17.

A Touken Ranbu ft Twisted Wonderland fanfiction,

-Lueur-

Credit; DMM, Nitro+. And Disney- Twisted Wonderland, Aniplex, Yana Toboso.

Chapter Seventeen: Irenic.

Aku mematung,

menyaksikan pejuang sejarah tak berdaya.

Lenganku bergerak,

mengayun lecut memberi bilur di sepanjang kulit subtil.

Kampa terasa begitu nyata,

tawa iblis menguasai jiwa.

Memandang mahakarya,

dari daging yang mulai dingin.

Agah menembus akara,

jeritan kembali terdengar.

Dariku. Aku; akan semua yang tengah terjadi.

[NIGHT RAVEN COLLEGE|INFIRMARY.]

Tarikan napas berat namun terasa kosong di waktu yang bersamaan menimbulkan suara jeritan kecil mengiringimu saat viridian kembali menunjukan warnanya. Bunga tidur yang kau dapati cukup membuatmu merasa jejal sekaligus marah. Musuh baru hadir, kau memastikannya sebagai Saniwa gadungan yang sengaja didatangkan dari pihak musuh untuk melukai mental para Touken Danshi.

Hitam legam; seperti warna asli dari jiwa pasukan pengulang sejarah.

Ternoda; tak suci; kotor; hina.

Penampilannya sama seperti Saniwa, tetapi bukan Saniwa. Sosok itu tak suci; wujudnya berbeda untuk menipu kita. Wujudnya serupa Saniwa dengan ajun untuk merusak kesatria.

"I-itu... Aku?"

"Kamu baik-baik saja?"

Kau berani bersumpah bahwa saat membuka mata, yang ada hanyalah dirimu seorang dan beberapa kasur kosong dalam ruang yang berbau alkohol ini. Namun saat suara lain itu hadir yang memaksamu untuk menggulirkan bola mata, ada empat pria yang mengintimidasi dalam diam. Namun dari cekungan bola mata, ada sedikit kabut kekhawatiran yang menyelimuti keempat sosok yang mengelilingimu.

"Zigvolt-kun yang membawamu ke sini."

"Sebek-kun?" Lenguhmu pelan seraya memijat pelipis. "Di manakah sosoknya?"

"Ia mengikuti jam pelajaran ke dua. Tadi sempat menemanimu saat pelajaran olahraga masih bergulir." Suara yang sama memberi tangggapan.

"Maaf, sebelumnya." Gumamanmu sampai ke telinga mereka. "Saya hanya—ada sesuatu yang menimpa kesatria-kesatria Saya."

"Kesatriamu?" Yang hitam putih lain menjawab. "Saya pun mencoba menggunakan sihir untuk menghubungkan cermin ajaib dengan tempat-tempat lain yang dipadukan dengan hukum fisika mengenai ruang dan waktu, tetapi belum ada kemajuan yang signifikan."

Kepalamu berdenyut begitu menerima satu gelas air darinya.

"Kami masih menyembunyikan kehadiranmu. Namun cepat atau lambat, Departemen Sihir pasti akan mengendus hal illegal yang kami lakukan saat ini." Penuturan Crowley sama sekali tak membantu untuk menemukan jalan keluar dari semua ini. "Namun yang jelas, selama kamu masih mengikuti arahan dari Saya—dengar. Saya tidak bisa menjamin kamu aman di tempat ini, tetapi seperti yang Saya katakan sebelumnya, kalau kamu mengikuti arahan Saya, kecil kemungkinan kalau pihak dari Departemen Sihir akan menjatuhkan sanksi. Pada sekolah ini, Saya, dan staf-staf yang bersangkutan, serta kamu."

"Staf-staf? Tunggu, maksud Anda? Anda memertaruhkan reputasi Anda sendiri demi Saya? Lalu bagaimana dengan murid-murid di sini?"

