37. FEELS LIKE OLD TIMES
VENUS'S POV
Gagasan Dad mengenai tawar-menawar dengan Zeus membuatku bertanya-tanya. Apa yang ingin dia tawarkan pada Dewa tertinggi Yunani itu? Jiwanya? Tentu saja Zeus bukan demon yang suka mengumpulkan jiwa-jiwa dan menyesatkannya menuju neraka. Kesetiannya untuk bertarung melawan siapa pun yang menentang Zeus? Aku rasa dia sudah punya kekuatan sendiri untuk melawan mereka. Ini benar-benar membingungkanku.
"Bawa aku ke Olympus sekarang," pinta Dad pada Xander.
Xander melirik ke arahku, seolah meminta persetujuan. Aku tidak mengangguk sedikitpun, tidak juga menggeleng.
Dad terlihat mencurigakan sejak dia kembali. Dia terlihat menyembunyikan sesuatu dariku dan aku harus tahu apa yang dia tutup-tutupi. "Bawa aku juga," usulku.
Dad menoleh terkejut ke arahku. "Kau harus menunggu di sini. Biar aku yang urus mengenai Zeus," katanya.
Tentu aku tidak akan menurutinya. "If you want to bargai as hunter, then I'm in. Two better than one. We bargain as a hunters, just like old times."
Dad diam seketika, dia tidak punya pilihan selain membawaku pergi bersamanya. Dia akhirnya mengehela napas panjang. "Baiklah, just like old times."
Hal yang paling aku rindukan dari ayahku adalah bertarung bersamanya. Berdiri di sisinya melawan para makhluk supernatural. Ini akan menjadi hal yang menarik.
"Aku akan di sini menunggu Max dan Sebastian," ujar Seraphina yang tidak akan pergi untuk menemui Zeus.
Aku rasa, Seraphina tidak begitu beda denganku dari beberapa hal. Terutama mengenai masalah memiliki ayah yang kurang baik untuk dijadikan panutan.
Seraphina kemudian mendekati Xander sebelum kami pergi. "Sampaikan salamku untuk Zeus," titipnya dan mencium bibir Xander.
Aku berusaha mengalihkan pandangan. Aku tidak iri pada Sera, alih-alih aku menginginkan ciuman itu bersama Lucifer. Saat Xander meraih tanganku dan Dad, kami tiba-tiba berada di atas gunung entah di mana.
"Ini Olympus?" tanyaku.
Xander menengadahkan kepalanya menatap langit yang rasanya sudah sangat dekat dengan awan-awan yang menghiasi sekeliling. "Itu Olympus," gumamnya.
Aku hanya bisa terpaku dengan mulut terbuka lebar. Aku kira kami sudah cukup tinggi dan ternyata Olympus lebih tinggi dari yang aku kira.
Xander meremas tanganku lembut dan membawa kami lagi menuju sebuah halaman luas yang lantainya terbuat dari batu granit. Kupandangi sekeliling untuk mengagumi setiap sudut tempat ini. Olympus terlihat sebagus dan seindah ini. Bagaimana dengan surga? Pasti lebih indah ratusan kali lipat.
Sekumpulan pasukan berlari mengililingi kami. Aku dan Dad sudah bersiap dalam posisi menyerang. Namun Xander mengulurkan tangannya untuk menghalangiku.
"Zeus! Kami ingin bicara denganmu." Xander berteriak.
Seorang pria dengan pakaian serba putih dan jenggot yang berwarna senada muncul dari belakang para prajurit. Dia mengisyaratkan sesuatu dengan tangannya dan para prajurit membukakan jalan untuknya. Aku tentu sangat yakin dia adalah Zeus.
"Zeus," gumam Dad.
"Damien Morningstar," balas Zeus. "Senang bertemu denganmu lagi."
Aku mencerna perkataan Zeus. Lagi? Kapan Dad pernah bertemu dengan Zeus? Apa Dad pernah mengejarnya dan berusaha membunuh Zeus?
"Aku ke sini untuk menawarkan perjanjian." Dad berjalan melewati Xander.
"Tidak ada perjanjian dengan manusia yang berakhir baik. I'm done with human," kata Zeus.
