07.
A Touken Ranbu ft Twisted Wonderland fanfiction,
-Lueur-
By; aoiLilac
Credit; DMM, Nitro+. And Disney- Twisted Wonderland, Aniplex, Yana Toboso.
Chapter Seven: Vegeri.
[NIGHT RAVEN COLLEGE|MIRROR CHAMBER.]
Bisikan dengan bermacam ragam topik pembicaraan yang diangkat dari mulut ke mulut memenuhi indra pendengaran. Sempit serta sesak yang kau dapatkan ini bukan hanya menyita seluruh pikiran, tetapi juga tenaga karena kau harus mempertahankan kesadaranmu untuk segera keluar dari tempat yang kau tebak sebagai sebuah kotak panjang seukuran tubuh. Tak lebih tak kurang.
Tenang merupakan satu-satunya kata kerja yang harus kau lakukan. Menarik napas tiga sampai empat kali, lengan terayun membuka kayu yang kau yakini sebagai jalan untuk keluar.
Suara keterkejutan datang serempak dari luar saat kau berhasil mendobrak paksa kotak yang menjadi tempatmu tak sadarkan diri. Kaki tanpa alas mulai menyentuh permukaan lantai yang terasa dingin dibalik kirana yang membutakan seluruh pandangan.
Anila berdesir misterius memenuhi aula dengan banyak peti melayang saat sosokmu berjalan keluar dari salah satu yang bercorak emas. Surai sehitam langit malammu menyapu lantai begitu kau menunjukkan dua batu hijau bening seperti daun dalam hutan yang sama sekali tak terjamah oleh manusia. Berbagai decakan kagum datang dari mereka yang gagal menyembunyikan keheningan walau sempat terkejut.
Kau menelusuri satu persatu manusia—laki-laki berjubah. Tudung menutup kepala mereka, menghalangi identitas yang bisa kau baca walau hanya dalam sekali pandang. Jubah itu—tidak pernah kau lihat. Seperti apa mendeskripsikannya? Dasar dari warna jubah adalah hitam dengan kain bagian dalam berwarna ungu diikuti pola dua kunci yang saling menyilang. Potongan lengannya mengikuti pinggang yang kau tahu saat terangkat, akan menunjukkan lapisan kain di dalamnya. Ikat pinggang ungu dengan benda kecil yang terlihat seperti pena menggantung di pinggang semua orang. Corak jubah itu berwarna emas menambah kesan mewah nan elegan dalam satu waktu.
"Kamu apa?"
Sosok mungil bersurai merah pertama kali menanyakan identitasmu. Apa dia laki-laki? Begitu kau bertanya-tanya dalam hati begitu memandangnya tanpa memberikan jawaban.
"Hm?" Sekali lagi ia menekankan memandang tajam dengan matanya yang besar.
Tidak banyak yang kau lakukan. Sosok merah mungil di sana mendapati kepalamu menyerong pelan tanpa suara, melirik sana sini seperti boneka yang diberi roh. Namun matanya—memancarkan padmarani yang begitu cekung tanpa mengizinkan siapapun menjelajahi celahnya.
"Apa kepala sekolah berniat mengejutkan kita dengan boneka ini?" Timpal sosok lain yang memakai kacamata. Surainya perak ikal, dibiarkan panjang di sisi kiri dan tahi lalat di bawah bibir pada sisi yang sama. Pandangannya tampak mengkalkulasi dirimu yang masih belum mengeluarkan suara sama sekali.
Boneka?
Dalam akademi sihir Night Raven College memang tak sedikit benda-benda ajaib yang kapan saja bisa bergerak dengan kendali magi. Kalau ada yang disebut dengan boneka seukuran manusia normal, mungkin itu terdengar masuk akal jika saat ini ada sesuatu yang tak biasa menghias upacara semesteran yang kerap kali diadakan saat tengah malam. Jadi mungkin frasa "boneka" bisa dikatakan cocok dalam situasi saat ini.
"Idiot, mana ada boneka di sini?" Lagi sosok tak diundang nimbrung pembicaraan. Kini wajahnya begitu dekat denganmu, seakan-akan hendak menerkam kapan saja. Gelap kulitnya, matanya hijau dengan pupil lurus yang kini tengah mengendusmu sampai kau bisa mendengar suara embusan napasnya. "Aku tidak pernah mencium bau seperti ini sepanjang hidupku."
"Kenapa?" Lagi-lagi pengganggu ikut mengelilingimu. Tepat di sebelahmu, ia meraih sejumput surai hitam yang tergerai bebas. Dari raut wajahnya, kau tahu bahwa ia turut menilai kedatangan sosok misterius yang berdiri di hadapannya. "Rambutnya seperti manusia."
"Apa mungkin kepala sekolah membeli boneka?" Kau dikejutkan dengan sosok berkulit gelap bermanik ruby cerah yang mendekatkan wajahnya hingga napas hangatnya terasa menyapu kulitmu. Dalam sekali lirik, kau tahu betul jiwa pemuda ini begitu cerah. Sama cerahnya seperti senyum lebar saat ia mengangkat lengannya untuk mencari tanganmu. Bergerak ke atas ke bawah sembari sedikit tertawa. "Aku Kalim Al-Asim!"
