40. AFTER ALL, WE ONLY HUMAN

Dahulu saat surga masih menjadi tempat tinggal bagiku, Ayah selalu mengatakan bahwa setiap jiwa yang mati akan kembali ke surga. Sampai aku menolak untuk menuruti perintahnya dan bersumpah untuk memasukkan jiwa-jiwa yang telah dia ciptakan masuk ke dalam neraka bersamaku.

Suara-suara jeritan jutaan jiwa yang terbakar di neraka adalah hal yang paling aku nantikan. Seolah dengan hal itu aku bisa mendapatkan kekuatanku. Tapi tidak untuk kali ini, suara jeritan jiwa-jiwa itu menghantuiku bagaikan suara menjengkelkan jam saat kau sedang menunggu waktu berlalu.

"Venus sudah tidak ada," kata Sebastian pada seorang pria paruh baya yang datang bersamaan dengan seorang gadis berambut hitam dan sekumpulan orang lainnya.

"Apa?" Pria paruh baya itu kemudian tertawa. "Kau pasti sedang bercanda. Nice try, Sebastian."

"Aku tidak bercanda, Paman Damien," kata Sebastian lagi.

Pria paruh baya yang dipanggil Damien itu mengarah padaku, pada Venus yang berada dipelukanku. Dia kemudian berjongkok dan memegangi kepalanya dengan kedua tangan dan mulai menangisi kepergian Venus.

"Tunggu, kalian ingat bagaimana Seraphim mati waktu itu? Kejadiannya hampir sama seperti ini, dan Seraphim berhasil kembali. Mungkin jika-"

Kalimat si Nephalem terputus oleh adik Sebatian, Max. "Sera adalah seorang Demigod, dia punya tempat lain sebelum benar-benar pergi dari dunia ini. Sedangkan Venus, dia hanya manusia. Dan saat manusia mati, mereka tetap mati dan tidak akan kembali. Tidak seperti dirimu, Lucifer, dan Sera. Kami hanya manusia."

Perkataannya terdengar putus asa. Begitu juga dengan diriku yang tidak percaya pada takdir ini. Takdir di mana aku dipertemukan oleh Venus, bagaimana dia begitu menarik di antara gadis-gadis lain saat dia mengantarkan pizza ke apartemenku untuk pertama kalinya.

Saat Abaddon mengurungku di dalam cage waktu itu, aku begitu putus asa. Namun, saat aku tahu bahwa Ayah ikut campur tangan dan justru memberikan ide untuk mengurungku, aku menjadi sangat marah. Perasaan itu hampir tidak bisa aku bendung. Perasaan untuk menghancurkan semua yang telah dia ciptakan, terutama untuk memusnahkan manusia begitu kuat.

Lalu, tiba-tiba sebuah cahaya kilat muncul dihadapanku. Aku kira itu adalah malaikat pada saat itu, dengan cahaya yang begitu menyilaukan. Yang ternyata adalah Zeus dan memintaku untuk tidak mengatakan apapun tentang hal ini. Dan justru kami dipertemukan lagi di Bumi dengan sikap angkuhnya yang seperti aku berhutang padanya.

Aku terus bertanya-tanya mengapa dia membebaskanku. Dan jawaban yang dia lontarkan hanyalah, "Ini untaian takdir. Semua berjalan seperti sebagaimana mestinya," kata Zeus saat itu.

Aku tidak percaya pada takdir. Walau ayahku sendiri yang telah menentukan semua hal pada semestinya. Aku masih terus berusaha bahwa apa yang aku lakukan bukanlah keinginnya, melainkan keinginanku sendiri. Tapi saat ini, melihat Venus, apakah ini takdir?

"Kalian harus pergi dari sini," pintaku. "Hades pasti akan membuat kekacauan lagi. Kalian harus menyelamatkan orang-orang."

"Kita baru saja kehilangan Venus dan kau ingin kita pergi menyelamatkan yang lainnya? Menyelamatkan Venus saja tidak bisa, bagaimana menyelamatkan yang lainnya?" Suara Max terdengar parau.

"Dia benar Max, kita harus menyelamatkan yang lain." Kali ini si Sebastian setuju padaku.

Max menuntun pria bernama Damien untuk pergi dari hutan ini. Si Nephalem dan pacarnya sedang berpelukan. Seolah itu akan menjadi hari terakhir mereka saja. Aku amati mereka sampai berciuman.

"Aku akan kembali untukmu, aku janji. I love you." Pacar si Nephalem akhirnya pergi bersama yang lainnya.

Aku bahkan tidak sempat mengatakan aku mencintai Venus. Karena aku terlalu egois, terlalu takut dengan perasaanku sendiri. Dan akhirnya, aku bahkan tidak bisa mengatakannya sepanjang sisa hidupku yang entah sampai kapan.

Mereka membiarkan jasad Venus disini untuk mengurusi yang lain terlebih dahulu. Sekarang hanya tinggal aku dan si Nephalem. Aku tahu kami tidak pernah akur sebelumnya. Tapi hanya dia yang aku bisa ajak bicara saat ini.

"Bagaimana kau bisa bertemu dengannya?" tanyaku.

Si Nephalem melirik ke arahku. "Kami bertemu dipersimpangan jalan. Aku menggunakan glamour untuk tidak terlihat dari siapa pun termasuk makhluk supernatural. Tapi Seraphim bisa melihatku, dia spesial."

