3
"Kamu bisa nggak konsentrasi, ini salah gambarnya, coba perhatikan ukurannya, luas tanah dan bangunannya, kan tadi kita diskusi lama," ujar Chal dengan suara penuh penekanan, meski tidak keras namun tatapan matanya terlihat mengerikan.
"Maaf, akan aku revisi," ujar Ly pelan dan bangkit dari duduknya. Meraih map yang berisi gambar-gambar yang sejak dua hari dia kerjakan.
Chal menahan lengan Ly, Ly menoleh dan menatap tangan besar Chal yamg akhirnya melepas lengannya.
"Kau belum makan, makanlah, aku masak tadi," ujar Chal dan hati Ly kembali berdenyut nyeri.
Apa kabar Ka, kau selalu memasak untukku..dan kini.. Kau pasti memasak untuk kakakku...
"Aku ke kamar sebentar," suara Ly lirih dan melangkah ke kamarnya. Menutup pintu dan bersandar lalu menekan dadanya, mengambil napas sebanyak mungkin.
Tok... Tok.. Tok
"Ly, makanlah,"
Suara Chal dibalik pintu.
"Ya,"
****
Mereka makan dalam diam. Ly kaget saat Chal menuangkan saus pada steaknya. Juga menambahkan kentang goreng dan sayuran.
"Kamu dari tadi melamun, nggak sadar hanya makan steak tanpa apa-apa, aku capek masak masa nggak kamu makan?" ujar Chal dengan tatapan tajam.
"Makanlah," ujar Chal lagi.
Dan Ly berusaha menghabiskan steak yang disiapkan oleh Chal, dia tak ingin laki-laki itu kembali melontarkan kata-kata tak enak di dengar.
"Aku juga mengalami kisah kurang lebih sama denganmu Ly, tapi aku tetap melanjutkan hidup," ujar Chal saat Ly hendak bangkit karena telah selesai makan malam.
"Apa kau kira aku tak melanjutkan hidup, aku bekerja, menyiapkan sidang seminggu lagi, lalu?" tanya Ly menggantung.
"Tanya pada dirimu, apa yang telah berubah?" tanya Chal tanpa minta jawaban Ly.
"Aku yakin kasus kita beda Chal, kakakku menikah dengan pacarku dan kini mereka menunggu kelahiran anak mereka, aku tak habis pikir apa yang mereka lakukan di belakangku, jika kau jadi aku, bagaimana perasaanmu?"
Ly bangkit dan bergegas ke dapur.
Chal menghela napas dan tak bisa lagi berkomentar.
Lalu menatap punggung Ly yang melangkah menuju kamarnya setelah mencuci piranti dapur yang kotor.
****
"Sudahlah ma, jangan menangis terus," ujar papa Lyora pada istrinya
"Lalu kita akan cari Ly kemana pa? Kita sudah bertanya dan mencari ke mana-mana namun Ly seolah hilang begitu saja, aku merasa berdosa sebagai mamanya, aku berdosa paaaa," tangisan mama Lyora semakin pilu.
Papa Lyora hanya mampu memeluk istrinya. Ke kampus pun percuma tak ada yang tahu Lyora di mana, karena teman seangkatan Ly yang dari Indonesia pun jarang ke kampus karena mereka sibuk mempersiapkan sidang tesisnya
Lyona menutup mulutnya, menahan tangisnya saat melewati kamar orang tuanya dan mendengar semua perkataan papa dan mamanya.
****
Pagi setelah sholat subuh Ly bangun dan bergegas ke dapur. Ia segera membuat sarapan sederhana dan sekalian untuk makan siang ia buat yang simple.
Setelah siap sandwich tuna untuk sarapan ia hidangkan meja makan dan kembali ke dapur untuk membuat teriyaki.
"Pagi amat ke dapur Ly?" tanya Chal.
"Hmmm," sahut Ly pelan dan melangkah ke kran untuk mencuci tangannya.
Ia berbalik dan menemukan Chal yang bersedekap, menggunakan celana pendek dan kaos tanpa lengan. Namun matanya mendadak menatap tubuh Ly dengan tajam.
"Ada apa?" tanya Ly.
"Kita hanya berdua, dan aku laki-laki normal, meski kaosmu kedodoran, tapi aku dapat melihat jelas dadamu yang tanpa bra," Chal masih memandang dengan tajam. Dan Ly terlonjak kaget.
"Ah maaf,"
Ly bergegas melangkah ke kamarnya, dan saat melewati Chal, lengan Chal menahannya.
"Aku tahu kau tak sengaja, lain kali pakailah pakaianmu dengan benar, aku sudah lama tak melakukan hal apapun dengan wanita sejak dia meninggalkanku, jadi jangan pancing aku," ujar Chal lirih. Ly menarik lengannya.
