[13] Atma Tirta

Zinnia tidak berubah dari sebelum-sebelumnya. Dia hanya semakin memperhatikan bagaimana seharusnya berpenampilan. Berteman dengan Lian bukan menjadikan alasan, tetapi pemuda itulah yang datang saat dirinya berada di talian peristiwa kesorangan. Sekarang, dengan kembalinya kemampuan penglihatan, mungkin dia akan mendapatkan lebih banyak teman.

Hari ini Lian berjanji akan membantu Zinnia untuk mendaftarkan diri di lembaga pengadaan program pendidikan kesetaraan. Zinnia menunggu di sebuah taman umum dekat dengan danau di wilayah regensi di mana dia tinggal. Pemuda yang ditunggu masih dalam perjalanan setelah mengakhiri aktivitas kuliah di kampus. Di tengah waktu menunggu itu, Zinnia berjalan-jalan santai menikmati pemandangan sekitar. Penglihatannya terkecoh oleh seekor kucing yang berlari seolah tanpa memedulikan apa pun.

Kucing berbulu putih lebat dengan ekor panjang itu berhenti seolah menatap ke arah Zinnia. Lalu berjalan di tepian danau, tetapi tiba-tiba kaki hewan menggemaskan itu terpeleset. Cakar-cakar pada kaki depannya berusaha untuk mengangkat tubuhnya kembali ke pijakan yang aman. Sayangnya gagal, ia tercebur ke air dan kesulitan untuk menyelamatkan diri. Zinnia panik dan melihat ke sekitar untuk memohon bantuan, sayangnya tidak ada satu pun orang yang terlihat di matanya. Itu menyebabkan Zinnia nekat menolong felis malang tersebut dengan ikut menceburkan diri. Tepat saat tubuhnya jatuh, ada tenaga tak terlihat yang menarik ke dasar air.

"Tolong!" jerit seseorang yang melihat kejadian saat Zinnia masuk dan lenyap di permukaan danau.

"Ada apa?" Lian baru saja sampai di tempat yang seharusnya dia menjumpai pemilik janji dengannya.

"Tadi seorang gadis menceburkan diri ke danau, tetapi tidak tampak dalam sekejap. Sepertinya dia tenggelam." Wanita yang tadi ganar menyaksikan gelagat Zinnia memberi tahu dengan masih menampakkan kebingungan.

Lian terkejut. Apakah gadis yang dimaksud itu Zinnia? Siapa pun orang itu, Lian punya kewajiban untuk menolong. Bukan melupakan Zinnia, Lian tetap akan menunaikan janjinya setelah dia berusaha membantu seseorang yang lebih membutuhkan. Lian pun seketika menceburkan diri ke air setelah wanita yang melihat aksi gadis masuk ke danau itu menunjukkan titik permukaan air yang dimaksud. Lian terperangah merasakan seolah tubuhnya kaku. Kemampuan renangnya kacau balau. Yang dia tahu saat ini, ada energi yang menyeretnya untuk terjun bebas. Bukan seolah sedang melawan kepadatan air, tetapi tubuhnya seperti benda yang lolos menerobos udara.

Tepat saat Lian menjejakkan kaki di permukaan dasar air serupa lautan, penglihatannya sangat baik, bahkan pernapasannya sama sekali tidak terganggu. Tangannya bergerak-gerak memastikan bahwa ruang yang kini menampungnya benar-benar benda cair. Belum sempat terheran, kedua sudut matanya menangkap sekelebat bayangan dari balik terumbu karang yang menutupi keberadaannya.

"Zinnia?" Lian memastikan sosok yang sedang digiring seolah terdakwa. Wajah nelangsa itu mengiris dada Lian. Ada dua wujud makhluk mirip manusia dengan sisik yang terdapat di beberapa bagian tubuhnya, membawa gadis yang memiliki janji dengannya.

"Berarti gadis yang menceburkan diri tadi itu Zinnia?" Lian masih tak habis pikir. Belum sempat mencerna hal yang sedang dialami, Lian tersadar bahwa dirinya lagi-lagi terperangkap di loka lain.

Ini adalah zamin pisces, denyut para ikan mencari kehidupan.

