01.

A Touken Ranbu ft Twisted Wonderland fanfiction,

-Lueur-

By; aoiLilac.

Credit; DMM, Nitro+. And Disney-Twisted Wonderland, Aniplex, Yana Toboso.

Chapter One: Sonder.

Yukata tipis dilepas, meninggalkan lipatan di permukaan jalan kayu menuju ofuro besar dengan air terjun yang tidak akan mengering.

Begitu bening airnya; teratai mengapung; bergerak karena riak saat kau mulai menenggelamkan setengah tubuhmu menyisakan leher jenjang hingga kepala. Membiarkan surai panjang hitam nan berkilaumu tenggelam, memertemukan punggung dengan tepi kolam.

Ah, tidak. Bukan hanya ofuro mandimu yang seperti ini. Milik para kesatria pun dibuat sama. Hanya saja, tempatnya empat kali lebih luas karena untuk menampung banyak figur pejuang tanggung itu. Tidak ada yang dibedakan, semua sama.

Terbias wajahmu dalam beningnya air; memancarkan kirana dibarengi dengan afsun. Sebuah mahakarya atas pembentukan murni suatu roh untuk membimbing para kesatria. Resonansi masih terdengar begitu jelas walau sosok-sosok dalam pertemuan telah kembali ke dalam benteng masing-masing. Terngiang sampai tak sadar kau menggumam. Membeokan rangkaian alfabet menjadi frasa ke sebuah kalimat,

"Radar menangkap dunia lain dari cermin, ya?... Ini surga," Monologmu memandang ke arah tak menentu. "Tidak mungkin tersambung pada ruang lain."

Uap putih terembus saat napas mendengus. Menyebut nama dari dua orang kesatria yang mengundang mereka untuk hadir memenuhi panggilan sang tuan.

"Yamanbagiri Kunihoro," suaranya terdengar.

"Yamanbagiri Chougi." Sambung lainnya.

Berbarengan mengatakan. "Hadir memenuhi panggilanmu, Aruji."

Dibalik tirai bambu, siluet mereka tampak jelas. Mendengar ajakanmu untuk masuk, dua bilah uchigatana serupa namun tak sama itu melangkah saat tirai terbuka menunjukkan jalan setapak. Seorang perempuan memunggungi keduanya. Bersih, tengah berdiam diri di tepi ofuro manakala sebagian besar tubuhnya tenggelam di air.

"Laporan, nak."

Dimulai dari Yamanbagiri Kunihiro merinci segala informasi mengenai dua unit yang dikirim untuk menyelidiki pergerakan di periode Kamakura tahun 1331 mengenai perang sipil antara Kaisar Go-Daigo dan keshogunan Kamakura. Serta unit lain di era Enkyou tahun 1747. Dilanjutkan oleh Yamanbagiri Chougi yang memperjelas semua laporan menjadi lebih ringkas untuk disampaikan pada sang tuan perempuannya. Dan beberapa laporan lain mengenai ekspedisi dan kestabilan benteng.

"Mereka mundur tanpa perlawanan."

Dalam bayangan, tampak jelas di mata dua kesatria itu bahwa alismu berkedut mendengar pernyataan yang cukup tidak masuk akal.

"Mengapa?"

"Belum diketahui pasti." suara berat Yamanbagiri kini menjamah indra pendengaran.

"Tidak mungkin makhluk hina itu memilih mundur tanpa menyentuh sejarah yang ada." Suara tipis yang tak lebih dari sekedar gumaman itu terdengar oleh dua sosok yang masih belum pergi dari tempatnya berdiri sebelum suara lain benar-benar memerintahkan mereka untuk kembali, "Hm, baiklah. Terima kasih banyak, kembalilah ke tempat kalian, anak-anak."

Kau merasa janggal. Tidak ada dari mereka yang menuruti permintaanmu, hanya pantulan yang mengatakan segalanya. Kedua kesatria itu berlutut, tangan satunya meraih surai hitammu disusul sebuah suara tanpa emosi seperti biasa.

"Suraimu bisa basah jika dibiarkan terus seperti ini."

"Sisa demammu juga masih ada." Tangan lain memaksakan wajahmu untuk menoleh, selagi ia menempelkan keningnya pada milikmu, "Kita masih memiliki beberapa agenda. Kamu harus fit, Aruji."

"Atur saja bagaimana baiknya." Balasnya seperti yang Yamanbagiri duga. "Chougi dan kamu akan selalu ada di sisiku. Aku tidak perlu khawatir dengan agenda kita."

Kedua kesatria dengan nama Yamanbagiri itu saling pandang menghela napasnya,

"Yang tuan itu 'kan dirimu," Yamanbagiri dengan sabar menyadarkan kedudukanmu di benteng. "Semangatlah, Aruji. Surga ini tidak akan ditembus dengan mudah apalagi hanya dimensi dari cermin. Itu takhayul, kamu adalah Saniwa, satu dari Tujuh Tersuci. Kamu yang paling tahu hal ini."

