39. NO GUTS NO GLORY

LUCIFER'S POV

Aku benci saat semua orang mengkhianatiku. Aku benci saat aku tidak bisa melakukan apa-apa sama seperti saat Ayah mengirimku ke neraka.

Venus berdiri di sampingku sambil melindungi temannya dan Little Monster. Di sisi lain aku melihat Abaddon yang entah bagaimana bisa keluar dari neraka, padahal aku sudah mengurungnya.

Aku kemudian beralih pada Lilith. "Kau akan terbakar di neraka bersama jiwa-jiwa yang penuh dosa," sumpahku.

Lilith tersenyum. "Oh, Luciferku, sayang. Apa kau tidak tahu bahwa Hades akan mengambil alih neraka dan kau ..." Lilith memandangiku merendahkan. "Kau bukan apa-apa lagi."

Lilith benar, saat tahta neraka pindah ke Hades, aku bukan siapa-siapa lagi. Aku bukan lagi, Satan seperti yang mereka agung-agungkan, bukan lagi Lord of Hell yang mereka puja. Jadi, aku ambil keputusan untuk menantang Hades.

"Hades!" teriakku. "Kemarilah dan rebut sendiri tahta neraka dariku."

Hades muncul di depanku tiba-tiba dan tersenyum penuh kemenangan. "Aku tidak menyangka kau akan menyerah secepat itu," ejeknya.

"Aku tidak menyerah, tapi aku menantangmu untuk berduel."

Hades terkekeh, seolah perkataanku adalah sebuah lelucon. "Itu akan sangat mudah, kau sudah tidak memiliki kekuatan apapun, Lucifer," katanya.

Sekarang, aku yang tersenyum padanya. "Aku mengajakmu berduel dengan tangan kosong. Bertarung seperti seorang mortal. Atau kau terlalu takut melawanku tanpa kekuatanmu?"

Aku melihat sedikit kekhawatiran dari wajah Hades. Dia melihat sekeliling di mana para demon memandanginya. Seolah menunggu jawaban Hades dan mereka akan tahu apakah dia layak untuk memimpin neraka. Begitu juga dengan Lilith.

"Aku terima tawaranmu, Lucifer," kata Hades akhirnya.

Aku melirik Venus dan melihat kekhawatiran dari ekspresinya yang begitu dalam. Kemudian, seseorang menarik lenganku.

"Kau gila menantang Hades untuk berduel," makinya dengan nada yang teramat menjengkelkan.

Aku menghempaskan lenganku dari si Nephalem. "Kau punya ide yang lebih baik?" Si Nephalem tidak menjawabnya. "Aku sedang berusaha menolong kalian. Setidaknya bukan kau yang akan dipukulinya."

Si Nephalem memelototiku "Ya, tapi kau sama saja menyerahkan tahta neraka secara tidak langsung."

"Maksudmu kau tidak yakin denganku?" tanyaku.

"Bertarung dengan kekuatan seorang Lucifer, mungkin. Tapi bertarung dengan tangan kosong layaknya seorang mortal, aku meragukan itu." Kali ini si Nephalem benar-benar terdengar meyebalkan.

Aku tidak menghiruakannya, kemudian beralih pada Venus yang sejak tadi memandangiku adu mulut dengan si Nephalem.

"Kau yakin akan berduel?" tanyanya.

"Kenapa semua orang meragukanku?" keluhku.

"Aku tidak meragukanmu," bantah Venus. "Aku hanya ..." Dia tidak menyelesaikan kalimatnya. "Aku tidak ingin hal buruk terjadi padamu."

Aku tidak pernah mendengar seseorang mengatakan hal itu padaku. Tidak ada yang pernah mengkhawatirkanku sampai setakut ini.

Kugenggam tangan Venus untuk meredakan ketakutannya. Sedikit ironi sebenarnya, aku biasanya membuat orang-orang takut pada kematian, pada neraka. Tapi sekarang, aku membuat Venus untuk meredakan ketakutannya.

Kupandangi bibirnya yang begitu menarikku untuk menciumnya. Sentuhan rasa memabukkan yang begitu aneh menyelimutiku lagi. Dan untuk kesekian kalinya, aku mencium Venus dengan begitu lembut. Ciuman yang begitu berbeda dari setiap gadis yang pernah aku cium di Bumi.

Aku akhirnya melepaskan ciuman itu. "Aku akan baik-baik saja," bisikku lembut.

Venus mulai melepaskan tanganku, menarik tubuhnya menjauh menuju temannya dan Seraphina yang tersenyum padanya seolah dia baru saja memenangkan sesuatu. Kebiasaan para gadis saat teman mereka seperti memenangkan tiket masuk ke surga secara cuma-cuma.

"Aku siap, Lucifer," teriak Hades dengan begitu percaya dirinya.

Aku tidak tahu apakah aku bisa mengalahkannya. Aku tidak pernah bertarung dengan tangan kosong. Mungkin, ini saatnya aku bertarung tanpa kekuatan yang Ayahku berikan. Mungkin Venus benar, nama Luciferku juga berasal dari Ayahku. Semua yang ada di dunia ini, berasal dari kehendak Ayahku. Tapi, setidaknya aku berusaha saat ini, untuk menyelamatkan orang-orang yang aku pedulikan.

