53. ALL HAIL ZEUS
Kenyataan yang kukira akan melihat sebuah tempat kecil yang tidak lebih seperti sebuah istana dan dihuni oleh beberapa Demigod pudar seketika. Sera yang menyusul di belakangku sama terkejutnya.
"Ini akan menjadi pencarian yang panjang," gumamku.
"Bagaimana kita bisa mencari Starva di tempat sebesar ini?" keluh Sera sendiri yang seorang Demigod.
Aku menggeleng-geleng. Tempat ini lebih seperti sebuah kota dengan gedung-gedung menjulang. Walaupun begitu, tinggi gedung di tempat ini tidak lebih dari lima lantai. Namun, tetap saja, bagaimana mereka bisa membangun sebuah gedung di tempat melayang seperti ini. Ah, ini jadi seperti kisah kota melayang di film-film.
Yang tetap menjadi perhatianku, mereka tetap mengenakan pakaian ala yunani kuno, namun dengan peradaban yang modern. "Oke, aku benar-benar bingung sekali. Seolah terdampar di masa depan dengan adat kuno."
"Ayo, kita harus menyamar seperti mereka." Sera berjalan menuju sebuah toko pakaian tidak jauh dari tempat kami berdiri.
"Kita tidak punya uang, setidaknya uang Elysium atau entahlah. Lagi pula, untuk apa kita menyamar?" kuikuti Sera yang bersembunyi di balik sebuah gedung.
Dia menyembulkan kepalanya ke jalan, berusaha untuk tidak terlihat selagi dia melihat sekeliling. "Pertama, kita harus menyamar agar Zeus tidak mengetahui keberadaan kita karena terlalu mencolok. Kedua, kita tidak memerlukan apapun untuk membeli pakaian, kita akan mencurinya."
"Good point," gumamku.
"Oh, dan aku sangat ingin tahu bagaimana Herakles masih hidup."
"Simpan itu untuk nanti, kita punya tujuan lain." Sera mengangguk mendengar perkataanku.
Sekarang kami berjalan mengendap-endap masuk ke sebuah toko pakaian. Sebuah patung berdiri dibalik kacanya, dengan pakian berwarna emas dan aksesoris yang menurutku berlebihan di bagian dadanya.
Sera yang sudah masuk lebih dulu, mengambil pakaian yang dipajang dipatung lainnya, dengan gaun berwarna merah dan menjuntai sampai bawah dan sebuah ikat pinggang emas yang menjadi pelengkapnya. Sedangkan diriku tidak punya pilihan lain selain mengambil pakaian berwarna emas yang kulihat itu.
Setelah berhasil mencari tempat untuk berganti pakaian, kami segera berbaur ke jalan. Di tempat ini, tidak ada mobil, sepeda motor, ataupun kendaraan otomotif lainnya. Namun, kendaraan seperti kereta kuda memenuhi jalanan, sisanya semua orang berjalan kaki. Mungkin, Zeus menginginkan keorisinalitasan tempat ini.
Pakaian yang kukenakan memiliki bahan yang sangat halus dan ringan, namun dengan aksesoris di bagian dada yang begitu terbuka membuatnya menjadi tidak nyaman karena sedikit gatal dan berat dibagian dadaku tentunya. Sera yang mengenakan gaun berwarna merah pekat membuatnya begitu menawan dengan rambut yang dia gerai.
"Ke mana kita harus mencarinya?" tanya Sera yang berusaha memegang gaunnya yang menjutai agar tidak terinjak.
Anehnya, semua wanita di tempat ini mengenakan pakaian yang menjutai hingga ke bawah, namun seolah itu bukan masalah. Sedangkan aku, sedang memikirkan apakah bisa bertahan untuk setengah jam dengan pakaian ini.
"Starva adalah anak Hades. Aku rasa, tempat yang paling cocok untuknya berada adalah di atas sana," kataku menunjuk sebuah gedung dengan kobaran api menyala di atasnya. Tempat itu bagaikan terbakar, namun nampak begitu indah.
"Ah, ya, kau benar." Sera kemudian mendahuluiku.
Aku yang masih terpukau dengan keindahan gedung yang terlihat terbakar itu kemudian dikejutkan dengan tepukan di pantat sambil bersiul. Sorot mata tajamku mendapati dua orang pria yang memberikan seringaian nakalnya. Kupikir, tidak akan ada orang semacam mereka ditempat yang seolah-olah sakral ini.