"Kau baru saja memperkenalkan diri pada sebuah boneka?" Batu warna ungu pudar dalam netranya memperhatikan pahatan yang menurutnya terlihat begitu anggun dalam pandangan pertama. "Tapi apa benar ini boneka?"
Dikatakan cantik, tetapi lebih dari itu. Lentiknya bulu mata dengan netra bening itu bisa menarik perhatian orang banyak dalam sekali pandang. Kelopak bunga hadir pada bibirnya yang kenyal. Pucat kulitnya tampak subtil seperti kain sutra.
Nyaris—nyaris kau menepis lengannya, suara lain menginterupsi sebagai pemberitahuan atas upacara penerimaan murid baru yang akan dimulai.
Dan sialnya, kau benar-benar tidak tahu harus bagaimana dalam aula di mana berbagai macam warna netra di sana memperhatikanmu dengan bisikan-bisikan mereka yang bisa kau dengar. Kau bisa saja mengudarakan lenganmu untuk membentuk perisai kirana yang kalis sebagai haki untuk melindungimu dari hal-hal yang tak kau inginkan. Namun sayangnya—sayangnya hal itu hanya bisa dilakukan dengan cincin batu giok yang melingkar di telunjukmu. Butuh beberapa saat sampai kau menyadari ketibaan dirimu dalam dimensi ini dengan tangan kosong tanpa ada benda yang kau bawa dari Honmaru.
"Oh, tidak."
"Eh—kamu berbicara barusan?" Sosok merah itu kembali memastikan atas sesuatu yang dilihatnya dari bibir yang bergerak disusul suara yang meluncur darimu. "Kepala Sekolah. Apa engkau yang membeli boneka ini?"
"Roseheart-kun." Ia mengetahui betul pemilik dari suara yang bertanya padanya. "Untuk apa kita membeli bone...?"
Sekali lagi, oh, tidak.
Entah bagaimana cara ia untuk mendeskripsikan keterkejutannya akan gadis muda yang mematung hanya dengan menggunakan balutan apa itu namanya ia tidak tahu. Dalam penilaiannya, gadis itu juga tampak bingung harus seperti apa dan bagaimana menyikapi situasi ini dengan kepala dingin. Irisnya sungguh terang, tetapi agak redup seperti jiwa raga yang tersita oleh pikiran.
"Great Seven, lanjutkan upacaranya."
Kini sosok nyentrik lain berdiri tepat di hadapanmu. Penampilannya terlalu mewah dengan rompi yang berkelip dan cakar emas di setiap jarinya. Wajahnya ditutup topeng dengan bibir gelap yang hanya menunjukkan warna bola mata emas selagi ia berbicara denganmu.
"Kamu di sisi saya sampai upacara ini selesai."
[NIGHT RAVEN COLLEGE|MIRROR CHAMBER.]
"Jadi, kau benar-benar tidak tahu darimana asal gadis muda ini?"
Upacara penerimaan murid baru telah usai, meninggalkan teka teki yang harus segera dijawab. Wajah gelap di balik cermin itu menggeleng tanda tak ada clue yang ia dapatkan saat pertanyaan yang sama berkali-kali diujarkan oleh Kepala Sekolah untuknya.
"Bagaimana caraku menjabarkannya. Ia memiliki kekuatan, tetapi bukan sihir. Sesuatu yang jauh di atas kita."
"Di atas kita?"
Kepala Sekolah itu menunduk membiarkan jubahnya menyapu lantai marmer bercorak yang dijadikan pijakan.
"Kembalikan Saya."
"Bagaimana aku mengembalikanmu kalau cermin saja tidak tahu kamu darimana?"
"Suara Anda yang membawa saya ke tempat ini."
Dari balik topeng, kau tidak mampu menerka bagaimana ekspresi yang ia buat. Namun kau menangkap gestur dimana ia membuka mulutnya sesaat sebelum ia memutuskan untuk menutupnya lagi tak tahu harus bagaimana.
"Ada anak-anak yang menunggu Saya!"
"Anak-anak?" Ia mengulang cepat dan membuatmu mengangguk. "Apa kamu tahu ini di mana?"
Kau menggeleng kepala tanda tak tahu.
"Ini Twisted Wonderland. Kamu berada dalam buana cermin."
Belum sempat—sama sekali belum sempat kau menanggapi realita konyol yang tengah kau alami saat ini. Kau kembali merasa berada di tempat yang berbeda. Rohmu tidak mendiami raga, dan suara lain yang sempat menggaung dalam telinga. Suara familiar yang betul-betul kau hapal kini keluar dari mulutmu.
"Cermin kau bilang?"
Sekali lagi, Kepala Sekolah harus memastikan ia tengah berbicara dengan siapa untuk kedua kalinya. Mulanya, ia yakin kalau suara yang sebelumnya itu adalah suara perempuan sebab intonasinya yang rendah, tetapi terdengar tegas tanpa rasa ragu. Lain dengan apa yang baru saja didengarnya saat ini.
