8

"Ini access cardmu," Chaldera mengulurkan ke tangan Lyora dan Ly menerimanya. Lalu mereka masuk ke kamar masing-masing. Setelah karyawan Lim menjemput mereka ke bandara Hang Nadim, lalu mengantarkan mereka ke sebuah hotel yang cukup mewah yang telah disiapkan oleh Lim. Mereka merasa benar-benar merasa dihormati.

Lyora merebahkam diri, sisa kelelahan karena kerja lembur semalam sepertinya masih terasa. Tak lama terdengar pintu diketuk, perlahan Ly bangkit. Membuka pintu dan Chal menatap wajah Ly sambil tersenyum.

"Kamu semakin cantik dengan rambut tak beraturan seperti itu, seperti habis....," kalimat Chal terpotong saat Ly tiba-tiba menariknya masuk ke kamarnya.

"Nggak usah banyak ngomong mau diskusi apa yang kita kerjakan semalam kan? Kita nanti harus menjelaskan ke Lim kan?" tanya Ly dengan mata setengah tertutup.

Chal menutup pintu dengan kakinya. Lalu mereka berdua duduk di kursi yang ada di kamar itu.

Berhadapan dan terlihat serius berdiskusi. Meski Ly terlihat mengantuk tapi ia masih antusias menanggapi semua pendapat Chaldera.

"Ni orang masih muda Chal, seusia kamu kayaknya kalau lihat dari fotonya di ruangan prof Lee," ujar Ly.

"Ya, kayaknya, aku juga tahunya Lee bilang masih muda, cuman kaya raya hehe, mandilah dulu kamu Ly, kayak nggak bisa dibuka tuh mata," ujar Chal.

"Aku ngantuk, sumpah, aku rebahan bentaaaar aja,"

Ly tak memperdulikan Chal dan melangkah ke kasur dan merebahkan badannya. Chal hanya tersenyum, ia merasa bahagia karena Ly tak menyuruhnya ke luar dari kamarnya, paling tidak Ly merasa aman melakukan perjalanan dengannya.

Tak lama terlihat Ly yang tidur pulas. Chal melangkah ke kasur tempat Ly tidur dengan nyenyak. Duduk di dekat Ly berbaring, ikut merebahkan badannya. Mengusap bahu Ly dan mencium kening wanita yang sedikit demi sedikit mulai bisa tersenyum.

"Aku akan membuatmu mencintaiku Ly, hingga mudah melupakannya, dan bahkan kau akan tergila-gila padaku, terlalu muluk memang, tapi aku akan berusaha," bisik Chal sambil menatap wajah Ly yang terlihat tenang dengan napas teratur.

****

Chal bangun saat ponselnya berbunyi, ia meraih dan melihat ada yang menelponnya, ia menerima meski ragu dari siapa.

Betul ini dengan Bapak Chaldera?

Ya benar

Saya Lim, temannya Lee, bisa kita bertemu dua jam lagi?

Ya bisa Pak

Baik, sopir saya akan menjemput anda

Baik, Pak, terima kasih

Chal meletakkan ponselnya dan melangkah mendekati Lyora yang masih nyenyak, duduk di samping Lyora yang tiba-tiba saja berbalik.

"Naaa,"

Suara Lyora lirih terdengar, ada yang berdenyut nyeri di hati Chaldera menyadari Ly yang ternyata masih saja mengingat laki-laki yang melukainya.

Chaldera menurunkan wajahnya, mencium bibir Ly dengan lembut, menyesap bergantian bibir atas dan bawah, lalu ibu jari Chal membuka perlahan bibir Lyora melesakkan lidahnya dan menaiki kasur, memeluk tubuh Lyora sangat erat.

"Naaa, Nayakaaah,"

Erangan Lyora semakin jelas, dan Chaldera semakin jadi menyesap leher Lyora. Membuka kancing baju Ly hingga terlihat dadanya yang masih berbalut bra berwarna putih.menariknya perlahan hingga dadanya terlihat sempurna.

Lyora tersentak saat ujung dadanya terasa basah dan sakit, gelenyar aneh merambat di seluruh tubuhnya. Ia menahan wajah laki-laki yang sejak tadi dalam alam bawah sadarnya seolah Nayaka yang memeluk dan menciuminya.

Air mata Lyora mengalir, ia menyesali masih saja mengharap Nayaka yang melakukannya.

Chaldera menarik wajahnya dari dada Lyora, menutup kembali baju Lyora dan merengkuh tubuh yang terisak dan bergetar hebat.

"Maafkan aku Ly, maafkan aku," bisik Chaldera seolah menyesal ia telah melakukan hal yang tak pernah Lyora lakukan.

"Aku mencintainya Chal, masih sangat mencintainya, seandainya waktu bisa diputar, aku akan menuruti kemauannya saat ia mencegahku berkuliah di sini, ia tak mau jauh dariku, ia ingin kami segera menikah, tapi sekarang ia malah menikah dengan kakakku, aku lelah Chal, apa salahku hingga kakak, dan kedua orang tuaku mengkhianatiku," tangisan Ly semakin jadi.

