1
"Ly, lo di mana?" tanya Anya histeris.
"Lo gila ya, gue mo kuliah dodol, pertanyaan aneh deh lo," Lyora tak kalah histeris.
"Lo gak tau masak Ly, ya Allah, kakak lo, kakak lo," teriak Anya lagi.
"Eh kenapa kakak gue, sakit ya dia? duh gue sibuk nih kan hampir selesai juga, kuliah gue An, jadi gue lama gak pulang,"
"Ya Allah benar lo gak dikasi tahu, sejak awal gue dah curiga, tega banget keluarga lo," Anya sahabat Lyora mendesis marah.
"Ada apa sih An? Kakak gue sakit sakit lagi? Dia emang rapuh An,"
Dan Lyora hanya mendengar sahabatnya yang bergumam tak jelas lalu menutup sambungan teleponnya.
Lyora memutuskan menelpon papa dan mamanya, namun tak ada tanda-tanda diterima, nada sibuk yang terdengar berulang, lalu ia berusaha menelpon pacarnya, kembali nada sibuk yang ia dengar.
Lyora berusaha menenangkan diri, ia yakin kakaknya baik-baik saja. Kelainan jantung dan ginjal sejak kecil membuat kakaknya harus dalam pengawasan ekstra, beda dengan dirinya yang tangguh dan selalu dipercaya papa dan mamanya untuk menjaga kakaknya, Lyona yang cantik, halus dan lembut.
Lyora melanjutkan langkahnya menuju kampus, semester akhir ini akan dia lewati dengan lancar, selesai, wisuda dan menikah dengan kekasih yang setia menunggunya di Indonesia, Nayaka.
Lyora melangkah ringan dan terlihat tertawa riang saat bertemu dengan beberapa teman kuliahnya.
****
Sore hari kembali Anya menelepon Lyora.
Ly lo harus tabah, gue akan kirim foto-foto ke lo, apapun yang terjadi lo harus nelepon gue, gue gak mau lo kenapa-napa ngerti?
Lo kenapa sih, lo kerasukan ya?
Gue nggak main-main, ingat, gue sahabat lo, apapun yang lo rasakan gue harus tahu..
Anya menutup telepon dan masih dalam tanda tanya besar, tak lama beberapa foto terkirim.
Tangan Lyora bergetar, dadanya seketika sesak ia tak percaya foto-foto kiriman sahabatnya.
Tak mungkin papa, mama, kakak dan pacarnya bersekongkol menusuknya dari belakang.
Ia tahu, bahwa dirinya wanita yang kuat, tapi saat ia melihat foto-foto kiriman sahabatnya ia jatuh terduduk.
Di foto itu tampak kakak dan pacarnya, tersenyum dengan wajah bahagia, foto pernikahan mereka dengan papa dan mamanya di samping dua mempelai.
Lyora menatap nanar foto itu, meski tak urung akhirnya air mata menetes membasahi ponsel yang masih memperlihatkan foto pernikahan itu.
"Baiklah papa, mama, kakak dan kau Nayaka, aku tak perlu penjelasan lagi, kalian tak menganggapku ada, akupun tak perlu penjelasan, anggap kita tak pernah mengenal lagi, atau anggap aku mati,"
Lyora bergegas menata baju dan barang-barangnya, menelpon Cassandra teman kuliahnya yang berulang mengajaknya tinggal di rumahnya karena kebetulan kedua orang tua dan kakaknya menetap di Canberra.
Sekali lagi Lyora menoleh menatap unit apartemen yang khusus dibelikan untuknya oleh Nayaka, pacarnya, seorang pengusaha muda yang sukses dibidang kuliner. Beberapa gerai malah menggunakan perpaduan nama mereka berdua, a Taste of LyNa.
****
Cassandra terpekik bahagia saat melihat Lyora datang dan menjatuhkan tas ransel dan membiarkan begitu saja travel bagnya.
Cassandra kaget saat melihat kilatan air mata Lyora, ia memeluk Lyora.
"Kamu kenapa? Tak biasanya kamu gini Ly, kamu kenapa?"
Dan tangisan Ly pecah di bahu Cassandra. Cassandra hanya mengelus punggung sahabatnya tanpa tahu harus berbuat apa.
"Tenangkan dirimu, aku tunjukkan kamarmu,"
Akhirnya Lyora melepas pelukannya, berjalan mengikuti Cassandra ke kamar yang bersebelahan dengan ruang makan dan ruang keluarga.