"Mau bagaimana lagi?" Kilahnya terdengar penuh ragu. "Saya tidak memertaruhkan murid-murid, tetapi staf sekolah mempertaruhkan segalanya yang ada kalau sesuatu yang tak terduga tiba. Namun kemarin cermin ajaib menunjukkan aktivitas aneh. Sayup suara seperti radio rusak tertangkap, Saya menunda segala kegiatan Night Raven College yang menggunakan cermin ajaib sampai kita sama-sama menemukan jalan keluarnya."

"Tidak. Saya tidak memerlukan adorasi dari kalian." Kau menanggap yakin. "Tidak ada kesatria yang akan diam saja untuk menemukan jalan keluar dari ini semua, dan Nantou-sama dan Nishi-sama akan melakukan yang terbaik untuk menemukan Saya. Katakanlah jika pihak kalian yang memiliki otoritas akan sesuatu yang disebut sihir itu datang, semua akan terkendali walau agak meleset dari yang Saya duga nantinya."

Crowley mendelik, entah wajah seperti apa yang berada di balik topengnya, tetapi kau yakin wajah itu pun menunjukkan sebuah raut gusar dari perasaan yang tersirat.

"Bagaimana kau tahu akan hal itu?" Trein bertanya. Alisnya menukik menginginkan jawaban sejelas mungkin.

Kau memandangnya penuh peringatan. "Karena Saya setengah Dewa."

"Saya sempat mengunjungi Diasomnia; asrama yang ditinggali Sebek Zigvolt-kun. Jujur, Saya meminta Zigvolt-kun untuk 'mengawasi' kamu dari tuannya." Ujaran yang dilontarkan oleh Crowley lantas membuatmu kembali memberikan fokus untuknya.

Tidak ada yang salah dengan pernyataan yang terlontar dari bibir gelapnya. Pengawasan memang perlu dilakukan untuk "orang asing". Kau sebagai Saniwa pun mengetahui hal ini dan menganggap bahwa yang dikatakan oleh gagak itu sah-sah saja mengingat kau pun adalah "orang asing" yang masih belum menemukan titik terang untuk kepulangan dan membantai habis pasukan sejarah itu.

Namun ada satu kalimat yang membuatmu penasaran. "Tuan"... maksudnya apa? Mungkinkah Sebek memiliki tuan yang bersekolah dalam akademi ini?

"Maksudmu, apa Sebek-kun memiliki seorang "tuan" di tempat ini?"

Crowley mengangguk.

"Persis. Dari ras peri yang hidupnya jauh lebih lama ketimbang akademi ini dibangun. Satu-satunya makhluk hidup dalam Twisted Wonderland yang akan bertahan jauh lebih lama ketimbang yang lain. Saya memberikan jawaban yang tidak membantunya, mungkin ia akan meminta kesatrianya untuk menyelidikimu." Crowley diam selama beberapa saat. "Malleus Draconia-kun. Sosok itu adalah Putra Mahkota dari tanah peri Lembah Duri. Ia bersekolah di sini, bersama punggawa yang diketahui sebagai Jenderal Lembah Duri dalam perang sihir saat buana ini masih diliputi kegelapan: Lilia Vanrouge-kun. Seorang veteran yang namanya tercantum dalam buku sejarah kami sebagai kriminal perang."

Anila membelai gorden putih yang dipasang dalam ruang kesehatan akademi. Netra viridian membeku, tak bergerak lurus-lurus seperti biasa.

Alis berkedut ragu saat belah bibir melontarkan pertanyaan.

"Kesatria?"

Kepala sekolah mengangguk,

"Vanrouge-kun diketahui melatih Sebek-kun dan Silver-kun untuk menjadi seorang kesatria Lembah Duri."

"Silver?" balasmu.

"Ya." Tanggapnya. "Firasatku mengatakan bahwa Silver-kun-lah yang diminta oleh Draconia-kun untuk menyelidikimu secara diam-diam."

Kau mendengus kecil sebelum pernyataan lain datang dari si hitam putih yang nyentrik itu.