Kupandangi jasad Venus yang terbujur di depanku. "Dia juga spesial, Venus tidak bisa aku pengaruhi dengan kekuatanku."

"Mereka spesial. Mungkin mereka diciptakan untuk kita dan itu yang membuat mereka spesial," kata si Nephalem.

Tiba-tiba teringat olehku kata-kata Lucifer dari dunia yang berbeda. Pandora is Darkness. Two creatures of the Earth from the highest vessels. Aku tidak peduli mengenai Pandora. Melainkan kalimat keduanya, dua makhluk Bumi dari tempat yang tertinggi.

Si Nephalem memperhatikan diriku yang duduk bersandar pada batang pohon besar. Kubalik memandanginya. Kami terjebak di tempat ini dan hanya kami yang terpengaruh oleh tempat ini. Masing-masing dari kami memiliki seseorang yang spesial.

"Kau benar," gumamku, membuat si Nephalem kebingungan. "Mereka spesial. Venus spesial dan dia bisa kembali. Yang aku butuhkan hanyalah-" Kakimatku terputus oleh kehadiran Raphael yang muncul tiba-tiba.

"Brother! Aku tidak berhasil menemukan Camael," ujar Raphael. Dia kemudian melirik si Nephalem yang bersebelahan denganku. "Kau! Aku kenal kau! Ayah pernah menceritakan dirimu."

Si Nephalem mengerutkan keningnya. "You mean God?" tanyanya.

Raphael memutar bola matanya. Seolah pertanyaan itu adalah hal yang paling sering ditanyakan. "Ya, siapa lagi," ketusnya.

"Lupakan Camael, aku butuh kau untuk mencari Pandora di tempat ini." Aku bangkit dari tempat sandaranku.

Raphael menoleh padaku dengan ekspresinya yang datar. "Pandora? Untuk apa?"

Aku sendiri belum bisa menjawab pertanyaan Camael. Tapi aku punya teori yang harus kubuktikan. Jika dugaanku benar, Pandora adalah kotak dari 7 dosa mematikan. Venus dan Seraphim adalah rasa kemanusiaan yang merupakan satu-satunya kebaikan yang ada dalam kotak itu.

"Temukan saja kotak sialan itu, aku harus membuktikan sesuatu." Kusuruh Raphael untuk pergi dan segera menemukannya.

Si Nephalem yang hanya memeprhatikanku sejak Raphael muncul, sekarang jadi penasaran. "Kau berniat melakukan apa?" tanyanya curiga.

"Aku akan melakukan apapun untuk seseorang yang aku sayangi dan pedulikan. Perasaan ini belum pernah ada sebelumnya, tidak dengan manusia. Aku dulu sangat membenci mereka. Aku sangat ingin menyeret jiwa-jiwa mereka ke neraka. Tapi sekarang, yang aku inginkan hanya mengembalikan Venus ke pelukanku."

Kulirik si Nephalem sesaat, seolah dia mengerti perasaanku. Atau mungkin dia pernah merasakan hal yang sama.

"Aku mengerti," gumamnya.

Setelahnya aku menunggu Raphael yang sudah pergi selama hampir setegah jam. Kuhabiskan waktuku dengan memandangi Venus di pangkuanku. Aku tidak akan membiarkannya mati begitu saja. Aku bahkan rela menukar ratusan jiwa di neraka untuknya.

Kusapu rambut yang menutupi sedikit wajahnya, kucium keningnya, dan kunyanyikan lagu-lagu surga yang Michael selalu nyanyikan. Berharap Venus kembali padaku. Berharap Ayah mendengar doaku.

Tidak lama setelah itu, Raphael datang dengan membawa sebuah kotak kayu berukuran sedang ditangannya. Kotak yang persis sama seperti yang aku lihat saat masih berada di surga.

"Ini, sekarang kau mau apakan benda ini?" tanya Raphael penasaran, sambil menyerahkan kotaknya padaku.
Aku lebih penasaran lagi dengan apa yang tersimpan di dalamnya. Tapi apakah resiko yang akan diambil sepadan? Jika kubuka kotak ini dan benar bahwa jiwa Venus berada di dalamnya bersama dengan 7 dosa mematikan, maka dosa-dosa itu akan ikut terbebas dan terus menyebar di seluruh penjuru Bumi untuk menambahkan kekacauan.

Bahkan, disaat 7 dosa itu belum terbebas saja, manusia sudah memilikinya. Jika mereka dibebaskan, 7 dosa itu akan semakin menguasai manusia. Dan manusia tidak akan bisa menolaknya.

"Hey!" Nephalem membuyarkan lamunanku. "Apa rencanamu?" tanyanya.

Kumantapkan hati untuk meyakinkan diriku bahwa semuanya akan baik-baik saja. "Aku akan membuka kotak ini, tapi kalian harus besiap. Aku rasa, jiwa Venus berada dalam kotak ini ... Bersama dengan 7 dosa mematikan."

----
Finally! Setelah sekian lama gak update cerita ini. Siapa yg kangen Lucifer? Atau pada kangen Xander? Atau keduanya?

Aku udah selesai sama skripsiku, jadi udah punya banyak waktu lenggang. Dan sekarang udah mulai nulis lagi. Mungkin up nya bakal seminggu sekali sampe ceritanya abis. Dan aku belum tau ceritanya bakal abis sampe chapter berapa.

Untuk yg masih setia menunggu cerita ini, makasih banget ya. Aku sayang kalian.

B.K

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top