat pengetahuan barunya itu ke dalam buku catatannya. "Walah, harus dicatat ni!"

Hari itu penuh dengan edukasi. Lyra tak henti-hentinya mengingat-ingat semua yang telah di jelaskan oleh Nuca.

Hari berlalu, minggu demi minggu Lyra tinggal di rumah Valeri dan Stev, ia merasakan ada yang sedikit janggal pada dirinya.

Kependekan ya ceritanya????

BERSAMBUNG! SUDAH DULU YA!! TUNGGU EPISODE  SELANJUTNYA, SIAP-SIAP BAPER😚

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top