49. HOW I SUPPOSED TO DEAL WITH IT?
LUCIFER'S POV
Jantungku terus berdebar keras. Setiap kali melihat Venus, yang kuinginkan adalah melukainya. Merasakan setiap darah yang keluar dari dagingnya, merasakan jeritan memohonnya padaku. Namun, kubuang jauh-jauh pikiran itu.
Aku mencoba cara lain untuk menghalangiku melakukannya. Kubunuh seseorang agar itu membaik. Setidaknya pria yang kubunuh bukan lah orang baik. Dia seorang penjahat yang sudah membunuh puluhan orang, dan dia layak berada di Neraka.
Sayangnya, hal itu bukan membuat perasaan ingin membunuh Venus membaik, justru kebalikannya. Hingga akhirnya, aku menemuinya. Dia seharusnya menjauh dariku, namum Venus justru membersihkan darah dari tubuhku. Aku bahkan tidak merasakan sedikit pun rasa takut darinya.
"Kau tidak boleh melukai Venus! Kau seharusnya menjaganya, bukan melukainya!" Perkataan itu terus kuulangi.
Nasi sudah menjadi bubur. Aku melukainya, aku hampir membunuhnya. Jika bukan karena Nephalem itu aku mungkin sudah mengirim Venus ke kematian.
Anehnya, setelah aku melakukan hal itu, Venus tidak membenciku sama sekali. Dia begitu tenang menghadapi keadaan. Seolah ini bukan lah masalah. Dia hampir mati dan dia tidak peduli apa yang akan terjadi padanya.
Aku tidak berani menemuinya setelah itu, namun aku merindukannya. "Damn! I miss her so much!" Jadi kuputuskan untuk menemuinya, namun tidak menampakkan diriku padanya.
Saat itu, aku memandanginya tertidur di kamar. Wajahnya begitu menyejukkanku. Kusentuh wajahnya perlahan, begitu besar rasanya kuingin mengecup bibirnya. Merasakan setiap sensasi yang belum pernah aku rasakan sebelumnya saat bersama seorang gadis. Venus, sungguh istimewa, Tuhan memang menciptakannya istimewa, dan kenapa kau memasangkannya padaku?
Aku tidak layak mendapatkan Venus, dia terlalu sempurna untuk seorang manusia. Aku tidak bisa menyakitinya, aku harus menjauh darinya, sejauh mungkin darinya.
Sudah menjadi kebiasaanku untuk berpindah-pindah tempat. Sebelum bertemu Venus, aku telah melakukan itu dan rasanya baik-baik saja. Namun sekarang, entah mengapa perasaan itu menjadi aneh, seolah tempat ini adalah rumah.
"Kau tahu, tidak sopan memandangi seorang gadis saat tidur secara diam-diam seperti itu." Si Nephalem bersandar pada kusen pintu sambil melipat lengannya di dada.
Aku terkekeh, seolah dia tidak pernah melakukannya saja. "Ya, katakan itu pada dirimu sendiri."
"Dia mencintaimu, Lucifer," katanya mengingatkanku.
"Aku tahu, karena itu aku harus pergi darinya."
Sekarang Si Nephalem yang terkekeh. "Kau tahu, kau benar-benar seperti diriku, dulu sekali, sebelum bertemu Seraphim."
Si Nephalem itu mengatakannya seolah-olah dia bertemu dengannya jauh sebelum alam semesta di buat, terlalu berlebihan.
"Aku serius, dulu yang aku tahu hanya balas dendam, menemukan seseorang untuk mencintaiku untuk kubunuh. Aku tidak berencana mencintainya, namun hatiku berkata lain." Si Nephalem itu mengamatiku dengan tatapannya yang dalam, seolah dia kasihan padaku.
Kupandangi kembali Venus, mengelus wajahnya lembut dan berbalik pada Xander. "Untuk saat ini, yang terbaik untuk dirinya adalah ketidakhadirannya diriku. Dia akan baik-baik saja tanpaku."
"Kau tidak tahu apa yang baik untuknya, Venus berhak memilih untuk apa yang menurutnya baik."
Aku baru saja akan pergi saat Xander memegangi pundakku. "Jangan ikuti aku atau memberitahu keberadaanku," pintaku.
"Aku tidak akan mengatakan apapun mengenai keberadaanmu, namun Venus adalah seorang hunter, kau tahu itu," dia seolah memperingatiku.
Pergi, kutinggalkan Xander dan menuju apartemenku. Kupandangi sekeliling, meja, kursi, kolam renang, kamarku dengan sebuah harpa bodoh yang tidak bisa kumainkan. Mengingatkanku akan kenangan pertama kali bersama Venus. Yang membuat ikatan takdirku bersamanya dimulai pada saat itu juga.