Pria itu kemudian mendekatiku, tanpa basa-basi dia mengarah pada bagian dadaku yang sialnya begitu terbuka. "Ah, kecantikanmu menarik diriku untuk menciummu, nona. Kau pasti keturuan Aphrodite," ujarnya.
Kuberikan senyuman sarkasmeku padanya dan tidak menghiraukannya. Namun, pria itu menarik lenganku yang sontak membuatku memutar tubuh dan meminting lengannya. "Aku rasa, Athena lebih mendeskripsikan diriku." Kudorong pria itu pada temannya.
Kususul Sera yang hampir kehilangan dirinya di kerumunan. Ekspresinya berubah saat melihat pintu masuk gedung yang dijaga ketat. Dia mengarahkan pandangan padaku. "Kita tidak akan bisa masuk," bisiknya padaku.
Aku yang tidak mengerti, menanyakan kembali maksud Sera. "Maksudnya bagaimana?"
"Kau lihat saja sendiri."
Kualihkan pandanganku pada pintu masuk gedung. Dua orang penjaga berdiri di depan dengan baju besi dan tombak di salah satu tangan mereka. Lingkaran besar di atas pintu berpendar keemasaan menghiasinya.
Kemudian, seseorang berjalan menuju pintu, dia berdiri di depan sana sambil mengarahkan lengan kanannya ke atas. Sebuah gelang yang melilitinya bergerak seolah hidup, gelang itu kemudian berubah menjadi seekor ular yang terbang mengarah pada benda berpendar keemasan itu dan seketika pintu terbuka.
"Itu cara yang aneh untuk bisa masuk," gumamku. "Bagaimana kita bisa mendapatkan gelang atau ular seperti itu?"
Sera menggeleng, dia yang bahkan seorang Demigod tidak tahu bagaimana bisa masuk ke dalam sana.
Di saat kami sedang kebingungan untuk mencari cara masuk, tiba-tiba sekelompok orang mendekati pintu itu lagi. Kali ini, salah seorang dari mereka mengambil sebuah palu yang digantungkan di pinggangnya. Seketika, dia melemparkan palu itu ke arah pendar emas dan pintu terbuka, sedangkan palu kembali ke tangannya.
"Oke, itu berbeda dari sebelumnya, bahkan lebih aneh." Aku masih terus mencerna apa yang baru saja kulihat. "Dia seperti Thor, tapi tentu saja itu bukan dia."
"Bagaimana kau tahu itu bukan dia? Kau pernah bertemu dengannya?" tanya Sera.
"Tidak, tapi aku tidak melihat lambang Mjolnir di palunya."
Sera mengerutkan keningnya. "Hefaistos," gumamnya.
"Hefa siapa?"
"Hefaistos, dewa pandai besi, dia memiliki lambang palu. Pria tadi pasti keturunannya," jelas Sera yang terdengar seperti ensiklopedia para Dewa Yunani.
"Hmm," aku bergumam sambil mengangguk pelan. Sekarang, aku mulai mencerna semuanya dan membuat kesimpulan. "Ular bersayap, itu lambang Demeter, kemudian palu, lambang Hefaisos."
"Hefaistos," Sera mengoreksi.
"Intinya, mereka menggunakan kekuatan dari keturunan mereka. Kalau begitu kau bisa menggunakan kekuatanmu," kataku begitu bersemangat.
Sera menghela napas, seolah dia akan melakukan sesuatu yang paling tidak dia sukai. "Baiklah, ayo." Sera mulai berjalan mendekati pintu, diikuti dengan diriku yang menyusul di sampingnya.
"Kita harus mengobrol," bisikku.
"Apa?"
"Ya, kau benar sekali. Kau tahu, para pria begitu menyusahkan kita saat mereka berusaha untuk menghindar."
Sera menatapku sesaat tidak mengerti, sedetik kemudian dia tersenyum sambil mengedipkan matanya padaku. "Kau benar sekali. Apalagi saat mereka beralasan untuk kebaikan kita, huh, yang benar saja." Kali ini Sera mengikuti sandiwaraku.
"Ah, ya," gumamku saat sampai di depan pintu. Aku tidak tahu harus mengatakan apa lagi, jadi aku diam.
