Phone is you

Semalaman Dante berkutet dengan ponselnya. Bolak balik membuka grup alumni yang tadi dengan dibantu oleh Rinto lelaki itu bisa bergabung. Lelaki itu menunggu Daneen aktip di grup tapi harapan itu tidaklah menjadi kenyataan. Sampai hampir subuh dia menekuri ponselnya, Daneen tidak juga aktip.

" Aneen, kenapa seharian ini kamu tidak aktip.." Suara tertahan Dante bernada kecewa. Matanya yang terlihat sayu karena kantuk menatap sekitar. Pikirannya menerawang jauh ke masa lalu.

" Dante, besok jangan lupa telepon aku ya." Suara manja itu seakan memohon. Dante baru membuka mulutnya untuk menjawab, tapi Daneen sudah pergi berlalu. Jadinya Dante hanya diam sambil menatap gadis yang melangkah menuju ke ruang guru itu.

" Kenapa mesti telepon besok ya, terus kenapa harus diingatkan. Biasanya juga aku telepon hampir setiap hari dan kapan saja. Semaunya aku." Gerutu Dante sambil berjalan menuju ruang kelas.

Di dalam kelas pikirannya kembali teringat akan permintaan Daneen. Dante menggelengkan kepalanya. Menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Lalu kakinya melangkah cepat menuju ke arah lapangan olah raga, bergabung dengan yang lainnya.

Lalu dua hari kemudian Dante kaget, karena mendapati mejanya dipenuhi tempelan kertas kecil dengan tulisan seakan mengancam. Dante menarik kertas berwarna kuning itu. Senyum terkembang dan hatinya menghangat. Matanya segera menatap berkeliling, mencari sosok yang diyakini pelaku dari penempelan kertas tersebut.

" Nah, itu dia." Serunya riang. Senyum puas di bibirnya semakin terkembang lebar.

Bergegas Dante keluar kelas, berusaha mengejar sosok yang dicarinya. Dante berlari untuk mencapai tempat sosok yang sedang duduk dengan manis.

" Aneen, apa maksudnya ini semua?" Seru Dante sambil menunjukan kertas kertas di tangannya.

" Kenapa?" Daneen menatap Dante dengan mata garang. Tentu saja Dante kaget. Dia sedikit memberengutkan wajahnya menerima tatapan Daneen yang tidak bersahabat.

" Ini, kertas-kertas ini maksudnya..."

" Maksudnya aku marah, aku kesal. Aku..udah, aku ga mau ngomong sama kamu lagi." Potong Daneen cepat sambil berlalu meninggalkan Dante yang terbengong sendirian.

Dalam kebingungan dan rasa tidak puas dengan jawaban Daneen, Dante mendudukkan dirinya di bangku yang tadi ditempati Daneen.

Lalu seharian, sepulang sekolah. Dante duduk di sisi telepon. Hendak menelepon Daneen tapi ragu. Dante takut Daneen semakin marah. Jadinya seharian itu sampai malam menjelang Dante tidak merasa nyaman. Hatinya gundah. Serba salah.

" Ada apa Dan, dari tadi Mama lihat kamu aneh sekali. Sepulang sekolah duduk di situ sampai lupa makan. Ada apa, Dan. Jangan bikin Mama takut deh." Teguran lembut Mama segera mengalihkan pikiran Dante yang saat itu tertuju pada telepon di sisinya.

" Itu Ma, Aneen. Tiba tiba marah. Aneh banget. Padahal Dante yakin, Dante ga bikin salah." Gerutu Dante yang membuat Mama tersenyum.

" Mungkin Daneen cemburu, Dan." Ucap Mama dengan senyum dikulum.

" Bukan, Dante ga pernah dekat dekat perempuan lain. Ini perkara sepele sebenarnya." Jawab Dante cepat.

Mama tersenyum sambil duduk di sebelah Dante. Mengangsurkan piring berisi makanan kehadapan Dante yang segera mengambilnya.

" Kalau memang sepele, kenapa jadi marah?" Tanya Mama pelan. Dante menatap Mama.

" Aku rasa sepele, hanya karena dia minta aku telepon kemarin itu. Aneh. Biasanya juga Dante telepon kapan saja." Ucap Dante sambil sibuk menyuap makanannya. Mama tertawa.

" Mama malahan ketawa. Bukan bantuin aku yang lagi bingung."  Gerutu Dante yang membuat Mama tergelak.

" Setelah makan, telepon Daneen, minta maaf. Bilang kemarin lupa telepon gitu." Mama berkata sambil berjalan meninggalkan Dante yang bingung menatapnya.

" Mama nih benar benar, malahan bikin tambah bingung. Tapi, benar juga sih. Okay, aku telepon Aneen deh setelah makan."

Senyum senang terulas di bibir Dante. Dengan gerak cepat Dante segera saja menuntaskan makannya.

Seakan tersadar dari lamunan yang sangat panjang, Dante menatapi ponselnya yang bergetar dengan pemberitahuan di grup yang menyala. Menandakan ada yang aktip. Dante menatap tidak percaya.

" Aneen." Desisnya cepat. Seakan Dante ingin jungkir balik. Menatap tulisan di grup dengan tertera nama Aneen yang sudah dimasukannya ke dalam kontak.

Hi, ada Dante temennya Daneen.



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top