Dad berusaha mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan. "Hades sedang membuat kekacauan sekarang di Bumi. Dan satu-satunya yang bisa melawannya, atau setidaknya dia takuti adalah kau."
Zeus terkekeh. "Dia tidak pernah takut padaku. Aku hanya berusaha agar dia tetap berada di dalam underworld, tapi kalian—" dia melirik ke arah Xander. "Yang membuatnya bebas."
"Kau menyalahkan ini pada manusia?" sergahku tiba-tiba.
"Tidak." Zeus melirik Xander lagi. "Ask him," tambahnya.
Aku menoleh ke arah Xander yang tidak mengerti perkataan Zeus yang seolah menyalahkannya. Aku kemudian menoleh kembali pada Zeus, meminta penjelasan.
"Kau yang membebaskan Hades saat menolong anak perempuanku untuk keluar dari tempat ini. Kau pikir kenapa aku membuat Dewa-Dewi lain tidak bisa keluar dari Olympus dan para Demigod dari Elysium? Kekuatan mereka terlalu berbahaya untuk manusia."
Penjelasan Zeus cukup masuk akal mengenai menjaga para Dewa-dewi tetap berada di Olympus dan para Demigod dari Elysium. Tapi bagaimana dengan Seraphina? Dia tidak berbahaya, dia justru membantuku. Aku pikir semua orang berhak untuk mendapatkan kebebasan, lagipula mereka juga bisa mengontrol kekuatan mereka sendiri seperti Seraphina, kan? Jika pun tidak, dan mereka membuat kekacauan seperti Hades, aku akan mulai memburu mereka.
"Jadi kau tidak mau membantu kami?" tanyaku dengan nada yang seperti menantang Zeus untuk bertanding.
Zeus menggeleng pelan. "I can't," jawabnya.
"Can't or you won't?" tanyaku lagi.
Zeus hanya diam. Dia tidak menjawab pertanyaan terakhirku. Yang menunjukkan bahwa dia tidak mau, bukannya tidak bisa.
"Let's go back! Kita tidak seharusnya pergi ke sini." Aku berbalik untuk meminta Xander membawa kami kembali saat Dad tiba-tiba mulai mendekati Zeus lagi.
"Zeus, ayolah. Kau tidak bisa membiarkan saudaramu mengacau, kan?" Dad masih membujuk Zeus.
"Oh, ayolah Damien. Bukan karena anak kita lahir dan diberikan tujuan yang sama kita saling mengenal. Kau manusia dan aku Dewa, kita—"
"Jangan kau lanjutkan kalimat itu." Suara Dad tiba-tiba meninggi.
Aku tahu jika Zeus melanjutkan kalimatnya dia akan mengatakan bahwa derajatnya lebih tinggi daripada manusia, setidaknya seperti itu. Dan Dad tidak menyukai kalimat itu, sama sepertiku. Jadi Dad yang menurunkan sifatku yang satu ini.
"Aku mungkin memang tidak memiliki kemewahan sepertimu dan kekuatan hebat sepertimu. Tapi setidaknya, aku mengenal anak perempuanku dan itu adalah hal terhebat yang bisa aku lakukan sebagai seorang ayah."
Itu kalimat mematikan yang keluar dari mulut Dad dan membuat Zeus tidak bisa berkata-kata lagi.
"Oh, dan satu lagi—" Xander berhenti sesaat sebelum kami pergi. "Anakmu menitipkan salam."
Aku melihat secercah senyum dalam wajah Zeus yang begitu tajam dan sombong. "She said, fuck you!" Xander tersenyum jahat dan akhirnya membawa kami keluar dari Olympus. Aku hanya bisa tersenyum saat Xander mengatakan itu.
Kami akhirnya kembali. Tanpa membawa hasil dari apa yang kami harapkan. Tapi aku justru tidak menyesal sama sekali. Aku senang Dad berkata seperti itu di depan Zeus. Tapi, aku jadi ingat mengenai kalimat Zeus yang terpotong oleh Dad mengenai anak kita yang diberikan tujuan yang sama. Apa maksud dari kalimat itu?
Lagi-lagi Xander meremas lenganku lembut. Tapi kali ini mengisyaratkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dan akhirnya kami kembali ke rumah.
