5


"Waaaah kalian akur yaaa berdua di dapur," tiba-tiba Cassandra muncul dan mengagetkan Chal juga Ly.

"Kok pulang?" ledek Chal membuat Cas menjulurkan lidahnya.

"Hmmmm maunya, berdua terus sama Ly, heh kamu nggak dijahatin kan sama abangku?" tanya Cas yang dijawab Ly dengan gelengan kepala.

****

"Kak, kakak kayaknya suka ya sama Ly? Dari tadi pas makan malam kakak lain deh ngeliat sahabatku yang kayak mayat hidup itu?" tanya Cas sambil duduk di kasur kakaknya.

Chal yang asik dengan laptopmya sejenak berhenti dan menatap adiknya.

"Entahlah Cas,  setelah setahun tanpa rasa apapun, kayaknya aku merasakan hal lain pada Ly, tapi aku tak berani mengatakan aku mencintainya, terlalu dini," ujar Chal menghembuskan napas berat.

"Jangan terlalu berharap, dia terlalu luka, teramat sangat, kakak jangan kecewa lagi, aku nggak menjamin Ly, akan suka kakak juga," ujar Cas.

****

Malam hari sebelum sidang tesis keesokan harinya, Chaldera membuka perlahan kamar adiknya, melihat Cassandra yang asik melotot di depan laptopnya dan sesekali membuka lembar-lembar hasil penelitiannya.

"Cas, apa Ly baik-baik saja?" tanya Chal dan Cas menoleh.

"Ih kakak ngagetin aja, tumben perhatian, sama kak Emily saja dulu nggak kayak gitu, makanya dia sampe nyari perhatian ke orang lain," dan Cas menutup mulutnya kawatir kakaknya marah, namun ia hanya menemukan wajah kawatir di depannya.

"Ah, aku nggak mau ingat itu lagi Cas, aku berusaha berdamai dengan masa lalu, biarlah hanya menjadi kenangan yang tidak ingin aku ingat lagi," ujar Chal.

"Hei kak, mau ke mana?" tanya Cas saat melihat kakaknya ke luar dari kamarnya.

"Nemuin Ly,"

****

Chaldera melihat Ly yang menatap ke luar jendela, dan menekuk lututnya seperti biasa.

"Apa yang kau pikir malam ini Ly, jika kau merasa tak ada yang memberimu semangat untuk ujianmu besok, aku ada di sini, Cas juga," suara Chal terdengar jauh di telinga Ly.

"Aku hanya mencoba terbiasa Chal, di saat apapun aku harus siap dan membiasakan sendiri, tak ada pelukan dan usapan mama, agar aku kuat menghadapi sidang besok," suara Ly terdengar bergetar.

Chaldera berdiri di dekat Ly yang masih saja duduk. Ia raih kepala Ly, ia rengkuh dan ia rapatkan ke perutnya yang keras. Ia usap kepala Ly sesaat.

"Aku kangen mama Chal, aku kangen mereka, sesakit apapun yang aku rasakan, ternyata aku masih saja merasa kangen," suara Ly terdengar lirih.

"Aku tak tahu cara menenangkanmu Ly, aku hanya ingin membuatmu nyaman," ujar Chal mengusap rambut legam Ly.

"Maafkan aku Chal, maafkan aku jika aku..," Ly terisak dan memeluk pinggang Chal. Ada rasa aneh menjalar disekujur badan Chal saat Ly memeluk pinggangnya.

Cassandra yang kebetulan melewati kamar Ly karena hendak mengambil air minum, menjadi tertegun melihat kakaknya yang mengusap bahu Ly dan Ly yang melingkarkan tangannya di pinggang Cas, bahu Ly terlihat naik turun, Cas yakin Ly menangis.

****

"Kakak jangan terlalu berharap Ly menyukai kakak dalam waktu dekat," ujar Cassandra tiba-tiba begitu kakaknya ke luar dari kamar Ly.

Chal menarik tangan adiknya dan menutup mulutnya.

"Ssstttt, kecilkan suaramu, Ly bisa mendengar, Caaas aku hanya berusaha menenangkannya, ia kangen pada mamanya, kau tahu itu?" Chaldera berusaha menjelaskan dengan suara pelan.

"Alaaah alesan, nggak pake ngelus-ngelus juga kali, sejak kapan kakak jadi romantis?  Heh biasanya juga cuek bebek, sama yang dulu juga kalo nggak sono yang duluan nyosor hmmm nggak akan deh ngerasain segalanya," ledek Cas sambil tertawa.

"Ssstttt ini malem tahu, tidur, besok sidang malah enak-enak ngintip orang lagi...,"

"Lagi jatuh cintaaa," dan tawa Cas terdengar sangat keras.