Sera melirikku sesaat untuk mengisyaratkanku. Aku mengangguk pelan, menyetujuinya. Sekarang, Sera mulai mengangkat tangannya ke udara, mengarahkannya pada cahaya berpendar emas itu, hingga suara kilat menyambarnya, diikuti dengan cahaya menyilaukan yang rasanya hampir membutakanku.
Setelah cahaya itu menghilang, pintu terbuka, bersamaan dengan itu, dua penjaga yang berada di depan pintu menatap kami terkejut.
"Apa?" Ketusku.
"Hanya Zeus yang bisa melakukan hal itu," ujarnya.
"Sekarang, bukan hanya dia." Kualihkan wajahku sambil menarik lengan Sera buru-buru.
Di dalam terdapat sebuah lift yang seolah melayang dengan sendirinya, sedangkan ukiran meliuk-liuk menghiasi setiap sisi lift itu. Elysium terlihat begitu modern namun ajaib, karena dipenuhi dengan hal-hal yang diluar teknologi manusia lakukan.
Lift yang kami naiki tidak memiliki tombol sama sekali, membuat kami kebingungan untuk mengoperasikannya. Akan tetapi, tiba-tiba saja lift itu berjalan naik bahkan tanpa diperintahkan, seolah dia tahu ke mana tujuan kami. Tepat saat lift berhenti entah di lantai ke berapa, aku melihat Lucifer yang berjalan di lorong bersama seorang wanita berpakaian yunani.
"Sera, lihat di sana!" Perintahku.
"Lucifer? Apa yang dia lakukan di sana dengan Athena?"
Kualihkan pandanganku pada Sera. "Jadi itu Athena?"
Sera mengangguk.
"Demi apapun, aku tidak akan membiarkan Lucifer lari dariku tanpa penjelasan kali ini." Aku baru saja akan menghampiri mereka saat Sera menarik lenganku.
"Tunggu! Lucifer bisa saja pergi saat melihatmu, kau tidak ingat pacar kita memiliki kekuatan untuk menghilang begitu saja?"
Sera benar, jika aku langsung menghampiri Lucifer, dia pasti akan langsung terbang ke tempat lain. "Apa rencanamu?" tanyaku.
"Berikan aku waktu sesaat untuk menutup gerbang menuju tempat ini. Lucifer pasti datang karena bantuan Zeus, aku akan menutup pintu mereka masuk," jelas Sera.
"Baiklah, tapi cepat, kita tidak punya waktu," pintaku.
Sera mengangguk dan mulai berkonsentrasi dengan kekuatannya. Sedangkan diriku berusaha untuk tenang agar semuanya sesuai dengan rencana.
"Sudah, aku sudah menutup pintu masuk mereka, tapi aku tidak bisa lama menahannya, terlebih jika Zeus tahu, dia pasti akan membukanya kembali dan yang pasti dia tahu aku ada di sini. Kita harus pergi sebelum itu, aku tidak ingin bertemu Zeus."
Aku tidak yakin bisa meyakinkan Lucifer dengan cepat, namun aku harus berusaha jika tidak ingin gagal. Kuanggukkan kepala, mengerti. Sesaat sebelum pergi, sera memanggilku lagi.
"Venus! Berjanjilah padaku kita akan pergi sebelum Zeus datang," pintanya.
"Aku berjanji," kataku.
Sekarang, kutelusuri koridor di mana aku melihat Lucifer pergi tadi. Ada banyak ruangan yang tidak bisa kuperiksa satu-persatu. Namun, ada satu ruangan mencolok yang tentunya tidak perlu diragukan lagi, Starva pasti berada di sana, dan mungkin saja Lucifer di sana. Aku tidak tahu mengapa dia berada di sini, mungkin Lucifer juga ingin mencari Hades atau bahkan untuk membunuhnya.
Kudorong pintu itu perlahan, dan benar dugaanku, kutemukan seorang gadis dengan warna rambut merah menyala yang sedang berbicara dengan Lucifer. Di sebelahnya, Athena memandangiku terkejut.
"Venus," gumam Lucifer.
"Lucifer," balasku.
—————
Halooo, apakah part ini masih kurang panjang?? Apakah bisa meringankan rasa kangen kalian?? Aku harap iya.
Btw part berikutnya bakal jadi Lucifer POV, udah lama gak nulis dalam sudut pandang dia. Siapa yg excited buat part selanjutnya? Yg akhirnya Lucifer dipertemukan lagi dengan Venus. Semoga bisa cepet update part selanjutnya ya.
Love,
B. K
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top