[20] Kemungkinan

Kaisar Agate merenung sambil mengingat catatan yang sempat dilihat dari hasil kerja laskar konservator batu jiwa. Ada hal aneh yang menumbuhkan prasangka. Dalam mimpinya semalam, akan ada korban yang menutup pencarian lima batu cahaya. Keresahan itu menciptakan awan mendung sehingga rasa senang terhadap penemuan batu eirene tidak bisa dia rasakan sepenuhnya.

Kaisar Agate menemui Ruby yang sedang menemani permaisuri, Beryle Rhana, di taman. Wajah yang terlihat lesu secara jelas diperhatikan oleh  Permaisuri Rhana sehingga menghentikan kegiatannya yang sedang merangkai manik-manik permata.

“Ruby, temuilah Diamond di dunia manusia. Tanda batu cahaya ketiga sudah muncul. Pastikan seperti yang dilakukan saudaramu yang lain sebelumnya.” Kaisar Agate memberikan titah.

“Baik, Ayahanda.” Ruby menyahut patuh.

“Ibunda, Ruby pamit.”

“Hem, pergilah. Hati-hati.” Permaisuri Rhana mempersilakan.

Setelah kepergian putrinya itu, Permaisuri Rhana yang khawatir pada Kaisar Agate bertanya memastikan.

“Kaisar ada masalah?” Permaisuri Rhana mendekat ke hadapan Kaisar Agate.

Tanpa menatap permaisuri, Kaisar Agate menjawab.
“Ya. Akan kuberi tahu jika tanda itu sudah pasti.”

Permaisuri Rhana mengangguk untuk mengerti keadaan kaisar dan percaya akan setiap keputusannya.
“Jagalah kesehatan Kaisar, kita tidak tahu ancaman apa lagi yang mungkin kita hadapi nanti.” Permaisuri Rhana memberikan saran.

“Engkau menemukan sesuatu?” Kaisar Agate paham, Permaisuri Rhana tidak akan mengucapkan sesuatu tanpa alasan. 

“Pemahaman kita jika disatukan mungkin akan menemukan tanda baru.” Permaisuri Rhana ingin memastikan.

Kaisar Agate mengangguk. “Kita tunggu sampai batu cahaya keempat ditemukan.”

💎💎💎

Ruby mengikuti arah dimensi yang dituntun oleh manik gelang pemberian Kaisar Agate. Gelang itu diberikan agar bisa mengakses dunia manusia. Dia sudah sangat ingin tahu sejak pertama kali Zircon bercerita setelah mengunjungi Diamond. Juga bisikan Emeralda padanya.

“Kak Diamond seperti telah menemukan hiburan di dunia itu.”
Ruby menjadi sangat penasaran.

Gelang manik yang dipakai oleh Emeralda, Zircon, dan Ruby mengantarkan wujud di mana Lian berada. Jika dua saudaranya menjumpai sang kakak di rumah hunian, Ruby berbeda. Kini dia muncul di taman, di bawah pohon bungur yang rimbun. Wajahnya melongok dari belakang batang pohon dengan bunga berwarna ungu. Gadis dengan pakaian yang berbeda style dengan manusia pada umumnya tentu menarik perhatian mata yang tertuju padanya. Ruby tidak sadar itu, karena pandangannya fokus melihat kakaknya yang sedang berpisah dengan seorang perempuan.

“Itukah yang dimaksud oleh Kak Emeralda?” Ruby bertanya-tanya.

Lian yang sudah berbalik arah untuk menuju rumah dikagetkan oleh kemunculan sang adik yang heboh.

“Dor! Hayo sedang apa? Siapa gadis itu? Kekasih Kak Diamond? Memangnya boleh–”

Lian yang terkejut sesaat meraih lengan Ruby dan menutup mulutnya dengan satu kata.
“Diam.”

Ampuh, Ruby menghentikan ucapannya yang terlalu bersemangat.

Lian menoleh ke sana kemari, menemukan tatapan aneh dari beberapa orang. Terutama melihat Ruby yang bagi manusia sekarang tampak seperti cosplayer dengan mode busana putri kerajaan zaman kekaisaran kuno yang menutupi hampir seluruh bagian tubuh.

“Ikut aku.” Lian mengajak Ruby untuk segera bergegas menuju rumah huniannya.

Ruby menurut dan mengikuti sang kakak dalam diam hingga sampai di tempat tujuan. Beberapa kali dia dibuat terpana dengan pemandangan sekitar, juga gedung-gedung dengan bentuk yang jauh berbeda dari apa yang biasa dilihatnya di Wonder Stone.

“Sebagaimana firasat Kaisar, batu ketiga sudah berhasil ditemukan.” Lian yang sudah hafal tujuan dikirim para saudaranya langsung memberikan informasi utama.

“Bukan hanya itu tujuanku kemari.” Ruby protes.

Lian memperhatikan Ruby yang sedang menatapnya sedikit kesal. Sama seperti Zircon dan Emeralda, Ruby tak senang dengan tanggapan Lian yang kaku.

“Kaisar sepertinya sedang banyak pikiran akhir-akhir ini.”

Lian duduk di sofa, diikuti Ruby juga ikut duduk tanpa dipersilakan.