"Namun kurasa tidak masalah kalau pihak Diasomnia—hanya Diasomnia saja yang tahu tentang jati diri gadis ini. Kau tahu, Dewa dengan Peri itu serupa namun tak sama. Mereka nyaris mengetahui segala sesuatu yang berada di bumi. Mereka hidup jauh lebih lama dari kita semua, dan lagi, kau menyembunyikan ini dari Malleus Draconia. Kau mengerti apa resikonya kalau ia tetiba marah karena hal yang cukup besar ini disembunyikan darinya?"

"Aku tahu taku tahu." Crowley menjawab cepat dari belungsang yang ia terima dari Crewel. "Aku juga masih mempertimbangkan hal ini. Jika saja aku memberitahu Draconia-kun, sifatnya yang naif itu pasti akan langsung membantu nona Saniwa ini untuk kembali ke tempat asalnya. Namun ada hal yang membuatku tidak bisa melakukan hal tersebut. Draconia kun masih memiliki tanggung jawab sebagai Raja di negeri para peri, dan tak mungkin akan menimbulkan konflik internal untuk Diasomnia mengenai tenaga tuan mereka, dan lagi, taruhannya adalah pihak Departemen Sihir, kau tahu? Orang-orang kolot itu sudah pasti tidak akan mendengarkan penjelasan kita. Kalau saja mereka tahu bahwa Draconia-kun membantu melepaskan nona ini, hal tersebut bisa memancing keributan dan perang antara Lembah Duri dengan pihak otoritas itu tak bisa dihindari. Serba salah juga."

"Tidak boleh seperti itu. Saya tidak ingin Raja dari negeri lain pun terseret dalam kasus ini—dan Saya tidak ingin anak-anak Saya memiliki hutang budi terhadap kalian semua." Kau melontarkan balasan sinis. "Namun jika kesatria yang Anda maksud itu menyelidiki Saya secara diam-diam, cepat atau lambat pasti ia akan mengetahui ihwal siapa Saya sebenarnya. Dan Saya berharap sampai saat itu tiba, Saya sudah kembali ke Takamagahara dan tidak menimbulkan kegaduhan di akademi ini."

Crowley mengangguk pasif.

"Bisa saya lihat orang-orang dalam asrama yang sama dengan Sebek-kun?"

Jemari dipetik, Crowley mendapat buku yang cukup tebal. Lembar demi lembar dibuka menimbulkan suara kertas yang beradu dengan halaman lain. Dalam satu gambar, ia menunjuk,

"Ini Sebek Zigvolt-kun."

Kau mengangguk mengikuti jemarinya yang membuka lembar-lembar berikutnya dan berhenti di satu sosok tanpa ekspresi dengan surai perak dan netra yang penuh dengan afsun.

"Ini Silver-kun."

"Silver?" Kau memastikan sejenak. "Terlihat seperti kedua Yamanbagiri-ku dalam satu orang."

"Siapa?"

"Yamanbagiri." Katamu sekali lagi. "Kesatriaku ada yang memiliki rupa seperti ini. Surai perak dan iris biru yang nyaris merupainya. Namun wajah ini terlihat seperti Yamanbagiri satunya yang tidak pernah menunjukkan ekspresi apapun."

"Baik baik, aku tidak mengerti apa yang kamu tuturkan." Celetuknya. "Bisa kita bergerak?"

"Lakukanlah."

Lagi, jemarinya berhenti setelah kau ditampakkan sosok mungil dengan potongan gaya rambut aneh dwiwarna hitam dan magenta. "Ini veteran yang kusebutkan tadi. Usianya jauh lebih tua ketimbang Draconia kun. Lilia Vanrouge-kun, yang melatih Zigvolt-kun dan Silver-kun serta guru untuk Draconia-kun menjadi seorang Raja nantinya."