"Aku tak kuat membayar uang sewa Cas, aku akan mengerjakan semua pekerjaan rumah ini, dan mulai besok aku akan menerima tawaran dosenku, Mr. Lee untuk bekerja di firmanya, toh aku semester akhir, tesisku hampir kelar, dan tolong, siapapun yang bertanya aku di mana, maksudku teman-teman kita yang dari Indonesia, kamu jawab saja nggak tahu, aku ingin menenangkan diri Cas, aku akan cerita jika aku sudah siap," ujar Ly pelan dengan mata sembab.
"Kamu ngomong apa, aku yang butuh teman, kita kerjakan berdua semua pekerjaan rumah toh rumah ini tidak besar, hanya empat kamar, ruang tamu, ruang keluarga yang juga jadi ruang makan dan dapur, nggak usah ngomong bayar segala macam, kayak kita baru kenal aja," ujar Cas kembali mengusap bahu sahabatnya.
"Papa, mama kamu tahu, kamu di sini?" tanya Cas.
"Jangan bertanya tentang mereka dulu Cas, bisakan?" tanya Ly.
****
Lyora memegang ponselnya, dan segera berpikir akan berganti nomor, ia ingin jauh dari semuanya. Semua kenangan manis yang telah berakhir di Indonesia.
****
Cassandra melihat perubahan besar pada diri Ly, gadis cerdas periang itu berubah menjadi pendiam, berbicara seperlunya.
"Kamu baik-baik saja kan Ly? Setelah seminggu di sini, kamu kerasan di sini?" tanya Cas.
"Aku harus berterima kasih padamu, mau menampungku, aku memutuskan akan membiayai hidupku sendiri Cas, aku akan melupakan semuanya, kakakku menikah dengan pacarku, aku merasa tak sanggup lagi menyebut nama mereka Cas, tidak usah bertanya karena aku juga tak tahu bagaimana mereka bersekongkol dan tak memberitahuku, cukup ya Cas, kita bicara yang lain, kau akan segera menyusul papa, mamamu ke Canberra setelah lulus?"
Lyora menatap sahabatnya yang menatapnya dengan tatapan sedih.
"Ya sepertinya begitu, bisa kan kau tetap di sini Ly?" tanya Cas.
"Pasti, aku tak ada rencana kembali ke negaraku, aku tidak akan sanggup Cas, biarlah Ly sudah mati bagi mereka,"
****
Sementara di Indonesia keluarga Lyora kalang kabut, seminggu ini mereka berusaha mencari keberadaan Lyora tapi tak ada yang tahu.
"Benar kan dugaan saya, sejak awal saya sudah menyarankan dudukkan kami, karena ini hanya pernikahan untuk menutupi aib, saya terima karena saya tak tega melihat kak Yona yang memohon dan perjanjian bahwa kami takkan sekamar lalu segera bercerai setelah bayi itu lahir, jika sampai Ly tak ada kabar maka saya akan kembali ke rumah, papa mama saya sudah saya kabari, sejak awal mereka juga menentang rencana tak masuk akal ini, hanya karena demi kemanusiaan saya membantu, jika sampai Ly menuduh saya tak setia dan kami benar-benar tak bisa bersatu lagi, akan saya beberkan hal sebenarnya pada media, saya tak peduli nama baik om dan tante, juga perusahaan om yang katanya akan hancur, harga saham akan turun saya tak peduli," Nayaka bangkit dari duduknya dan ke luar dari rumah besar itu.
Lyona ke luar dari kamarnya dan menangis, mamanya mendekap Yona dan mengusap bahunya.
"Tenanglah Ly akan kami temukan, dia anak yang kuat, dia akan mau memaafkan kita,"
Papa dan mama Ly berpandangan mereka tak menduga masalah akan sepelik ini.
****
"Siapa kau, bagaimana bisa kau berada di rumah ini?"
Tiba-tiba laki-laki tegap telah berdiri di depan Lyora yang sedang membersihkan rumah dengan vacum cleaner, Lyora membuka penutup hidungnya. Menatap laki-laki di depannya dengan tatapan dingin.
"Saya yang harusnya bertanya mengapa anda seenaknya masuk tanpa permisi?"
"Aku tak perlu permisi jika akan masuk ke rumahku," ujarnya dengan wajah tak kalah dingin dan melewati Ly begitu saja.
"Hei, siapa anda, seenaknya masuk?" tanya Ly berteriak.
"Ya Allah, kaaak, kok gak ngasi kabar sih, kalau mau ke sini, Ly, kenalkan ini kakakku, Chaldera, itu sahabatku, Lyora, kalian sudah kenalan?" tanya Cassandra sambil memeluk lengan kakaknya.
"Sudah," jawab mereka bersamaan tanpa senyum dan saling menatap dengan tajam.
****
8 Desember '19 (18.47)
Maaf slow up date ya, masih banyak hutang di empat cerita yang lain, tiba-tiba saja pingin ngelanjutin cerita ini 😉😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top