Aku jadi ingat saat aku berusaha membunuh Venus saat itu. Xander menggagalkannya dan menyerangku saat aku hampir membuat Venus kehilangan napas. Jika bukan karenanya, aku sudah menyesali perbuatan itu.
Saat itu, si Nephalem itu membawaku jauh dan berusaha menyadarkanku. Namun yang aku lihat darinya adalah saat dia melihat Venus tanpa pakaian secara tidak sengaja. "Kau menyukainya, kan Nephalem!" kataku saat itu penuh amarah.
"What? Aku mencintai Seraphim, bukan Venus," bantahnya.
"Kalau begitu kenapa kau berada di kamarnya saat dia tidak berpakaian?" desakku.
Wajah si Nephalem langsung berubah seketika. "Kau hanya salah paham. Aku tidak tahu kalau dia akan keluar kamar mandi tanpa handuk," katanya membela diri.
Saat itu aku tidak percaya padanya. Amarah dan rasa cemburu menguasaiku, sehingga membuatku tidak terkendali. Kuhantam wajah Xander dengan kerasnya saat itu juga, ditambah kuhadiahi sebuah pukulan di dadanya. Dibalas dengan tendangan telak ke perutku.
Pertarungan itu benar-benar sengit dan hampir tidak bisa terhentikan jika Venus tidak mengambil kalung dengan bandul cincin yang berusaha kuambil darinya. Emosiku turun seketika, kesadaranku mulai bisa kukendalikan. Namun, aku tidak ingin Venus berpikir aku benar- benar ingin membunuhnya, kukatakan seolah-olah aku baru sadar dari suatu tempat.
Padahal, aku begitu sadar untuk bisa membunuhnya. Seolah ada dua sisi gelap dan terang dalam diriku, namun sisi gelapku mendominasi. Kesadaran penuh yang dipengaruhi sisi gelap menginginkan Venus mati, namun di dalam lubuk hatiku yang entah berapa dalamnya, aku hanya menginginkan Venus untuk diriku seutuhnya.
"Sial! Sial!" makiku, sambil kulemparkan harpa bodoh itu ke dinding.
Aku benci diriku, aku benci takdir yang mengikatku. Dan Michael, dia yang memulai ini semua. Dia yang memberikan kotak pandora pada Hades. "Michael, sialan!" makiku lagi, melampiaskan semua kesalahan padanya.
Rasa ingin membunuhku tiba-tiba muncul lagi, meluap bersama emosi kemarahan yang tidak terbendung. Kutarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri walaupun aku tidak tahu apakah itu akan berhasil atau tidak. Seperti dugaanku, itu tidak berhasil. Emosiku semakin menjadi-jadi. Kusambar semua barang-barangku dan menghancurkannya.
Hingga sebuah bayangan mengenai Venus muncul di otakku. Mengingatkanku akan senyumannya, akan sentuhannya, rasa khawatirnya padaku, hingga bibirnya yang begitu lembut, dan berangsur-angsur semua emosi itu menghilang perlahan.
"Ada apa dengan diriku? Apa yang salah dengan diriku?" Kusandarkan diriku di dinding dan merosot ke lantai.
Ada di saat aku menginginkan Venus terluka ditanganku, melihat darah segarnya melumuri tubuhku. Namun ada saat dia menjadi penenangku, membuatku mengingat siapa diriku, membuatku lemah seketika.
Hanya ada satu cara untuk mengetahui itu semua, yaitu mencari Michael. Hanya dia yang tahu mengenai kotak Pandora selain God. Jika aku bertemu dengannya, pertama-tama yang akan kulakukan adalah meninju wajahnya dan memasukkannya ke dalam kurungan di Neraka seperti saat Ayah menyuruh Hades mengurungku di sana.
Akan kubuat dia tersiksa, bukan hanya karena kotak Pandora, tapi karena telah membawa Venus ke dalam rencananya untuk membawaku kembali ke Neraka. Oh, aku akan menikmati pemandangan itu selagi kubuat dirinya terkurung di Neraka sampai hari kiamat.
"Sekarang, kemana aku harus mencari pertama-tama. Aku yakin, dia pasti sedang bersembunyi dariku." Kupikirkan hal apa yang harus kulakukan untuk mencari Michael.
Aku yakin dia pasti masih di Bumi. Karena, dia tidak akan kembali ke surga jika belum berhasil membawaku kembali ke Neraka. Hanya saja, aku tidak tahu Bumi bagian mana yang dia jadikan tempat bersembunyi. Satu-satunya petunjuk yang aku bisa dapatkan adalah mencari pesuruhnya, Hades, dan mencari Hades aku harus menanyakannya pada saudaranya, Zeus.