Yamanbagiri berbeda warna surai itu lantas mendapat suara dengan kekehan lembut. Kedua kaki sang tuan dibuat berdiri dan melangkah maju ke seberang tanpa sehelai benang pun menutup tubuhnya. "Pergilah kalian menuju ruang diskusi. Siapkan beberapa punggawaku untuk ke ruang yang sama."

Meja letter U dengan resin bunga kering menjadi alas untuk beberapa salinan dokumen, diseretasi sang tuan yang mengisi celah kosong. Telinga para kesatria dengan cermat mendengarkan sesekali bertanya mengenai pembahasan yang kau lakukan bersama Saniwa lain dengan Dewan. Yang menjadi perhatian besarnya adalah rotasi waktu yang kian melambat, entah itu ulah pasukan pengulang sejarah, atau musuh lain yang belum terdeteksi. Ditambah dengan isu yang cukup mengembuskan rasa dingin pada bulu roma mengenai invansi.

"Divisi kita merupakan divisi pertahanan, Aruji-yo." Mikazuki membuka dialog yang sempat hening setelah Chougi menampilkan slide selanjutnya. "Menghadapi invasi, tidak cukuplah kekuatanmu seorang untuk menahan 10.000 Pasukan Pembalik Sejarah."

"Seinan dan Hakutou juga memikirkan hal yang sama." Kau membalas sembari menopang wajah dengan tangan. "Segera mereka akan mengirim hasil keputusannya. Sebagaimana baiknya yang telah kita lakukan selama ini, tidak akan hancur dengan mudah."

"Aku tidak menyangka kalau hari ini akan datang." Tomoegata turut memijat pelipisnya, membayangkan aroma karat besi bercampur darah serta kengerian akibat perang. Padahal dirinya pun sudah cukup sering terjun ke garis depan. Namun ada hal lain yang membuat darah dalam nadinya cukup tergelitik seperti saat ini. "Diluar dugaan kita semua pastinya. Aku pikir apa yang dilihat oleh Kita-sama sekitar enam dekade lalu merupakan omong kosong belaka. Namun hari penghakiman akan segera tiba."

"Tomoe-san," Nikkari memperingati dengan sorot misteriusnya. "Sungguhlah tidak ada yang menginginkan hal ini menimpa para Saniwa dan para punggawanya. Entah apa yang direncanakan oleh makhluk hina itu, pastilah kita harus siap. Mau tidak mau."

Diskusi di akhiri dengan beberapa kalimat yang keluar dari sang tuan untuk memperkuat garis terdalam hingga perbatasan paling luar kekkai bersamaan dengan surat keputusan dari kedua Saniwa lain. Sepakat, mereka pun akan turut mengerahkan tenaga hingga tetes darah terakhir. Telunjuk dengan dua cincin giok green sage melingkari, menjentik di atas meja hingga menimbulkan bunyi "tuk-tuk" sampai kau sadar akan tangan lain yang menghentikannya. Jemarinya lebih panjang dari milik dua Yamanbagiri. Kulitnya lebih pucat, lebih dingin begitu sejuk seperti air telaga. "Terlalu banyak melamun juga tidak baik untuk roh yang melawan hawa nafsu sepertimu. Hal negatif itu bisa menggiringmu ke sebuah perasaan lain karena emosi yang kamu undang sendiri, dan aku kelak kerepotan jika hal yang tak diinginkan itu terjadi."

Rupanya Mikazuki menyadari gundah yang melanda atma kekasihnya.

"Karena itulah kamu ada untuk mendampingiku." Dengan parau kau menjawab. "Maafkan aku, JiiJii. Aku hanya—firasatku mengatakan—"

Kerutan di dahi terbentuk saat alis nyaris bertaut. Iris hetero dengan bulan sabit emasnya kembali memusatkan atensi pada manik viridian tuan perempuannya. Terbaca jelas dalam raut wajah sang tuan, Mikazuki mampu menilai bahwa tuannya sedikit gamang. Seperti bayang hitam putih yang hancur dengan kepingan halus tak bisa disatukan dengan benar. "Apa firasatmu?"

Mencoba tegar saat mendengar suara lain yang akan datang sebagai jawaban, sang Tenka Goken hanya memaksakan senyum tipis begitu telinganya mendengar rangkaian kalimat yang cukup membuat suhu ruangan turun drastis.

"Aku takut tidak bisa mendampingi kalian saat serangan besar itu terjadi."

date of update; September 06, 2022,
by; aoiLilac.

revision: March 15, 2023.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top