💎💎💎

Belum sempat memahami keadaan dan apa yang sedang menimpa diri, Zinnia mengikuti langkah dua sosok makhluk dengan rupa sepertinya. Namun, beberapa tanda yang ada pada tubuh mereka mengisyaratkan bahwa mereka bukan bangsa manusia.

"Dia masih belum mau membuka suara, Baginda." Gadis dengan rambut dan juga iris mata berwarna gelap melaporkan pada sosok yang Zinnia kira adalah penguasa wilayah di mana kini dia berada.

"Sudahkah kalian periksa apa yang sekiranya dia cari di sini?" Wanita dengan raut seorang dewi dan sorot mata tajam memastikan.

"Untuk saat ini tidak ada, Baginda." Kini gadis yang tadi ikut menggiring Zinnia memberi tahu.

"Atau mungkin saja, dia tersesat," ujar laki-laki dengan rambut dan jenggot putih di samping wanita yang duduk di singgasana. Dia adalah penasihat.

"Bukankah dia manusia? Aneh rasanya bisa masuk dalam dunia kita. Kecuali jika dia memang ...," bisik wanita berpenampilan paling menarik pada penasihat puri.

Cyprinus Golda heran, manusia tidak akan sembarangan bisa menemukan keberadaan dunia ini. Apalagi dalam benak mereka, manusia itu makhluk kejam.

"Kita tahan dia, Baginda. Barangkali akan datang petunjuk lain." Selachimorpha Aaric memberi saran.

Ratu Golda menyetujui. "Nilty, Pophta, bawa dia ke ruang penahanan. Beri dia makan."

"Baik, Baginda." Dua dayang yang diperintahkan menyahut bersamaan, lalu membawa Zinnia yang masih diam seribu bahasa.

Gadis yang merasakan sakit kepala sejak menyadari masuk ke alam antah-berantah lagi, hanya menurut saat tangannya digandeng dan digiring kembali ke suatu tempat mirip penjara. Akan tetapi, tampak seperti ruangan yang nyaman.

💎💎💎

Lian berhasil membuntuti hingga gerbang puri yang dipimpin oleh Golda Cyprinus. Sayangnya, dia tidak bisa masuk karena sadar akan segera dicurigai. Setelah memikirkan matang-matang, juga susunan siasat untuk menolong Zinnia, Lian secara sembunyi-sembunyi menangkap seorang prajurit, menyekapnya, dan merampas pakaian khas yang bisa digunakan untuk menyusup ke dalam puri.

"Tenanglah, kamu akan baik-baik saja. Doakan aku berhasil menyelamatkan temanku yang tanpa salah ditangkap oleh sesamamu itu." Lian menepuk-nepuk dada prajurit yang mulut, kaki, dan tangannya diikat. Lalu Lian membuatnya pingsan dengan sekali pukulan.

"Maaf." Lian berucap sebelum menghilang dengan begitu cepat.

Lian menyamar menjadi bagian dari petugas kerajaan. Sedikit demi sedikit mencari tahu apa yang sedang terjadi di istana perihal masuknya makhluk asing. Lian tahu, itu adalah Zinnia.

"Ratu Golda pemimpin yang baik dan bijaksana."

"Iya, tetapi jika memang gadis asing itu terbukti bersalah. Nyawanya pasti akan terancam. Dia tidak akan bisa kembali hidup-hidup."

"Manusia kejam, jadi itu balasan setimpal untuk mereka yang suka menangkap kita secara bengis bahkan menghancurkan pemukiman bangsa kita tanpa ampun. Biarkan saja mereka menanggung akibat perbuatan mereka sendiri. Masih belum ada apa-apanya."

Lian mengepalkan tangan menahan emosi.

"Gawat!" Datang tergopoh satu petugas istana.

"Sepertinya gadis manusia itu memang telah mencuri sesuatu. Peliharaan adik sepupu Ratu Golda hilang."

Lian tidak bisa lagi menahan diri. Tanpa menunggu akibat selanjutnya atas kenekatan yang dipilih, dia bergegas mencari di mana Zinnia disekap. Dia harus membebaskan gadis itu dan membawanya kembali dengan selamat.

💎💎💎

Bersambung ....

CU🌷

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top