(Senyuman)
"Aku mau minumanmu."
Lantang sekali ucapannya, aku ingin menolak, jelas minuman itu milikku, namun mengapa tangan ini justru terulur padanya, hingga benda transparan berisi cairan itu berpindah padanya.
Bibir tebalnya tersungging kecil, lesung pipi dipipi kirinya muncul menambahkan kadar manis pada wajahnya yang berkulit sawo matang.
Sekali lagi, aku terpesona padanya, senyuman kecil itu berdampak pada hatiku yang kacau.
Apa boleh? Aku menginginkan senyum itu lagi?
Apakah akan baik-baik saja jika aku meminta dia tersenyum padaku?
Atau dia akan menganggap jika aku orang aneh?
Namun, senyumnya bagaikan nikotin, hingga aku merasa candu ingin terus melihatnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top