Mengingat hubunganku yang tidak baik dengan Zeus, aku yakin dia tidak akan membantuku. Setelah terakhir kali dia menolongku waktu itu, dari kurungan di Neraka, yang katanya dia hanya menjalankan sebuah bagian dari takdir yang sudah ada dan bla bla bla.
Mau tidak mau, aku harus menemuinya di Olympus. Hanya dia petunjuk yang bisa membawaku pada Hades, pada Michael. Akan kusingkirkan semua egoku demi menemukan Michael sialan itu.
Olympus, tidak pernah terpikirkan olehku untuk menginjakkan kaki ke tempat ini. Tidak seperti surga memang, namun terlihat elegan jika boleh kukatakan. Sebuah bunyi alarm tiba-tiba terdengar di seluruh penjuru sesaat setelah aku sampai di sana.
Puluhan pasukan muncul dan berjajar dengan zirah mereka. Di antara mereka seorang wanita mendekatiku sambil membidik panahnya padaku, siap menembak. "Siapa kau dan apa yang keperluanmu? Aku tidak akan segan melepaskan panahku jika kau mengancam ketenangan Olympus," katanya dengan nada mengancam yang tidak membuatku gentar sama sekali.
"Aku penasaran apa yang Zeus ajarkan pada kalian mengenai diriku, bahkan kalian tidak mengenali seorang Lucifer." Aku tahu aku terdengar sedang menyombongkan diriku saat ini.
Si wanita dengan panah itu mengerutkan keningnya, namun tidak surut untuk tidak menurunkan bidikannya. "Mau apa kau ke sini?" tanyanya yang lebih seperti desakan.
"Artemis, biarkan dia lewat." Seberapa tidak baiknya hubunganku dengan Zeus, aku mengenal sekali suaranya.
Artemis menurunkan bidikannya padaku. Dia menoleh pada Zeus bertanya-tanya, namun Zeus tidak menghiraukannya. "Panggil Athena untuk menemuiku di ruang baca," perintah Zeus.
Tanpa berkata-kata atau pun membantah, Artemis pergi untuk melakukan apa yang Zeus pinta. Dia kemudian menuntunku menuju sebuah ruangan. Zeus tidak mengatakan apa-apa saat dia menutup pintu ruangan itu.
"Apa yang kau inginkan, Lucifer?" Zeus menoleh padaku.
"Hades, aku ingin tahu di mana Hades sekarang," jawabku tanpa basa-basi.
Zeus mengerutkan keningnya. "Untuk apa kau mencari Hades?"
"Dia bekerja sama dengan Michael dan menjebakku. Dia dan Michael juga yang sudah membuat kekacauan dengan kotak Pandora," jelasku.
Zeus berjalan menuju rak buku, mencari-cari sebuah buku di sana dan mengambilnya. "Aku tidak tahu dia di mana sekarang. Sejak dia bebas dari Underworld, aku tidak bisa melacaknya."
"Setidaknya tempat kesukaannya, atau apalah yang kau tahu bisa menjadi petunjukku menemuinya," pintku. Aku tidak akan pergi dengan tangan kosong.
Sebuah ketukan pintu memotong pembicaraan kami. Zeus mempersilahkannya masuk dan seorang wanita dengan gaun panjang yang menjuntai ke lantai berjalan ke arah kami. Aku akui, wanita itu cantik, namun tidak lebih cantik dari Venus.
"Ayah memanggilku?" tanyanya lembut namun terdengar begitu tegas.
"Ya, Athena, perkenalkan ini adalah Lucifer. Dia ke sini untuk mencari informasi mengenai Hades. Aku ingin kau mengantarkan dia ke Atlas," pinta Zeus pada wanita yang dipanggilnya Athena.
Athena tidak mengangguk untuk menyetujui permintaan Zeus, dia malah mengerutkan keningnya. "Kau tidak akan bisa menemukan Hades di sana. Dia pintar menyembunyikan dirinya dari pantauan Atlas."
Kualihkan pandangan ke Zeus kemudian ke Athena. "Apa yang kau sarankan?" tanyaku.
"Hades memiliki seorang anak setengah manusia, dan tentu saja setiap Demigod punya koneksi dengan orang tua Dewa mereka, sama seperti Seraphina dengan Zeus," jelas Athena.
"Jadi, di mana aku bisa menemukan anak Hades ini?" tanyaku lagi.
"Dia berada di Elysium bersama Demigod yang lainnya, dan hanya ayahku yang bisa membuka gerbang Elysium." Athena melirik Zeus yang kemudian melirik ke arahku.
"Zeus, berikan aku kuncinya," pintaku.