Aku bersiap pada posisi bertarung. Hades sama sekali terlihat seperti Dewa-Dewa lain yang pernah aku temui. Begitu angkuh dan sombong bahkan jika mereka menjadi manusia biasa.

"Apa keuntungannya jika aku yang menang?" tanya Hades.

"Jika aku yang menang, aku ingin semua demon kembali ke neraka, termasuk Lilith." Aku melirik demon itu. "Dan kau, kau harus kembali ke Olympus."

"Dan jika kau kalah?"

Aku terdiam sebentar, mencari pilihan yang sayangnya tidak bisa aku temukan. "Akan aku berikan tahta neraka untukmu," kataku akhirnya.

"Dan?" Hades menuntut lebih keuntungannya.

"Dan apa? Hanya tahta neraka yang kau inginkan," tuntutku balik.

Hades menggeleng-geleng. "Tentu saja tidak, kau meminta dua keuntungan jika kau menang, dan aku hanya satu? Itu tidak adil," katanya sambil tertawa.

"Apa yang kau inginkan lagi, huh?" Aku mulai kehilangan kesabaran atas dirinya.

"Aku ingin jiwa gadis hunter itu." Hades mengisyaratkan matanya ke belakangku.

Kuikuti arah padangnya yang sudah kuduga adalah Venus. "Tidak!" bentakku cepat.

"Well, kalau begitu kita tidak perlu bertarung dan biarkan para demon mengambil bagian mereka." Hades benar-benar menyebalkan lebih dari yang aku bayangkan.

Venus seketika memegangi lenganku. "Turuti saja permintaannya."

"Tidak, aku tidak akan menuruti permintaannya. Dia menginginkan jiwamu. Aku tidak akan membiarkan itu," bantahku.

Venus kemudian menggenggam tanganku. "Aku percaya padamu, kau pasti bisa mengalahkannya."

Tidak ada yang bisa aku lakukan selain bertarung dengan Hades untuk menyelamatkan semuanya. Tapi banyak yang akan dipertaruhkan jika aku kalah.

"Baiklah," kataku untuk menyetujui permintaan Hades.

Venus tersenyum lembut padaku. "Menangkan perang ini," katanya.

Aku beralih kembali pada Hades yang kemudian ditarik oleh Lilith untuk berbicara. Aku tahu dia pasti akan gusar, itu sudah jadi kebiasaannya saat tidak mempercayai seseorang.

"Aku tidak mau kembali ke neraka," katanya.

"Kau tidak percaya padaku?" tanya Hades menuntut jawaban.

Lilith melirikku sekilas. Aku memberikan senyuman mengerikan terbaikku. Dia kemudian kembali menatap Hades. "Jangan sampai kalah," tuntutnya.

Hades kembali mengarah padaku. Sekarang, kami berada dalam posisi bertarung. Seperti macan yang akan saling terkam satu sama lain. Aku menunggu Hades menyerang duluan, membairkan dia mendapatkan kesempatan.

Hades mulai melangkah mendekat secara perlahan. Dengan cepat dia melayangkan tinju kanannya yang berhasil mengenai wajahku. Aku mundur beberapa langkah, menyeimbangkan tubuh agar tidak terjatuh.

Hades masih berdiri di depanku dengan tangan yang terkepal dan dia mulai melayangkan lagi tinjunya. Kali ini, aku berhasil menangkisnya dan memberikan pukulan di perutnya. Membuat Hades mundur beberapa langkah menjauh.

"Boleh juga pukulanmu," pujinya.

Kali ini, aku mulai menyerangnya terlebih dahulu. Kutinju wajahnya yang dihadiahi tendangan di perutku berkali-kali. Aku berusaha menepisnya dengan kedua tanganku dan mendorongnya hingga kami terjatuh di tanah. Aku berada di atas tubuh Hades sampai dia membalikkan tubuhku dan membuatku berada dibawahnya. Sekarang dia mulai meninjuku hingga habis-habisan. Darah sudah memenuhi wajahku.

Aku melihat ke arah Venus dengan buram, mungkin karena darah yang mengenai mataku membuat penglihatanku tidak jelas. Aku mulai merasakan nyeri di seluruh tubuh dan seperti orang yang kehabisan napas, paru-paruku meronta untuk dibebaskan.

Kukerahkan semua tenagaku yang tersisa untuk menyingkirkan Hades dari tubuhku, hingga aku berhasil berdiri dan menyeimbangkan tubuh. Penglihatanku masih buram, tapi aku bisa melihat Hades yang sedang menyapu rambutnya ke belakang.

"Masih belum puas untuk kupukuli?" tanyanya.

"Aku yang masih belum puas untuk memukulimu," ejekku.

Hades terkekeh. "Kau tidak mengenal kata menyerah ya, Lucifer." Dia kemudian menerjangku lagi.

