51. ARES AND THE RUMORS ABOUT HIM ALL TRUE

"Siapa dia? Apakah seorang Demigod juga?" tanyaku penasaran saat Sera mengatakan padaku mengenai orang yang bisa membantuku.

"Dia bukan Demigod, dia salah satu Dewa," jawabnya.

Dari sana, aku jadi ingat cerita Max mengenai seorang Dewa yang dia temui. "Pirang, ikal, tinggi, tampan, tubuh bak seorang model, baju jas hitam, kau tidak akan percaya pada apa yang aku lihat, Venus," kata Max waktu itu.

Aku rasa, aku tahu siapa yang Sera maksudkan. "Ares." Nama itu meluncur dengan mulusnya dari mulutku.

Sera menoleh padaku, sedikit terkejut karena aku bisa menebaknya. "Ya, aku tahu kau mendengar banyak rumor mengenainya, tapi dia tidak seperti yang kau kira."

Kukerutkan keningku padanya. "Memangnya apa yang aku kira?"

"Entahlah, sesuatu yang buruk mungkin." Sera mengangkat kedua bahunya.

Aku tertawa, walaupun sejujurnya aku membayangkan Ares seperti dalam dongeng-dongeng Yunani dengan kearoganan yang dimilikinya. Mungkin bayanganku tidak jauh bedanya dengan Hades.

"Kalian siap?" Tanya Xander sambil meraih tanganku dan Sera bersamaan.

"Anytime," kataku.

Sebuah klub malam dengan lampu yang temaram di sekelilingnya menghampiri mataku. "Kau yakin dia ada di dalam?" tanyaku ragu.

"Terakhir kali aku berbicara dengannya, ini tempat kesukaannya selama di Bumi." Sera mulai berjalan mendahuluiku untuk masuk ke dalam.

Beberapa orang memperhatikan kami saat masuk ke dalam klub malam itu. Bukan karena kami yang terlihat mencolok, melaikan karena klub ini diperuntukkan bagi para makhluk supernatural dengan menunjukkan identitas asli mereka. Misalnya, menunjukkan taring, sayap, perubahan bentuk, mata, dan sebagainya.

Sedangkan aku, berdiri di depan penjaga yang kukenali sebagai shapeshifter yang mendesakku untuk menunjukkan identitas asliku. Well, Xander dan Sera bisa dengan mudahnya masuk ke dalam, tentu karena mereka memiliki bagian lain dari manusia itu sendiri.

Seharunya, Xander bisa membawa kami masuk dengan kekuatannya. Namun sejak kejadian para malaikat jatuh waktu itu, para makhluk supernatural itu memasang anti sayap, yaitu menggunakan setetes darah para virgin dicampurkan dengan holy water yang diletakkan di setiap tempat milik mereka agar para malaikat tidak bisa masuk dan keluar tanpa sepengetahuan.

"Dia bersama kami," kata Xander.

Si penjaga baru saja menahan Xander agar tidak masuk dengan menekankan tangannya ke dada pria itu, saat Sera dengan garangnya langsung mengeluarkan pedang miliknya yang secara tidak ragu mengacungkannya di leher pria shapeshifter itu. Dia diam sesaat, tidak mau mencari keributan akhirnya dia membiarkanku masuk.

Di dalam, lampu warna-warni menghiasi setiap sudut. Serta suara musik yang kencang membuatku harus memberikan tenaga untuk berbicara. "Di mana Ares?" tanyaku.

"Kita berpencar, aku akan ke sebelah sini," kata Sera menembus kerumunan.

"Aku sebelah sini." Xander juga berjalan menembus kerumunan.

"Hey! Aku bahkan tidak tahu Ares seperti apa!" Komentarku pada mereka berdua yang sudah tidak mendengarkanku dan menghilang di telan kerumunan.

Akhirnya, ku arahkan kakiku untuk berjalan ke tempat yang berlawanan dengan mereka. Ini bukan pertama kalinya aku berada di klub malam para makhluk supernatural, namun kebanyakan tidak berjalan lancar saat aku berada di temapt seperti ini. Melirik ke sekitar, kulihat di sudut-sudut tempat ini terdapat setiap tempat duduk setengah lingkaran dengan meja di depannya.

Sampai pada akhirnya, aku mendapati seseorang dengan ciri-ciri yang Max sebutkan. Ikal, rambut pirang, menggunakan jas hitam, dan seperti seorang model majalah. Tidak lain, tidak bukan, itu pasti Ares. Pria itu dikerumuni banyak wanita yang menggerayapinya seperti seekor semut pada makanan.

Aku sudah sangat dekat saat mata kami saling beradu. Ares kemudian menyunggingkan senyumnya saat aku tepat berada di depan meja mereka. "Can I help you?" tanyanya dengan nada menggoda.

Gadis-gadis yang menggerayapinya terdiri dari beberapa makhluk supernatural. Ada seorang vampire, dua orang peri, dan satu orang witch. Mata si gadis vampire berhenti padaku sambil berbisik pada Ares.

