🍁 4. Lamaran 🍁

Malem, temans. Randu update lagi yakk malem ini🥰🥰

Randu menepati janjinya untuk menjemput Azalea tepat pada pukul lima pagi. Untunglah Azalea sudah selesai merapikan dirinya dan langsung membuka pintu tepat saat Randu menekan klakson mobil. Setelah berpamitan pada orang tua Azalea, keduanya meninggalkan kawasan perumahan tempat Azalea tinggal.

Mobil membelah jalanan yang masih lengang. Azalea membuka sedikit kaca di sampingnya setelah meminta Randu untuk mematikan AC. Udara dingin yang masuk melalui jendela berbanding terbalik dengan hatinya yang menghangat karena perhatian Randu. Pria itu menanyakan apa yang ingin Azalea makan untuk ganjal perutnya karena dia berniat mengajak sarapan nasi jagung di Malang saja.

"Aku nggak nyangka kalau ternyata jalan Sidoarjo-Malang bisa enggak macet," kata Azalea membuka pembicaraan setelah kesunyian panjang.

"Asal tahu jam sibuk saja," sahut Randu.

"Memangnya Mas Randu selalu berangkat sepagi ini kalau keluar kota? Bisa gitu selalu bangun pagi? Sesering apa kunjungan kerjanya?"

"Tergantung ke mana tujuannya. Disesuaikan saja."

Mobil berhenti di sebuah swalayan. Randu turun dan kembali dengan kantong plastik di tangan. Azalea membukanya dan tersenyum lebar. Randu membeli beberapa bungkus roti dan susu kotak serta dua batang coklat yang kebetulan dia suka.

"Makasih. Mas Randu tahu aja apa yang aku suka," cetus Azalea.

Perjalanan itu hanya didominasi suara Azalea yang menceritakan tentang banyak hal. Sesekali Randu menimpali dan Azalea kembali bercerita. Banyak sekali topik yang mereka angkat meski akhirnya Randu hanya menjadi pendengar yang baik. Secara keseluruhan, Azalea menyukai perjalanan mereka, termasuk sarapan nasi jagung di pasar Singosari. Menu sederhana, tetapi memiliki rasa luar biasa.

Hampir pukul delapan, Azalea mengekor Randu berjalan memasuki kantor cabang Malang. Ada aroma pakan ternak menguar di udara yang sempat membuat Azalea sedikit mual. Untunglah tempat Randu mengadakan meeting adalah sebuah ruangan luas dan bersih serta telah ditunggu oleh beberapa sales.

"Selamat pagi, semuanya," sapa Randu setelah duduk di ujung meja sementara Azalea duduk di sebelahnya.

"Pagi, Pak Randu," jawab para sales kompak.

"Calonnya, Pak?" tanya salah seorang dari mereka.

Hanya senyum tipis yang ditunjukkan oleh Randu dan rapat pun dimulai. Azalea diam dan menyimak tanpa benar-benar mengerti apa yang dia dengar selain strategi pemasaran. Dalam diam dia kembali mengagumi sosok Randu. Bagaimana dalam penjelasan yang simpel pria itu berbicara dan langsung disambut anggukan oleh semua tim pemasaran.

Meeting selesai dalam satu jam dan Azalea kembali mengekor Randu ke beberapa meja admin. Azalea mendengar instruksi Randu yang hanya dijawab dengan kata-kata "siap, Pak" kemudian sedikit kalimat godaan ketika melihat Azalea.

Randu mengajak Azalea mengunjungi beberapa distributor besar untuk produknya di Malang. Di sela-sela pekerjaan itu Azalea mendapatkan keinginannya. Es krim yang kedaimya di sebelah toko buku, beberapa tempat wisata, dan aneka jajanan khas Malang yang dibeli langsung setelah dibuat.

"Mas Randu coba ini," kata Azalea sambil menyuapkan tester keripik tempe rasa balado pada Randu. "Aku mau beli buat Mama," sambungnya.

Randu hanya mengiyakan ucapan Azalea dan berakhir dengan membayar belanjaan Azalea yang tak seberapa. Dalam perjalanan pulang, Azalea kembali merasa dimanjakan oleh Randu. Kunjungan ke beberapa tempat kuliner dan berakhir dengan makan malam yang meskipun tidak romantis, tetapi mampu membuat hati Azalea terus menghangat.

***

Azalea telah selesai dirias. Wajah ayunya kini terpoles make up sederhana yang membuat wajahnya tampak makin cantik. Gaun panjang berwarna biru langit memeluk tubuh langsingnya dengan sempurna. Rambutnya digulung menjadi sanggul modern dan dihiasi dengan beberapa pin hair sewarna dengan gaunnya.

Azalea sedang menunggu kedatangan keluarga Randu yang hari ini datang melamar. Tidak pernah terpikir olehnya bahwa dia akan dilamar secepat ini. Semula Azalea hanya berpikir akan berpacaran dengan Randu, tetapi pria yang dia kagumi itu justru menyampaikan sesuatu dengan serius.