Zeus menarik napas panjang, seolah dia tidak mau pusing, dia mengalah. "Athena, antarkan Lucifer menuju Elysium, aku akan membuka pintunya saat kalian akan masuk."
Tidak percaya bahwa dia mengalah begitu saja, kupandangi Zeus lekat-lekat. "Apa imbalannya? Kau pasti menginginkan imbalan, kan?" tanyaku.
Zeus tersenyum. "Dengar, aku tahu aku tidak menyukaimu, tapi Hades di luar sana dan bekerja sama dengan saudaramu, mereka akan menjadi begitu kuat dan tidak terkalahkan, aku tidak bisa membiarkan itu."
"Lalu bagaimana aku bisa keluar dari tempat itu?"
Sebuah kotak kecil tiba-tiba mucul di tangannya. Zeus membukanya dan mengambil sebuah botol kecil seukuran ibu jari yang di dalamnya terdapat petir kecil yang menyala-nyala. Dia kemudian memberikannya padaku. "Ini, kau bisa membukanya lagi dengan ini."
Kuambil botol kecil itu. Suara menggelegar terdengar dari dalamnya, membuatku terheran-heran bagaimana bisa ada sebuah petir di dalamnya.
"Ikuti aku," kata Athena padaku.
Tanpa mengucapkan terima kasih pada Zeus, aku keluar mengikuti Athena. Hingga sesuatu tiba-tiba membuat jantungku rasanya akan tertarik dan sebuah bayangan mengenai Venus yang tertangkap di dalam kotak dengan para monsters disekelilingnya. Dia dalam bahaya.
"Aku akan kembali," kataku cepat pada Athena dan meninggalkannya tanpa penjelasan.
Aku berada di ruangan yang penuh dengan kotak kaca berisi manusia. Namun tidak kulihat Venus di mana-mana, hingga suara ribut dari luar ruangan membuatku cepat-cepat menuju ke sana. Kulihat Venus sedang bertarung dengan para monster, dia bahkan tidak memiliki senjata.
Sangat ingin kumenolongnya, menghabisi semua monster itu, namun aku tidak bisa. Venus tidak boleh melihatku, aku tidak boleh bertemu dengannya, lagi.
"Xander, aku butuh bantuanmu, di mana kau sekarang?" Untuk kali ini, aku memohon pada si Nephalem. Hanya butuh beberapa detik sampai dia menjawabku.
"Aku sedang ada urusan lain, menyingkir lah dari pikiranku."
"Venus dalam bahaya, aku butuh bantuanmu untuk menolongnya," pintaku lagi.
"Kenapa tidak kau saja yang menolongnya," katanya. Suara Xander tiba-tiba saja menjadi diam, dan kudengar suara erangan.
"What the hell are you doing?" tanyaku antara kesal dan penasaran.
Venus sedang dalam masalah dan harus cepat-cepat ditolong, jadi kugunakan kekuatanku untuk sampai pada memorinya agar bisa melihat di mana si Nephalem itu berada sekarang.
Sebuah kamar motel, dan mereka sedang berada di ranjang. Seraphina berteriak saat dia melihatku. "What the hell, Lucifer!" makinya.
Xander meloncat dari kasur dan menutupi Seraphina dengan selimut. Seperti aku ingin melihatnya bertelanjang saja. "Sedikit impas, huh?" sindirku.
"Apa maumu?" tanya Xander kesal.
Aku menoleh pada Seraphina yang memelototiku. "Aku butuh pacarmu, akan kukembalikan secepatnya." Kutarik lengannya saat Xander baru mengenakan celana jeansnya.
"Kau tahu aku sedang honeymoon dan kau merusaknya," ketusnya.
"Honeymoon ada setelah menikah dan kau belum menikah dengannya, itu bukan honeymoon."
Si Nephalem itu mengerutkan keningnya. "Benarkah?"
"Nah, sekarang lihat di sana. Venus butuh bantuan, aku titipkan dia untukmu. Jangan katakan padanya aku yang menyuruhmu menolongnya dan jangan katakan padanya aku berada di mana."
Xander menatapku datar. "Aku tidak tahu kau akan berada di mana atau berecana pergi ke mana," protesnya.
"Bagus," kataku sebelum pergi. "Oh, dan terima kasih."
_________
Maaf updatenya lama :'( tapi untuk kali ini partnya panjang kan, sampe 2000 words lebih loh. Untuk yg kangen Lucifer ini part dengan POV Lucifer untuk kalian.
Btw, udah 2020 aja, berharap bisa nyelesain Lucifer secepatnya ya. Makasih bgt yg sudah menemani Lucifer selama ini dan masih setia menunggu. Aku sayang kalian.
B. K
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top