"Oh, kau manusia," gumamnya. "Salah satu mahkluk kesukaanku."

"Pesona kami memang tidak bisa ditolak." Kuberikan seringaian padanya. "Aku butuh bantuanmu," kataku akhirnya.

Membuat Ares tersenyum dan berdiri untuk menghampiriku. "Apapun untukmu," bisiknya.

"Aku ingin informasi mengenai Hades."

Ekspresi Ares saat itu juga berubah. "Apa yang kau inginkan darinya? Dia hanya seorang Dewa pemarah yang menginginkan tahta Zeus."

"I'm gonna kill him," jawabku santai. Seolah, itu adalah hal yang mudah.

Ares terkekeh. "Aku akui keberaniamu, manusia, tapi kekuatanmu dan kekuatan Hades tidak ada tandingannya." Kali ini dia terdengar mengejek.

Kudorong Ares seketika hingga gelas-gelas di meja berjatuhan dan para gadis meloncat terkejut hingga pergi meninggalkan kami. "Katakan padaku di mana dia dan aku tidak akan membunuhmu juga, monster."

Ares menyeringai, membuat sudut bibirnya semakin menarik. Tangannya yang bebas, tiba-tiba saja mencengkram pergelangan tanganku, untuk beberapa detik, aku kira dia sedang bercanda, namun ekspresinya berubah seketika. "Kenapa kekuatanku tidak berfungsi padamu?" tanyanya terkejut.

"Whoa, whoa, Venus! Dia bukan musuh." Sera yang muncul tiba-tiba, berusaha menenangkanku.

Di belakangnya Xander memberikan tawa yang di alamati untuk Ares. "Sudah kukatakan jangan main-main dengan manusia, Ares."

Aku berpaling dari Ares, berusaha tenang selagi Sera menjelaskan situasinya.

"Kami butuh bantuanmu untuk mencari Hades," kata Sera.

"Untuk apa kalian mencari Hades?" tanyanya sambil berdiri membenarkan jasnya.

"Venus ingin mencari Lucifer dan Hades satu-satunya petunjuk kami untuk menemukannya." Xander menambahkan.

Ares yang masih kesal menoleh padaku dengan ekspresi terkejut. "Siapa Venus? Dewi kecantikan Romawi? Buat apa dia mencari Lucifer?"

"Bukan Venus yang itu, tapi dia." Sera mengarahkan matanya padaku.

Ares membuka mulutnya lebar-lebar. Seolah ini adalah informasi yang paling mengejutkan yang pernah dia dengar. "Gadis ini mencari Lucifer?"

"Ya, ada masalah dengan itu?" tanyaku ketus.

Ares menyeringai kembali. "Kau ingin membunuhnya juga? Karena telah menyebabkan kekacauan di Bumi?"

"I'm gonna kick your ass if you say that again," cibirku.

Sera yang menengahkan pertengkaran di antara diriku dan Ares mulai menjelaskan. "Venus adalah the chosen one seperti diriku. Sedangkan Lucifer adalah pasangan takdir Venus."

Entah mengapa aku ingin tertawa saat Sera mengatakan pasangan takdir, seolah itu terdengar dibuat-buat.

"Oh, nama Venus dan Lucifer terdengar masuk akal dan mungkin itu menjelaskan kenapa kekuatanku tidak berpengaruh padamu." Ares kemudian duduk kembali, dia memungut gelas yang terjatuh di lantai dan menuangkan segelas minuman beralkohol. Sambil menawarkannya pada kami yang dibalas dengan gelengan oleh Sera.

"Aku tahu kau bisa membantu kami." Sera memohon.

"Aku tidak bisa," tolak Ares.

Sera mengerutkan keningnya sedangkan aku masih memasang ekspresi garangku.

"Dia baru saja memanggilku monster," komentarnya dengan kesal.

Oh, I'm so done with this Ares guy or whatever!

Kutarik kerah kemeja dibalik jasnya. "Max benar mengenaimu, dan aku tidak akan segan membunuhmu. Jadi berikan yang aku mau," ancamku.

"Oke, oke. Aku memang tidak tahu di mana Hades, tapi Stavra bisa mencari tahu letak keberadaannya." Ares meneguk minumannya dengan santai.

Kulepaskan tanganku dari kerah kemejanya, sambil kukerutkan keningku. "Siapa Stavra?" tanyaku kebingungan.

Aku menoleh pada Sera dan Xander menuntut jawaban. Namun, mereka juga tidak tahu menahu mengenai si Stavra ini.

Ares meneguk minumannya kembali sebelum akhirnya menjawab. "Dia sepupu demigod-mu, Sera. Anak dari Hades."

—————

Siapa yg kangen cerita ini?? Huhuhu aku kangen banget. Pengen cepet2 nyelesaian cetita ini juga :')

Btw, siapa yg gak sabar versi cetak Seraphim? Tungguin maret ini ya :))

Thanks,
B. K

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top