Time is you

Dante sudah berniat. Hari ini, dia akan libur dari segala hal. Pekerjaan, bertemu teman, keluarga atau pun sekedar iseng mengotak atik mobil antiknya. Dia akan aktip terus di grup alumni.

Aku besok on terus deh di grup. Tapi setelah beresin kerjaan. Kurasa jam 10 done.

Dante ingat percakapan terakhirnya dengan Daneen di grup subuh itu, yang pastinya membuat temannya mengomentari dengan bahasa penuh canda.

Yang ketemu cinta lamanya.

Usil salah satu temannya.

Naah, nyambung deh tuh.

Rinto ikut juga mengomentarinya.

Waaah, kalau sudah berdua yang lain tidak dilirik deh.

Usil yang lainnya dan banyak lagi kata kata candaan yang lainnya. Dante jadi tersenyum senyum sendiri. Dia yakin, Daneen pun di seberang sana pasti tertawa geli.

Dante ingat saat masa sekolah dulu, tidak jarang dia kena marah Mama karena pulang terlambat.

" Dante, jam berapa sekarang. Kemana dulu?" Sambutan Mama dengan suara ketus dan wajah yang dibuat judes membuat Dante ingin tertawa, tapi dia menahannya dan hanya menunduk menanggapinya.

" Dante, punya mulutkan buat jawab." Kali ini suara Mama terdengar lebih keras. Terpaksa Dante menatap Mamanya dengan wajah memelas.

" Heuh, kalau sudah mukanya begitu Mama jadi males marah. Paling kamu akan jawab. Maaf Ma, maaf. Aku tadi nemenin Aneen kesayangan aku." Gerutu Mama sambil berlalu menuju kamar. Dante hanya tersenyum penuh kemenangan sambil mengepalkan kedua tangannya ke atas.

" Yesss..." Jeritnya tertahan.

Lalu Dante bergegas saja masuk ke kamarnya. Merebahkan tubuhnya di tempat tidur lalu matanya terpejam. Bukan tidur tapi Dia melayangkan pikirannya ke seharian tadi yang dilewatinya bersama Daneen. Mengingat semua tawa candanya dan juga senyum cantiknya yang selalu membuat Dante merasa nyaman.

Dante tergemap dengan bunyi suara ponselnya. Pemberitahuan di grup alumninya sudah ramai. Teman temannya asik bersenda gurau di grup dengan berbagai candaan. Ada juga yang berbagi info, tips dan juga photo lucu. Tapi Dante belum mau juga bergabung. Matanya dengan sangat teliti menatapi nama nama temannya yang bergabung di grup.

Siang, bahas apaan nih. Males manjat udah ratusan aja ditinggal sebentar.

Dante memelototkan matanya dengan sempurna. Senyum sumringahnya terkembang begitu apik di bibirnya.

" Yes, Aneen cantik aku." Sorak Dante girang.

Siang friends, Hi Aneen cantik.

Dante memulai aktifitasnya di grup. Tentu itu menimbulkan keisengan teman temannya untuk menggoda. Dante tidak peduli. Daneen pun seperti tidak terpengaruh. Mereka asik saja saling berinteraksi tanpa peduli dengan yang lain.

Ketika tiba tiba ponselnya berdering dan nama Mama yang tertera di sana. Dante yang akan mengumpat, segera saja mengurungkan niatnya. Lalu dengan setengah hati mengangkat panggilan dari Mama.

" Hallo Ma, ada apa?" Sapanya dengan suara sedikit malas.

" Dante, kamu bangun tidur atau sakit ?" Suara Mama terdengar khawatir.

" Ehm, ehm, ga Ma. Aku baik baik aja, cuma kurang tidur aja. Semalam banyak yang harus diselesaikan." Dante cepat menangapi. Terdengar tarikan napas lega Mama di seberang sana.

" Kaget Mama denger suara kamu, dikira sakit. Jangan begadang, Dan. Kerja boleh saja, tapi tidak harus sampai lupa tidur dan makan." Nasehat Mama dengan suara lembut seperti biasa.

" Iya, Ma. Siap. Mama sehatkan, apa kabarnya Kak Rey dan Mbak Mya. Mereka sehat sehat juga kan?" Dante mengalihkan pembicaraan. Terdengar tawa Mama yang renyah di seberang sana.

" Kamu itu, Dan. Bisa saja. Di sini, semuanya sehat. Sudah istirahat dulu. Tidur sana, mumpung belum sore. Jangan lupa makan." 

Dante belum sempat menjawab ketika Mama sudah menutup teleponnya. Dia hanya bisa menggelengkan kepalanya, lalu tangannya kembali mencari grup alumni. Mengecek percakapan teman temannya yang sudah begitu banyak. Matanya sedikit meredup dengan senyum sinis hadir di bibirnya.

" Kamu kemana, Neen." Ucapnya dengan tangan menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

Dengan bergegas Dante mencari nama Daneen di kontaknya. Lalu senyum itu kembali terkembang penuh kemenangan. Matanya segera memejam setelah menatap senyum cantik yang menghias raut wajah yang selalu saja dirindukannya.

" Neen, bahkan waktu di hidupku ini sepertinya memang hanya milikmu." Batin Dante sebelum tangannya lincah mengetikkan kata kata untuk gadis yang selalu dipujanya itu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top