Viridianmu mengamati foto dari dalam lembar itu. Tidak ada yang salah sepertinya. Di mana-mana, orang yang kecil itu memang cocok dijadikan sebagai panutan untuk orang-orang yang lahir jauh di bawahnya. Kalau yang dikatakan gagak itu bahwa sosok ini jauh lebih tua ketimbang sosok lain yang dikatakan lebih tua ketimbang akademi ini dibangun, lantas berapa usianya?

Kalau dipikir-pikir, kau juga memiliki sosok mungil namun menjadi sosok yang dikatakan sebagai sepuhnya para kesatria, benar?

Perwujudan gagak; Kogarasumaru yang dikatakan sebagai "Chichiue"-nya para Touken Danshi.

"Lalu yang mana Rajanya?"

Crowley berdehem. Lembar-lembar yang disisihkannya berhenti pada satu sosok yang cukup menarik. Dari foto pun kau tahu kalau figur yang memiliki tanduk itu adalah orang yang naif. Iris hijaunya tampak memandang ke arah kamera yang mengambil gambarnya, tetapi tidak jelas ke mana pupil lurus itu memusatkan atensinya. Bibirnya cukup gelap, dan aura yang dihadirkannya begitu kuat sampai-sampai kau merasa bahwa sosok ini bisa saja menghancurkan akademi dalam sekali hentakan kaki yang ia lakukan,

"Dia kah orangnya?"

"Benar." Trein yang menjawabnya. "Satu dari lima penyihir terkuat se-antero Twisted Wonderland; Malleus Draconia."

Hening. Kau hanya fokus memerhatikan sosok datar dalam gambar itu. Entah perasaanmu saja, atau memang orang ini memiliki otoritas dahsyat yang mampu melakukan segalanya dengan sihir yang dimiliki olehnya? Kau nyaris tergoda untuk meminta pertolongan lewat dirinya untuk mengembalikanmu ke Takamagahara, tetapi resiko yang dikatakan gagak itu cukup besar; dan kau tidak akan membiarkan satu korban pun datang dari akademi ini.

"Tadi Anda bilang bahwa cermin ajaib menunjukkan gelagat aneh, benar? Tolong bawa Saya ke cermin itu."

[HONMARU MINAMI|MINAMI'S OFFICE.]

Alis nyaris menyatu membentuk garis rimbun di atas kelopak.

Sanchoumou milik Hakuto masih menundukkan sedikit kepala dalam ruang kerja Minami. Iris zambrudnya langsung memandang sang tachi yang masih setia dengan seulas senyum. Agahnya seperti menjatuhkan sebuah tuduhan mentah-mentah yang harus Sanchoumou terima saat itu juga. "Kamu tahu, Mikazuki bukanlah sosok pendek akal yang akan melakukan hal yang tuanmu duga ini."

"Saya hanya mengantarkan surat tersebut agar sampai ke tangan Anda, Minami-sama. Tidak ada keinginan Saya untuk menginterupsi diskusi kalian kedepannya."

Terdengar embusan napas gusar keluar dari Minami sampai belah bibirnya kini memanggil satu sosok lain.

"Kuwana Gou, nak. Kamu di sana?"

Di balik tirai bambu sosoknya menjawab santai. "Ya, Aruji. Kuwana Gou ada."

"Kita ke benteng Timur sepuluh menit lagi. Lakukan persiapan."

Siluet itu menunjukkan anggukan sebelum kembali hirap.

Jemari mengenggam kuas. Menari di atas selembar kertas yang kemudian dilipat, lalu diberi stempel "南" di bagian muka surat.

"Berikan ini pada kekasihmu. Kembalilah, Sanchoumou dari Timur Laut. Terima kasih atas kesedianmu untuk memberi kabar ini."

Tachi dari Fukouka Ichimonji itu lantas terkekeh manakala jemarinya menerima surat dari Minami sebelum menundukkan pandangannya,

"Baik, Minami-sama."

[HONMARU NISHINISHI'S OFFICE.]

Kedua lengannya terlipat.

