🍁 12. Ego Azalea 🍁
Malem, temans ...
Mas Randu datang, menyapamu yang udah rindu gegara seminggu gak ketemu🤭🤭🤭
Senin pagi Azalea menyiapkan segala sesuatu di rumahnya dengan lebih santai. Hari libur membuatnya bisa bangun sedikit lebih siang untuk melakukan pekerjaan rumahnya. Menanak nasi sudah selesai dan hanya menyiapkan sarapan yang bisa dia lakukan dalam waktu singkat.
Menjelang pukul tujuh, Randu keluar dari kamar dan masih mengenakan celana pendek bersama Deasy dalam gendongannya. Azalea heran melihat pemandangan itu. Tidak biasanya Randu bisa sesantai itu ketika dia harus segera sarapan dan berangkat bekerja.
"Sini, Sayang, ikut Mama!" kata Azalea seraya berusaha mengambil Deasy dari pelukan Randu.
"Biarkan saja, aku ambil cuti," sahut Randu ketika Deasy tidak merespons Azalea dan malah memeluk erat lehernya.
Azalea langsung paham. Sabtu lalu Randu berangkat ke luar kota dan baru kembali tadi malam. Peresmian kantor baru di daerah Jawa Tengah, katanya. Azalea tidak banyak bicara. Dia kembali ke dapur dan menyiapkan sarapan untuk suami dan anaknya.
Ketika waktu sarapan tiba, Randu datang ke meja makan dengan Deasy dan dirinya yang sama-sama sudah mandi. Meski sedang menghindari banyak percakapan dengan Randu, tak urung Azalea merasa kagum pada keahlian Randu yang satu itu. Mungkin bukan satu, tetapi banyak dan kepiawaiannya mengurus Deasy hanyalah satu dari sekian yang telah dia kuasai dengan baik.
Azalea tidak memindahkan Deasy dari sisi Randu saat sarapan dimulai. Dia memilih menyuapi anak itu di sisi Randu mengingat kebiasaan si kecil jika papanya libur. Deasy duduk tenang dan memainkan mainan di tangannya sementara mulut kecilnya menerima suapan demi suapan dari Azalea.
"Sini, biar kulanjutkan," pinta Randu dan langsung mengambil makanan Deasy dari tangan Azalea. "Kamu ganti sarapan."
Azalea memberikan apa yang dipinta oleh Randu. "Iya," jawabnya menurut. "Mas Randu nggak ada rencana apa-apa?"
"Tidak. Kenapa? Mau jalan-jalan bertiga?"
Ada tatapan yang sukar diartikan oleh Azalea dari mata Randu. Menawarkan jalan-jalan bertiga, artinya akan banyak percakapan dan dia belum siap untuk memulai apa pun lagi. Rasanya masih segar dalam ingatan di saat Randu mengatakan dia bodoh dan bagaimana pria itu terlalu mencampuri pekerjaan rumahnya.
"Enggak." Azalea memilih untuk meraih piring dan mengisinya dengan makanan lalu memulai sarapannya.
Dalam diamnya, Azalea mengamati bagaimana Randu menyuapi Deasy. Untuk yang satu itu pun Randu bisa melakukannya dengan baik. Sejujurnya Azalea mengakui bahwa Randu adalah sosok sempurna di matanya. Satu-satunya hal yang tidak dia suka dari Randu hanyalah bagaimana mulut pria itu begitu julid mengomentari pekerjaan rumahnya hingga membuatnya merasa malas untuk membahas apa saja.
***
Selesai dengan rutinitas pagi, Azalea membawa Deasy ke ruang tengah. Meletakkan anak itu di karpet dan membiarkannya berdiri dengan memegang pinggiran meja. Azalea membiarkan saja hal itu, tetapi matanya tidak luput dari gerak-gerik si bocah yang sedang begitu semangat belajar berjalan.
"Lea, ada tempat main baru dibuka. Mau ajak Deasy ke sana?" Randu tiba-tiba sudah duduk di salah satu sofa.
Azalea menggeleng. "Enggak. Aku pengen di rumah aja."
"Ya sudah." Suara rendah Randu terdengar biasa saja setelah penolakan Azalea. "Ini," katanya sambil meletakkan sebatang cokelat di meja lalu pergi meninggalkan ruang tengah.
Azalea menatap cokelat yang baru saja ditinggalkan Randu untuknya. Azalea tahu kalau Randu hanya sedang berusaha minta maaf atas ucapan yang membuatnya emosi tempo hari. Baginya tidak semudah itu, Randu harus diberi pelajaran supaya lain kali bisa mengendalikan lisannya. Pria itu harus mengerti bagaimana memperlakukan istri dengan baik dan bersikap sabar seperti dirinya yang telah bersabar mengerjakan apa saja bahkan saat badannya terasa remuk setelah pulang kerja.