****

"Kaaak kami berangkat yaaa," Cas pamit pada Chal yang tak lama kemudian, ke luar dari kamarnya berjas lengkap hendak ke kantor.

"Kami? Mana Ly?" tanya Chal bingung saat hanya Cassandra yang ada di hadapannya.

"Tuh," Cas menunjuk dengan dagunya, Ly berdiri di teras dengan tatapan hampa melihat arah jalan yang ada di seberang pagar.

Chal bergegas mendekati dan menyentuh bahu Lyora.

Lyora menoleh, melihat wajah kawatir Chaldera.

"Kamu baik-baik saja kan? Kamu sudah siap?"

Lyora hanya mengangguk dan bergumam.

"Yah, aku berangkat Chal,"

"Kamu pasti bisa Ly, semoga lancar ya?" ujar Chaldera lagi dan Ly hanya mengangguk.

"Nggak usah lama-lama ngajak ngomongnya, yuk Ly," Cassandra menarik tangan Ly menuju carport.

****

Chaldera tampak menunggu di depan ruang sidang tesis Lyora, beberapa mahasiswa yang kebetulan lewat tampak memandangnya karena merasa asing dengan wajah Chaldera, namun ada juga yang mencoba menyapa Chal, karena tubuh tinggi menjulang dengan jas lengkap sangat kontras dengan penampilan mahasiswa yang lain.

Sekitar satu jam menunggu, pintu terbuka dan Chal  hendak menyapa Lyora, namun yang ke luar justru sahabatnya Lee.

"Ngapain kamu di sini? Apa yang kau sembunyikan di belakang punggungmu? Rupanya sahabatku ini sedang jatuh cinta, tunggulah, itu gadismu sedang menuju ke sini, gadis cerdas, meski matanya terlihat sedih, dia mampu menjawab pertanyaan kami dengan sempurna," suara tawa Lee sejak tadi tak juga berhenti.

"Diamlah kamu jangan ngoceh terus, pergilah dulu Lee, aku jadi kehilangan moment romantis jika ada kamu," ujar Chal gusar dan terdengar tawa sahabatnya lagi, yang melangkah menjauh menuju ruangannya.

Tak lama Chal melihat tatapan kaget Ly saat melihat dirinya, terlebih saat Chal menyodorkan buket bunga Lily untuknya.

"Selamat Ly, semoga sukses hari ini akan membawa sukses bagi kehidupanmu selanjutnya,"

"Makasih, tuh Cas juga sudah selesai baru ke luar dari ruang sebelah sana," ujar Ly, Cassandra melambaikan tangan dengan riang sambil berlari kecil.

"Ih kak mana bunga untukku? Masa Ly aja?" tanya Cas dengan wajah cemberut.

"Ini? Kamu mau?" ujar Ly menyodorkan bunga ditangannya.

"Aaah nggak Lyora cantiiik aku cuman bergurau," Cas tertawa melihat wajah bingung temannya.

Ly terkejut saat Chaldera tiba-tiba menarik tangannya dan berusaha mengajaknya melangkah menuruti langkah Chaldera.

"Aku bawa Ly dulu ya Cas, bentar aja,"

"Iyaaa jangan lama-lama," teriak Cas dan Ly terlihat bingung namun mengikuti langkah Chal.

"Mau ke mana?" tanya Ly bingung.

"Ikut sajalah," ajak Chal dan Ly hanya menurut saat Chal berjalan menuju mobilnya.

****

Mata Ly berkaca-kaca saat Chal mengajaknya makan siang di sebuah restoran mewah.

"Makanlah ini untuk kesuksesanmu hari ini," Chaldera meraih tangan Ly, menggenggamnya erat. Mata Ly menatap Chal dengan tatapan bingung.

"Chal, kita sudah sama-sama dewasa, aku tahu kau memberi perhatian lebih padaku, tapi aku...," Lyora mengusap air matanya yang tiba-tiba jatuh.

"Aku tahu, aku tahu kau belum merasakan apapun padaku, kita bersama belum satu bulan, kita jalani saja Ly, aku tak meminta kau jatuh cinta padaku dengan cepat, kita melangkah bersama saja, kita lihat apa yang terjadi pada perasaan kita,"

Chal meraih sendok menyuapkan makanan ke Ly yang mau tak mau Ly membuka mulutnya dengan ragu.

"Untuk kebersamaan kita, yang akan kita mulai hari ini, mau kan Ly? kau melangkah di sisiku? hanya bersama," tanya Chal dan Ly mengangguk ragu.

Ia tak tahu apa yang akan terjadi, Ly hanya butuh seseorang di sampingnya, bukan sebagai kekasih, namun seseorang yang dapat melebarkan bahunya saat segala kesedihan sering menyeruak di dadanya.