Membenturkan kepalaku hingga ke tanah. Membuat semua yang ada di kepalaku terasa berputar. Hades tidak berhenti disitu, dia terus memukuliku sampai babak belur.

Dia kemudian berhenti. "Berikan tahtanya padaku, sekarang," pintanya.

"Tidak akan." Aku tertawa, kemudian terbatuk dengan darah yang menyembur keluar dari mulutku.

Hades baru saja akan memukuli lagi saat Venus menghentikannya. "Berhenti! Aku mohon! Aku akan berikan apapun yang kau inginkan jika kau berhenti memukulinya."

"No," kataku serak. "Biarkan dia memukuliku dan tidak mendapatkan apa-apa." Tenggorokanku terasa berisi darah semua.

Hades menoleh ke arah Venus, dia kemudian menarik tubuhku untuk berdiri. "Berikan aku tahta neraka," pintanya.

"Aku tidak bisa memberikan yang satu itu, kau tahu itu, hanya Lucifer yang bisa memberikannya," kata Venus.

"Kalau begitu, aku akan memukulinya—"

Venus memotong kalimat Hades. "Tapi aku bisa memberikan jiwaku."

"Tidak!" Bantah si Pria Hunter yang aku ingat namanya sebagai Sebastian.

Hades terkekeh lagi. "Jiwamu tidak berguna untukku. Orang lain yang menginginkannya, bukan aku."

Venus terlihat berpikir. Dia kemudian merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah cincin. "Aku bisa meberikanmu ini, cincin ini akan memberikanmu kekuatan. Kekuatan yang lebih dari sekedar penguasa neraka."

"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Hades.

"Cincin ini disebut Pandora Ring. Kau bisa lihat, Pandora saja bisa mengurung Lucifer, bagaimana dengan cincin ini. Kekuatannya lebih besar dari yang kau bayangkan."

Aku tidak tahu apakah cincin itu benar Pandora Ring. Aku bahkan tidak tahu cincin semacam itu ada. Dan bagaimana Venus bisa mendapatkannya?

"Baiklah, berikan cincinya padaku," pinta Hades.

Langkah Venus terhenti saat pacar si Nephalem menarik lengannya. "Kau tidak bisa memberikan cincin itu. Kita tidak tahu kekuatan apa yang ada dalam cincin itu."

"Kau punya ide yang lebih baik?" tanya Venus kesal. Aku mendengar dengan jelas nadanya.

"Tapi itu tidak sepadan dengan—"

"Menukarnya dengan nyawa Lucifer." Venus menyelesaiakn kalimatnya.

"Oh, dia akan tetap hidup. Lucifer tidak bisa mati, setidaknya tidak denganku. Tapi dia akan merasakan sakit dan siksaan untuk waktu yang sangat-sangat lama." Hades ikut dalam pembicaraan.

Aku tahu Venus tidak ingin aku berakhir seperti Lucifer yang pernah dia temui di dunia yang berbeda. Tapi, aku juga tidak bisa membiarkannya melakukan hal yang Hades pinta.

"Dia benar Venus, itu tidak sepadan," kataku susah payah dengan suara yang begitu serak.

Venus terdiam, tapi kemudian dia berjalan ke arah kami. Dia menatap mataku dan mebelai pipiku begitu lembut. Hades kemudian mendorongku terjatuh di tanah saat Venus memberikan cincinya.

"Dan sekarang untuk jiwamu." Hades mengeluarkan sebuah pisau di tangannya dan menikam Venus.

"Tidak!" Teriakku. Aku sudah tidak bisa berdiri lagi, tapi kukerahkan kekuatan untuk menggapai Venus.

"Thank you for the ring and the soul," katanya dan menghilang.

Para demon juga ikut menghilang, mengikuti Hades. Venus berbalik padaku, darah keluar dari tempat Hades menikamnya.

Yang lainnya berlari ke arah kami. Sebastian terlihat berkaca-kaca. Si pria hunter adik Sebastian menjatuhkan dirinya berlutut dengan frustasi.

Venus berada dipelukanku, napasnya terengah-engah. Matanya mengisyaratkan ingin mengatakan banyak hal, tapi hanya satu kalimat yang keluar dari mulutnya.

"A, aku percaya, ka, kau, kau adalah orang yang baik," katanya dengan susah payah hingga napas terakhirnya.

—————

Omg! I really miss this story! Maafkan aku karena update yg sangat lama. Aku juga kangen banget sama cerita ini dan ingin menuliskannya sampai habis, sayangnya aku tidak bisa.

Aku sudah berada di tahap akhir kuliahku. Jadi kemungkinan, cerita ini akan hiatus untuk beberapa saat. Mungkin, sampai aku selesai menyusun Tugas Akhirku. Maafkan aku. Tapi ini untuk yang terbaik.

Kayak film series aja yang lagi nungguin season barunya, pasti lama kan? Jadi kemungkinan sekitar bulan Agustus atau September.

Dan omong-omong, chapter ini lebih banyak dari chapter sebelumnya. Makasih untuk yg masih terus menunggu kelanjutannya. Sampai jumpa bulan Agustus atau September nanti.

Love,
B.K

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top