Chaldera memeluk tubuh Ly dengan erat. Namun tiba-tiba Lyora melepas pelukannya, membuka dengan cepat bajunya, Chaldera kaget dan berusaha menghentikan gerakan tangan Lyora.

"Ly, apa yang kau lakukan, hentikan, hentikan," Chaldera meraih tubuh Lyora lagi ke dalam pelukannya.

"Lakukan Chal, lakukan, toh laki-laki yang aku cintai telah jadi milik kakakku, aku tak memiliki siapapun, lakukan jika kau ingin, aku mau kau yang melakukannya padaku," tangis Lyora masih saja terdengar. Ia meremas kuat baju Chaldera.

"Tidak Ly, tidak, kalaupun kita melakukannya, aku ingin kau tidak dalam kondisi emosi, aku ingin kau menikmati apa yang kita lakukan, itu yang aku inginkan, aku ingin kau menikmati setiap sentuhanku, hingga kau akan selalu mengingatku, bukan lagi bayang laki-laki itu, sejak tadi kau memanggilnya, menyebut namanya, mendesahkan namanya, berjanjilah bahwa kau akan melupakannya, melupakan kesakitanmu, kita belajar berjalan bersama Lyo aku akan membantumu melupakannya, jangan pernah lagi kau sebut namanya," ujar Chal sambil mengusap punggung Lyora.

Lyora melepas pelukannya, menatap wajah Chaldera dari jarak dekat. Berusaha mencari kejujuran di mata laki-laki yang kadang berwajah sendu namun terkadang keras.

"Bantu aku melupakannya Chal,"

****

"Lyona"

Tiba-tiba laki-laki yang Lyora tahu dari foto dari di ruangan Prof. Lee bernama Lim, memanggil namanya dengan panggilan itu.

"Ini Lyora Pak Lim, mahasiswanya Lee, dia juga yang membantu saya dalam project ini" Chaldera memperkenalkan Lyora pada Lim.

"Ah yaaa maafkan saya, anda mengingatkan saya pada seseorang, namanya pun mirip, Lyona, dan ini Lyora," ujar Lim terlihat masih saja memandang Lyora, hingga Lyora merasa tak nyaman.

****

Diskusi berlangsung agak lama, meski akhirnya selesai, ada sedikit perubahan yang dikoreksi oleh Lim dan Lim terlihat puas pada hasil kerja Chal dan Lyora.

"Mari kita makan dulu, saya sudah menyiapkan," ajak Lim ke ruangan tertentu di sana telah siap hidangan oriental yang cukup akrab di lidah Lyora dan Chaldera.

"Anda punya keluarga di Indonesia?" tanya Lim pada Lyora dan Lyora menggeleng.

"Saya sendiri," sahut Ly pelan. Mendung kembali bergayut di wajahnya.

"Maaf jika pertanyaan saya mengganggu, berarti saya salah orang karena wajah anda mengingatkan saya pada kekasih saya yang karena keadaan, terpaksa saya tinggalkan begitu saja, yah alasan klise, saya sudah dijodohkan demi bisnis keluarga dan yang jadi halangan lagi, kami beda agama, kami sama-sama tak mau mengalah, tapi saya sangat mencintainya, dan dia.... saat saya tinggalkan sedang mengandung anak saya, saya brengsek ya?"

Suara Lim terdengar serak, Lyora dan Chaldera melihat kilatan air mata di mata Lim, lalu laki-laki itu mengusap matanya.

"Saya laki-laki lemah, saya hanya tak mau menyakiti mami, tapi bodohnya saya malah menyakiti dia, saya berjanji pada diri saya bahwa saya tetap akan menemuinya lagi, membesarkan anak kami, dan jika ada jalan bagi kami, kami pasti bisa bersatu, dan yang pasti sejak awal menikah saya sudah bilang pada istri saya, bahwa saya sudah punya seseorang bahkan akan segera ada anak diantara kami, dia mau diceraikan oleh saya, asal saya membawa Lyona dan bayi kami kehadapannya, ah maaf saya jadi ngelantur," ujar Lim, sambil kembali mengusap matanya.

"Tidak apa-apa, usia bapak tak beda jauh dengan saya, kita bertiga di sini punya cerita menyakitkan dengan latar berbeda, tak masalah kita saling terbuka, meski tak ada pemecahan masalah tapi setidaknya bapak bisa lega karena telah melepaskan sedikit beban," sahut Chaldera. Ia sama sekali tak mengira laki-laki ramah dihadapannya memiliki kisah menyedihkan.

Ketiganya menikmati makanan dalam diam, tanpa mengetahui bahwa suatu saat takdir akan mempertemukan mereka lagi dalam keadaan yang lebih rumit.

****

29 Desember '19 (06.56)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top