Suara baru ini puluhan kali lebih berat dengan nada yang dalam seperti memberi peringatan. Bola emasnya menangkap adanya sosok lain yang jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Serba putih dengan armor lengkap yang menutup lengan dan dari pinggang hingga ke paha. Dalam genggamannya, Kepala Sekolah ini yakin bahwa sosok putih di sana menggenggam sebuah senjata tajam yang tidak mungkin digunakan lagi dalam zaman modern seperti saat ini.
"Iya. Cermin."
"Jangan bilang kalau tuanku akan terjebak dalam tempat ini."
"Tuanmu?"
Iris emas dari lawan bicaranya tampak gelap. Bak bulan sabit yang menyembunyikan segala sesuatu dari yang terlihat.
"Kami sedang berperang."
"Perang?"
"Dan tidak mungkin kami bertahan tanpa didampingi oleh tuan kami."
Jika boleh dikatakan gila, maka Kepala Sekolah—Dire Crowley—akan membenturkan kepalanya ke meja terdekat untuk membuat rasa pening yang mengitari kepalanya itu hilang. Namun saat ini, ia harus tetap bersikap pantas sebagai seorang Kepala Sekolah dalam salah satu akademi sihir paling bergengsi se-antero Twisted Wonderland.
"Apa—"
Butuh waktu beberapa saat untuk Crowley menyadari bahwa si putih itu memandangnya lekat begitu dekat memberikan jejeran frasa membentuk kalimat yang ia ingat-ingat.
Manakala ia sadar akan kepergian sosok putih yang mengaku namanya sebagai Tsurumaru Kuninaga—nama yang begitu asing untuknya—tergantikan dengan gadis yang sama sekali tak berkutik di atas lantai dengan sebagian besar surai hitam yang menutup wajahnya.
[HONMARU HIGASHI – DAY 13 GREAT INVASION.]
Rasanya, lama sekali dirinya terbaring. Begitu ia membuka mata, atap kayu menjadi pemandangannya. Ia ingat betul kalau terakhir kali, ia masih memakai pakaian tempur lengkap sebelum menempelkan telapak tangannya pada kening sang tuan.
Ah! Ia ingat sekarang!
"Tsurumaru-dono?"
"Ichigo?" kali ini Tsurumaru tampak terkejut mendapati sosok kesatria seperti pangeran negeri dongeng itu duduk bersimpuh di sisi futon di mana ia tidur di atasnya. "Bagaimana dengan perangnya?"
Beberapa waktu lalu, Ichigo Hitofuri memang memimpin regu untuk masuk mempertahankan garis tengah pertahanan dari benteng Timur. Ia sendiri mulai resah akan desas desus yang belum tersebar sepenuhnya ke seluruh penghuni benteng, terkait roh sang Saniwa yang terjebak dalam dimensi lain tanpa ada yang tahu bagaimana cara mengeluarkannya dari sana.
"Ichigo?"
Panggilan yang keluar dari mulutnya membuat Ichigo kembali sadar dan tampaknya Tsurumaru ikut khawatir akan heningnya Ichigo dalam bungkamnya.
"Bagaimana, ya?"
Tsurumaru mengerutkan alis dan turut menahan napas saat sadar bahwa Kita kembali datang bersama Yamanbagiri Kunihiro. Kini turut membawa Shokudaikiri Mitsutada dan Heshikiri Hasebe yang tampak beberapa tingkat lebih lusuh dari yang terakhir Tsurumaru ingat.
"Kamu seperti habis diterjang badai."
Hasebe menahan keinginannya untuk memukul kepala si bangau dengan gagang katana. "Apa yang kamu dapat, Tsurumaru Kuninaga?"
Semua mata di sana tertuju pada si bangau albino yang mendadak bisu. Meremat selimut futon yang menjadi alasnya untuk berbaring, Tsurumaru menjelajah satu persatu wajah rekan-rekannya yang tampak menunggu jawaban. "Aku yakin itu sekolah."
"Sekolah?" Sayup Hasebe mengulang pernyataan Tsurumaru.
"Entah bagaimana, ya—sepertinya Aruji dibawa masuk ke dalam peti. Sebelum aku benar-benar mengambil alih tubuhnya, aku sempat melirik sana sini mencari tahu apa benda yang melayang. Di sana banyak peti—dengan anak-anak berjenis kelamin laki-laki. Mereka tampak seperti pemuja sekte apalah aku juga tidak mengerti. Mereka memakai jubah yang sama, dan sesuatu yang disebut upacara itu diadakan tepat tengah malam."
Terlepas dari cerita yang jabarkan oleh Tsurumaru Kuninaga, Hasebe menjerit frustasi menjambak helainya. Selebihnya mulai berdiskusi dengan kepala dingin walau Tsurumaru bisa dengan jelas menangkap raut wajah yang mulai tidak mengenakan datang dari kesatria-kesatria yang hebat di sisinya dengan pernyataan yang datang dari Kita sebagai penenang untuk para pejuang sejarah itu.
"Aku akan mengambil alih benteng ini sementara waktu."
date of update: September 25, 2022,
by: aoiLilac.
revision; March 15, 2023.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top