****

"Siapaaa?" Anya melangkah cepat saat terdengar gedoran keras di pintu, malam sudah sangat larut, ia lupa mengunci pagar karena terlalu asik berkirim email pada Lyora meski ia yakin takkan dibalas, Anya berusaha menjelaskan semuanya pada Lyora, karena ada ketakutan dalam diri Anya, ketakutan jika Lyora benar-benar takkan pernah kembali ke Indonesia karena foto pernikahan Nayaka dan Lyona yang ia kirim, yang ternyata ada cerita lain di balik pernikahan itu.

Saat membuka pintu Anya kaget, di sana tampak wajah kusut Nayaka, dan bau alkohol menyeruak ke hidung Anya.

"Heh kalo lo mabok jangan di sini, sana tuh di jalan biar mati lo sekalian," teriak Anya. Namun badan besar Nayaka mendorong Anya hingga hampir terjungkal.

"Setan lo ya datang ke sini mau nyiksa gue, manusia lemah, malah mabok lo," teriak Anya lagi.

"Jangan ngebacot lo, gue gak mabok, gue cuman pusing, akan gue rusak lo, lo sudah ngerusak hidup gue, rencana besar gue hancur karena mulut dan pikiran lo,"

Nayaka menyeret tubuh kecil Anya ke kamar yang bisa ia jangkau, ia dorong hingga Anya terjengkang dan rebah di kasur, dengan wajah takut, Anya memberontak, ia menendang sebisanya.

Namun kekuatan Anya berbanding terbalik dengan kekuatan Nayaka. Yang sekali hentak baju tidur Anya robek hingga memperlihatkan dadanya.

Mata Nayaka menggelap, ia menindih Anya yang berteriak keras, menutup teriakan itu dengan ciuman kasar hingga Anya terengah dan kesulitan bernapas.

Sementara tangan Nayaka bergerak menurunkan celana dalam Anya.

Air mata Anya mengalir, air mata ketakutan yang tak pernah ia sangka akan mengalami nasib sesial ini.

Kembali Anya merasakan kesakitan saat dadanya digigit dan disedot dengan kasar,  Anya berteriak-teriak, dan tangan besar Nayaka menutup mulutnya.

Kembali Nayaka menindih badan Anya saat ia berusaha menurunkan resliting celanya.

"Kaaa, gue mohon, jangan rusak hidup gue, gue berusaha nyari Ly, gue berusaha Kaaa, aaaaahhh sakiiiit,"

Teriakan kesakitan Anya tak terdengar oleh Nayaka yang telah terpengaruh alkohol dan dendam di dadanya.

Nayaka menggerakkan pinggulnya dengan cepat, menghentak tanpa ampun, tak peduli pada teriakan dan isak Anya, ia remas dada Anya dengan kuat, saat ia akan sampai dan meneriakkan nama Lyora berkali-kali. Lalu ambruk di samping tubuh Anya yang terus menangisi nasibnya.

****

Pagi hari Nayaka mengerakkan tubuhnya yang terasa kaku, ia mulai membuka mata. Dan kaget saat melihat kamar yang bukan kamarnya. Lalu melihat dirinya yang tidak menggunakan apapun di bagian bawah tubuhnya.

"Tidak, ini tidak mungkin,"

Nayaka melihat ada bercak darah di sprei, ia bingung ini kamar siapa? Ia melihat dirinya yang masih utuh menggunakan kaosnya semalam namun saat melihat bagian bawah tubuhnya, ia sadar ada sesuatu yang terjadi di luar kesadarannya, ia segera menggunakan celana dalam dan celana jeansnya.

Segera melangkah dan menemukan Anya yang meringkuk di kursi dengan mata sembab.

"Anya? Nggak mungkin gue...," ujar Nayaka tercekat.

"Pergi lo, keinginan lo tercapai, hidup gue dah lo rusak, tapi gue gak mau cengeng, gue akan segera ke dokter, gue mau menyelamatkan hidup gue, gue gak mau ada yang tertinggal milik lo di badan gue, gue gak akan nuntut lo, pergi, jangan pernah kembali lagi, kita impas, sama-sama rusak,"

Nayaka terlihat bingung, dia melangkah meninggalkan Anya dengan pikiran kalut, tak mengira akan berakhir seperti ini. Kekalutannya semalam di club ternyata membawa langkahnya ke rumah mungil ini.

Pergilah Ka, gue suka lo sejak dulu, tapi gue bukan orang yang suka nikung, sekali sahabat Ly akan jadi sahabat gue sampe mati, gue cuman berharap ada yang tertinggal dari lo di badan gue, akan gue cintai seperti perasaan gue sama lo yang sampe kapanpun gak akan ada yang tahu, makasih Ka, meski menyakitkan ternyata kaya gini cara gue bersatu dengan lo, meski bukan raga lo yang gue dapat...

****

13 Desember '19 (05.26)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top