"Aku tak berniat memancingmu melakukan hal apapun padaku, aku juga bukan wanita polos Chal, tapi untuk memancingmu dengan tubuhku, aku tak terpikir ke sana, tubuhku belum tersentuh, dan sampai kapanpun takkan pernah tersentuh," ujar Ly sambil berlalu menuju kamarnya.
****
Saat Ly kembali ke dapur, Chal sudah menggantikan aktivitasnya.
"Bagaimana kau tahu aku mau membuat teriyaki?" tanya Ly.
Chal tak menjawab dan melanjutkan pekerjaannya.
"Siap, selesai sudah, aku mau mandi, dan bersiap ke kantor," Chal membuka kaosnya.
Sesaat wajah Ly memerah melihat Chal bertelanjang dada, dan segera berbalik menuju kamarnya lagi. Namun tangan besar Chal menahan pundaknya. Dan membalik badan Ly
"Kau kan sudah mandi, sarapan saja duluan, aku minta tolong bawakan aku sandwich dalam kotak, nanti aku makan di perjalanan ke kantor," ujar Chal yang melihat Ly hanya menunduk dan mengangguk.
Chal berlalu dan memejamkan matanya menuju ke kamarnya.
Ah wanita aneh, harum tubuhmu membuatku sinting gini...
Ly menikmati sarapannya dalam diam, lalu perlahan menata sandwich yang akan dibawa oleh Chal.
"Kau tak ke kantor Lee pagi ini?" tanya Chal tiba-tiba dan sudah siap dengan setelan jasnya.
Ly hanya menggeleng, lalu menyerahkan kotak berisi sandwich pada Chal.
"Makasih, aku berangkat,"
Ly merasakan tangan Chal yang mengusap kepalanya dan berlalu.
"Chal, kau tak membawa minum?" tanya Ly tanpa menoleh.
"Ada di mobil, makasih mengingatkan," Chal masih melihat Ly yang menatap cokelat hangat di depannya.
****
"Mana hasilnya?" Nayaka menarik kasar lengan Anya.
"Bentar ini juga gue masih nyari info, keburu amat sih lo,"
"Lo jangan ngeles ya, awas kalo lo gak nyari info, gue rusak hidup lo, jangan kira gue gak tahu kalo di sini lo cuman sendiri, nyokap bokap lo ada di kota lain, gue bisa ngelakuin apa saja sama hidup lo, lo yang sudah bikin Ly lari dari gue, kalo dia sampe gak pernah balik, lo akan menderita seumur hidup dan menyesal lo pernah bikin kami pisah,"
Nayaka melangkah lebar dari rumah Anya. Anya bergidik ngeri melihat tatapan Nayaka yang ia tahu adalah laki-laki berhati lembut, laki-laki yang selalu setia menemani sahabatnya bahkan dirinya pun sering diajak makan bersama Lyora jika sedang santai.
****
Tok... Tok... Tok
Dan pintu kamar Ly terbuka, di sana terlihat Chal yang berdiri mematung.
"Sampai kapan kamu duduk di sana? Memandang ke luar jendela? Masalahmu takkan hilang hanya karena memandangi pergerakan di luar jendela," ujar Chal dan Ly kembali menatap ke luar jendela.
"Aku tahu kau cerdas, aku yakin kau siap untuk sidang, tapi melamun seharian hanya bikin jiwamu lelah, kita jalan-jalan yuk Ly," ajak Chal dan Ly menggeleng.
"Aku tidak mau bertemu mereka, aku yakin mereka masih mencariku, aku lebih suka di sini," sahut Ly pelan.
"Lalu sampai kapan kamu harus duduk di sini dan menyesali hidupmu?" tanya Chal mulai gusar.
"Lalu mengapa kamu susah-susah memikirkanku yang seharian duduk di sini?" tanya Ly sambil melihat wajah gusar Chal berangsur hilang.
"Karena aku menganggapmu seperti adikku Ly, aku tak ingin kau terus merasakan sakit," Chal melangkah mendekati Ly yang duduk menekuk lututnya.
Lalu duduk di samping Ly di pinggiran jendela. Menatap wajah sedih dihadapannya dengan tatapan iba.
"Kita jalan dekat-dekat sini saja, aku yakin keluargamu takkan pernah berpikir kau ada di sini, hmmm?" ajak Chal lagi.
Ly menggeleng, ada kilatan air mata lagi.
"Apa yang kau pikir?" tanya Chal.
"Aku hanya berpikir dan terus berpikir, bagaimana mungkin mereka telah bersiap memiliki anak, kapan mereka melakukan di belakangku, membohongiku?" dan air mata Ly luruh tiada henti.
Chal meraih kepala Ly ke dadanya.
"Menangislah, jika itu akan membuatmu lega,"
****
10 Desember '19 (04.37)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top