Jemari telunjuknya mengetuk-ngetuk pada kulit yang berada di balik lipatan kannushi putihnya. Kelereng ruby miliknya memandang lurus pada cermin yang memantulkan rupa sendiri. Decakan tak sengaja lolos, jemari memijit pelipis pening indikasi usaha-usaha yang dan Dewan lakukan sejak beberapa waktu lalu masih belum menimbulkan hasil apapun. Lantas, ia memutuskan untuk mambawa cermin tersebut ke benteng Barat; Biro Penyelidikan.

"Ingat betul kalau aku sudah memperingati Higashi untuk tidak sembarangan membeli sesuatu dari dunia manusia." Ia bertolak pinggang. "Ayolah, cermin tua. Bantu aku, kau tahu? Anak-anak kami tengah berperang melawan sesuatu yang tak kami inginkan."

Entah keajaiban apa, tetiba cermin tersebut bergetar. Refleksi dari Saniwa laki-laki itu tak lagi tampak. Tergantikan oleh warna hitam dengan garis-garis yang berjalan ke atas, seperti monitor yang hendak rusak.

"Aku belum melakukan apa-apa?"

"H—ei! –da—rang—sana?"

Tunggu-tunggu!

Iris rubynya melotot sempurna. Orang waras mana yang mendengar sayup suara dari balik cermin misterius itu malah memilih untuk mendekatkan dirinya, dan bukan menjauh lantaran suara aneh yang tiba-tiba datang dan cermin tersebut menjadi gelap seketika?

"Hei—hei!! Siapapun yang ada di luar!!" Nishi agak gelagapan. "Nikkari! Nikkari Aoe—ah, salah! Nikkari terhitung sebagai unit elit yang saat ini ada di benteng Hakuto! Buzen Gou! Buzen! Kemarilah!"

Mendengar seruan sang tuan yang diwarnai kepanikan, empunya nama turut datang dengan wajah penuh tekanan. "Ada apa, Aruji? Kekkai belum ditembus!"

"Hah!? Itu aku tahu! Ini! Dengarkanlah. Aku takut gila karena dihadapkan gempuran dari berbagai macam arah."

Buzen Gou mengambil langkah mendekat. Ia memegang kedua pundak sang tuan untuk memintanya mundur beberapa langkah dari cermin misterius yang digosipkan membawa pergi roh Saniwa rekannya dari benteng lain.

"Au—ngar—ku!?"

"UWAH!" Buzen nyaris terlonjak. "Ke-kenapa cermin ini ada suaranya!?"

"Oh, berarti aku tidak gila." Nishi mengusap dadanya. Entah mengapa ia lega sendiri. "Mungkin tidak, sih, ini datang dari Higashi?"

"Masa, sih?" Balas si Uchigatana. "Namun kalau begitu, aku bersyukur! Kalau ada titik terang, saudara-saudaraku yang mendiami benteng Higashi-sama juga memiliki peluang untuk selamat, Aruji! Harus aku apakan cermin ini?"

"Jangan diapa-apakan!" Balas Nishi. Timbul sedikit penyesalan mengapa ia harus memanggil Buzen Gou yang cukup merepotkan ini. "Bersiap. Kita akan ke benteng Timur."

"Tidak boleh."

"Kamu melarangku, Buzen?"

"Iya." Balasnya mantap. "Kekkai paling luar di sana sudah diduduki. Aku tidak ingin tuanku kenapa-kenapa."

"Repot sekali memiliki kesatria posesif. Aku ini 'kan laki-laki, sama sepertimu!"

"Namun kamu tetap tuanku!" Buzen berseru. "Tak peduli laki-laki atau perempuan, tugasku hanya ada untuk melindungimu, itu saja."

"Makanya ayo ke benteng Timur bersama!" Ajaknya meyakinkan tempaan Gou ini. "Lindungi aku apabila sesuatu terjadi."

date of update: November 26, 2022,
by: aoiLilac.

revision: March 17, 2023.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top