“Kenapa?” Lian jadi penasaran.

Ruby mengangkat pundak, “Tidak tahu.”

“Aku ingin berkunjung ke Wonder Stone. Banyak yang ingin kutanyakan pada Kaisar. Hanya saja, gelang manik yang diberikan disita. Aku tidak bisa seenaknya pergi-kembali. Berbeda dengan kalian, sepertinya gelang manik itu lebih reaktif padaku.”

“Begitukah? Baiklah, akan kusampaikan pada Ayahanda. Ada syaratnya.” Ruby tersenyum jahil.

Lian menatap dengan sorot intimidasi, membuat spirit Ruby menciut.

“Siapa gadis yang Kak Diamond temui tadi.” Ruby meringis. Seseram-seramnya, dia yakin kakaknya itu penyayang. Jadi, dia memberanikan diri karena rasa penasarannya berhasil mengalahkan rasa segan.

“Teman.”

“Sejak kapan Kak Diamond memiliki teman perempuan?” Ruby meragukan.

“Sejak di dunia ini.” Lian menjawab lugas.

Ruby manggut-manggut. “Baiklah. Lebih bagus seperti itu. Lagi pula, sedekat apa pun, kalian juga pasti akan berpisah. Kita beda dunia.”

“Ya.” Lian tak membantah sama sekali.
Ruby menghela napas, “Sebegitu mustahil?”

“Kembalilah. Sudah selesai tugasmu bukan?”

“Dasar galak.”

Lian menatap tajam, Ruby bangkit dari duduknya.

“Iya, aku pulang. Dadah!”

Lian menatap ke arah suara yang tak ada wujudnya. Ruang yang tadi berisi percakapan, sudah berganti dengan tampilan ruangan yang hanya menghadirkan dirinya seorang.

💎💎💎

Zircon merecoki Emeralda yang belum menyelesaikan syair yang ditulis.

“Lihatlah, aku lupa tadi mau menuliskan apa.” Emeralda jengkel pada adiknya yang jahil itu.

“Tidak berminat untuk menemui Kak Diamond lagi?”

Emeralda langsung menatap lurus ke wajah Zircon. Terdiam sebentar sebelum dia menggeleng.

“Sebelum Kaisar memberi perintah tak ada langkah sembrono seperti itu.” Emeralda memberikan pengertian.

“Ayolah, kita bisa membicarakan itu pada Ayah. Asalkan kita kompak. Bayangkan betapa lezatnya makanan di sana.” Zircon menampakkan wajah tergila-gila membayangkan berbagai macam makanan yang sempat dinikmatinya di rumah yang Lian huni.

“Kau sudah mencicipi makanan di sana?” Emeralda tak percaya.

Zircon mengangguk percaya diri, “Jangan katakan Kakak belum?”

“Mana sempat, sudah diusir,” keluh Emeralda.

Zircon tertawa, “Sayang sekali.”

“Kak Diamond memang sempat menyuruhku datang kembali mengajakmu atau Ruby. Apakah kugunakan kesempatan itu?”

“Nah, ide bagus.”

“Baiklah, kita tunggu Ruby. Dia sedang diutus ke sana hari ini.”

“Yeah!” Zircon tampak girang. Semakin membuat Emeralda penasaran selezat apa makanan yang dirasakan adiknya itu.

💎💎💎

“Ma ....” Zinnia menyapa Melati yang sedang sibuk memotong daun-daun aglonema yang mulai layu.

“Ada apa?” Melati menghentikan kesibukannya, menoleh ke arah putrinya yang sudah berjongkok di dekatnya.

“Kau sudah mandi, nanti gatal kalau memegang tanaman itu dan terkena getahnya.” Melati memberi tahu.

Zinnia urung memangkas daun aglonema berwarna merah muda.
“Zinnia ingin bertanya sesuatu.” Zinnia menyampaikan kegundahannya akhir-akhir ini.

“Apa itu?” Melati mendengarkan ujaran Zinnia dengan sepenuh hati.

“Bagaimana jika suatu saat nanti ada seorang pemuda yang berasal dari negeri dongeng mengajakku ke dunianya?”

Jelas saja ujaran itu membuat Melati termangu. Tatapannya meredup.
“Mengapa berpikiran seperti itu? Dongeng apa yang baru saja kau baca di kelas paket tadi siang?” Itu yang bisa Melati jadikan jawaban sepintas.

“Jika iya?” Zinnia menginginkan jawaban lain.

“Mama akan izinkan jika pemuda itu Berlian.” Melati hanya membayangkan kemungkinan paling dekat.

“Kenapa Lian?” Zinnia menyanggah.

“Hanya dia temanmu yang berhasil membuatmu berkhayal sedemikian rupa, bukan?” Melati mencoba menggoda putrinya dengan senyum penuh arti.

Zinnia termenung, mamanya sudah pasti tahu banyak hal tentang dirinya. Kemungkinan juga tahu bagaimana perasaannya. Hanya saja, Zinnia berharap, tidak dengan rahasia bahwa Lian memiliki dunia yang berbeda. Dunia yang sampai detik ini masih dia tunggu agar Lian memberikan kejelasan tentang itu.

💎💎💎

Bersambung ....

CU🌷
Masih semangat 🙌

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top