Ingatan Azalea kembali pada hari ketika Randu menyatakan niatnya. Dalam perjalanan pulang setelah mengajak Azalea ikut dalam kunjungan kerja luar kota yang ketiga, Randu mengatakan keseriusannya. Singkat, jelas, dan langsung pada poinnya.

"Kamu mungkin mencari pacar, Lea, tapi aku enggak," kata Randu memulai. "Aku mencari calon istri dan aku berniat meminangmu segera," lanjutnya.

"Mas Randu, tapi ....."

"Aku tidak mau main-main, Lea dan aku menghargaimu sepantasnya."

Perkataan Randu yang meskipun tidak romantis dan disertai bunga, nyatanya mampu melambungkan hati Azalea yang dasarnya sudah penuh bunga. Kata menghargaimu sepantasnya rasanya cukup sebagai pegangan atas niat baik yang disampaikan oleh Randu. Meskipun bukan kata cinta seperti kebanyakan lamaran romantis ala cerita novel, Azalea tetap bahagia.

"Kita baru kenal, Mas Randu," ujar Azalea.

"Tidak peduli sebentar atau lama waktu untuk saling mengenal, ketika waktunya tepat maka segala sesuatu akan lancar begitu saja. Seperti itulah jodoh bertemu."

Azalea membenarkan kalimat Randu. Dalam tiga bulan perkenalan mereka rasanya Azalea sudah paham bagaimana harus menghadapi Randu. Pria itu tidak menyulitkan, ditambah rasa saling mengerti di antara keduanya membuat Azalea yakin untuk menerima pinangan Randu.

"Lea ...." Panggilan yang disusul pintu terbuka membawa mamanya masuk dan mendekat pada putrinya.

"Aku sudah selesai dari tadi, Ma," jawab Azalea.

"Mama tahu. Tak terasa, ya, kamu sudah dipinang pria. Rasanya seperti baru kemarin Mama melahirkan kamu."

Azalea memeluk mamanya. "Lea belum bisa balas semua kebaikan Mama."

"Ndak usah ngomong sesuatu yang buat sedih. Ini hari bahagiamu, Lea. Sudah seharusnya Mama merawat dan mendidikmu sampai sukses."

Ucapan Mama membuat Azalea semakin terharu. Begitu pula ketika dia duduk di antara orang tuanya, mendengarkan perwakilan dari keluarga Randu menyampaikan lamaran untuknya. Suara-suara di sekitar Azalea seolah menghilang saat tatapannya terpaut pada Randu. Mengenakan setelan hitam dengan kemeja sewarna gaunnya, Randu adalah pemandangan terindah untuk mata Azalea.

Bahkan ketika Mama Randu menyelipkan cincin di jari manis Azalea, gadis itu hanya tersenyum sementara matanya berkali-kali mengarah pada Randu. Mata Azalea seolah terpaku pada objek yang sama dan tidak kuasa untuk mengalihkannya untuk waktu yang lama.

"Sudah, jangan lihatin anak Mama sampai begitu. Nanti kalau sudah sah juga kamu bisa lihat dia setiap hari," bisik Mama Randu tepat di telinga Azalea.

Azalea menunduk dalam. "Mama, maaf," gumamnya.

"Mama paham, kok, Lea. Mama juga pernah muda. Memang begitu kalau lagi sayang-sayangnya."

Tatapan Randu membuat pipi Azalea memanas. Dia tidak mengerti bagaimana Randu begitu mudahnya membuat segala macam emosi datang silih berganti. Azalea menunduk malu. Tingkah itu diketahui calon mertuanya dan sekali lagi dia masih berusaha untuk melirik Randu. Kali ini ada senyum Randu yang tersungging untuknya. Manis, menawan, dan mengirimkan getaran ke seluruh tubuh Azalea.

"Tetaplah seperti itu sampai tua nanti, ya, Lea," imbuh Mama Randu.

Azalea tidak menjawab ucapan calon mertuanya. Saat acara ramah tamah tiba, akhirnya dia bisa duduk bersebelahan dengan Randu. Randu masih menikmati makan malamnya yang diambilkan oleh Azalea.

"Bahagia?" Randu bertanya sementara mulutnya tetap mengunyah makanannya.

"Iya," balas Azalea. "Rasanya masih nggak percaya aku dilamar secepat ini."

Randu tidak lagi berkomentar, tetapi senyum sejuta wattnya kembali tersungging untuk Azalea. Di saat yang sama Azalea mengetahui bahwa dia telah jatuh cinta sedemikian dalam pada pria yang telah melamarnya.

Lea kesetrum senyum sejuta watt kea nya. Segitu terpesonanya diaa ... nerima aja dilamar padahal baru kenal😝

Love, Rain❤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top