Azalea meraih cokelat pemberian Randu. Menyobek bungkusnya dan mulai memakannya. Manis dengan kacang mete yang selalu dia suka. Azalea memotong kecil dan memastikan tidak ada kacang di sana, lalu menyuapkannya pada Deasy. Anak itu melonjak-lonjak dan merangkak naik ke pangkuan Azalea. Azalea tertawa melihat bagaimana putrinya begitu bersemangat meminta cokelat lagi padanya.
Menjelang pukul dua siang, saat makan siang selesai dan Azalea telah menidurkan Deasy di kamarnya. Dia membereskan ruang tengah dari mainan Deasy yang berserakan. Merapikan rumahnya hingga semua kembali bersih seperti semula. Azalea masuk ke kamarnya dan mendapati beberapa bungkusan di tempat tidur.
Azalea menutup pintu kamar dan duduk di tepi ranjang. Dia meraih salah satu bungkusan yang ada di sampingnya. Azalea mengintip ke salah satu kantong dari sebuah toko sepatu ternama. Azalea mengeluarkan kotak yang menarik perhatian itu dan membukanya lalu melihat sepasang high heels berwarna perak yang langsung memukau matanya. Hanya dengan memegangnya saja Azalea tahu kalau benda itu memang cocok dengan ukuran kakinya.
Berikutnya Azalea membuka kotak kertas dengan logo butik terkenal di sekitar kota Solo. Dia tercengang melihat sebuah dress berwarna biru gelap dengan bordiran perak melingkar di bagian leher dan ujung lengan serta bagian bawahnya. Azalea membawa gaun itu berdiri di depan kaca dan menempelkannya di badan. Secara keseluruhan, dress sepanjang lututnya itu benar-benar cantik dan dia menyukainya.
Azalea membuka bungkusan terakhir. Ada dua kotak di sana, salah satunya berisi clutch berwarna perak yang serasi dengan sepatunya dan seperangkat make up yang sedang ngetren. Azalea bengong mendapati semua itu. Suaminyakah yang memberikan semua itu?
Azalea bergegas keluar dari kamar dan melangkah menuju kamar kerja Randu. Dia ingin mengucapkan terima kasih atas hadiah yang telah diberikan dengan begitu murah hati. Belum sampai di depan pintu, langkahnya terhenti.
Tidak. Randu tidak memberikan semua barang itu dengan cuma-cuma. Pria itu pasti mempunyai maksud tertentu hingga menghabiskan banyak uang untuk membeli semuanya. Azalea mundur beberapa langkah dan kembali ke kamar.
Menatap kembali semua pemberian Randu dalam diam. Semuanya memang menarik, pasti terlihat cantik jika dia gunakan, dan sudah pasti akan membuatnya tampil beda. Kemudian apa kompensasi yang diinginkan oleh Randu? Azalea yakin kalau semua itu pasti cara Randu untuk meminta maaf.
Sebenarnya, tanpa meminta maaf pun Azalea sudah memaafkan Randu. Dia hanya sedikit menjauhi suaminya supaya pria itu tidak memulai untuk berkomentar lagi tentang pekerjaan rumahnya. Seandainya Randu bisa diam dan menyerahkan semua pada Azalea, tentu semuanya tidak akan terjadi.
"Suka dengan oleh-olehnya?" Randu tiba-tiba masuk kamar dan bertanya begitu melihat semua telah terbuka.
"Suka. Makasih," jawab Azalea.
Randu meraih kepala Azalea dan mengecupnya sekilas. "Pakailah kalau begitu. Aku mandi dulu," ujarnya lalu melangkah ke kamar mandi.
Azalea tertegun dan mengusap kepalanya. Dugaannya benar bahwa Randu tidak memberikan semuanya dengan cuma-cuma. Ada maksud tertentu dibalik hadiah itu dan Azalea menjadi waspada. Dia membereskan semua itu dan meletakkannya di lemari sesuai dengan jenisnya. Tidak akan dia biarkan Randu kembali merasa semena-mena dan bebas mengatainya. Hadiah itu tidak akan membuat Azalea luluh begitu mudah sehingga membuka peluang untuk Randu berbuat sesuka hati.
Sisa hari itu dilalui seperti biasanya meski Azalea terus membuat jarak dengan Randu sementara randu terus menyibukkan diri dengan laptopnya. Ada kalanya Randu bertanya sesuatu yang ditanggapi Azalea seperlunya saja. Bagi Azalea, begitu lebih baik karena kekecewaan dari ucapan Randu masih berbekas di hatinya.
Nah kan ... bingung ngadepin Randu sama Lea akutuuuhh😁😁
Love, Rain❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top