Seraphina yang sedang duduk di sofa langsung bangkit saat melihat kami kembali. "Apa Zues akan menolong kita?" tanyanya.
"Ayahmu benar-benar brengsek," jawabku kesal.
"Aku rasa berarti jawabannya tidak." Seraphina duduk kembali di sofa sambil melipat lengannya di dada.
"Dengan atau tanpa Zeus aku akan tetap membunuh Hades, bagaimana pun caranya," kataku semakin kesal saja.
"Eyyy, karena itu kami ada di sini." Suara yang begitu akrab dengan kekonyolannya itu membuatku meloncat ke arahnya dengan antusias.
"Max!" pekikku sambil memeluknya.
"Kita akan habisi si Hades brengsek itu," katanya dengan semangat.
"Mana Sebaatian?" tanyaku.
"Aku di sini." Suara yang muncul dari dapur itu langsung memberikanku pelukan hangat.
Max dan Sebastian rupanya tidak sadar dengan kehadiran Dad yang berdiri di samping Xander. "Hai, boys," sapanya.
"Paman Damien." Sebastian beralih dariku. Dia langsung memberikan pelukan ala pria yang begitu akrab. Max juga mengikutinya.
Max dan Sebastian tahu bahwa aku membenci Dad sejak ibuku meninggal. Tapi tidak dengan mereka. Max bilang, dia tidak akan mencampuri urusan keluarga kami. Padahal, aku juga tahu pasti Dad sering menolong mereka saat berburu. Walaupun, itu tidak bisa menjadi alasan mereka tidak membencinya.
"Reuni keluarga," gumamku saat melihat Seraphina yang tersenyum melihat Dad, Max, dan Sebastian begitu akrab.
"Jadi apa hubungan kau dengan Max dan Sebastian?" tanya Seraphina.
"Max dan Sebastian adalah sepupu dari ayahku. Kami sering bermain saat masih kecil, jadi cukup akrab."
"Dan menjadi hunter bersama-sama?" tanyanya lagi.
"Keluarga dari ayahku hunter semua, walaupun tidak semuanya pergi berkeliling Amerika setiap saat."
Seraphina mengangguk-angguk mendengar penjelasanku.
"Bagaimana dengamu? Sudah berapa lama kau menjadi hunter?" Aku duduk di samping Seraphina, sambil melirik ke arah Xander yang berjalan menuju jendela.
"Baru-baru ini, aku menjadi hunter karena kakakku, Jo."
"Ah, ya. Dia sangat hebat," pujiku.
Serpahina tersenyum. "Ya, dia hidup sendirian sejak umur lima tahun. Awalnya aku tidak tahu bahwa aku mempunyai kakak. Saat itu Jo menolongku dari seorang doppelganger. Dia memberitahukan namanya padaku, yang secara kebetulan memiliki nama belakang yang sama. Aku tanyakan pada ibuku apakah aku memiliki keluarga bernama Joanna Chase dan saat itu ibuku langsung mengatakan bahwa dia adalah kakakku."
Kudengarkan cerita Seraphina mengenai keluarganya. Dia juga menjelaskan bahwa Zeus lah yang menyuruh ibunya untuk pergi meninggalkan kakaknya. "Your father is totally a douchebag," kataku.
"Yeah, he is."
Aku memandangi Seraphina cukup lama. Kami memiliki umur yang sama, dan mata biru yang hampir sama. Hanya saja, warna mataku lebih gelap seperti dasar laut. Dan kesamaan lain yang membawa kami pada takdir yang belum kami ketahui.
"Maafkan aku," ujarku saat menyadari bahwa diriku memandangi Seraphina cukup lama.
"Ada apa?" tanyanya.
"Tidak, aku hanya selalu berharap memiliki seorang saudara perempuan. Dan yang aku punya hanya satu teman perempuan yang saat ini sedang dalam bahaya karena diriku."
Seraphina meletakkan tanganya di atas tanganku. Memberikan dukungan untuk menyemangatiku. "Kita akan menyelamatkannya. Aku janji."
—————
Seperti janjiku, aku up dua chapter sekaligus.
Btw, aku ingin promosi ceritaku yg judulnya Spy: Meet dangerous man. Adakah yg sudah baca? Genrenya Action-romance. Saat ini sedang open PO sampai besok. Ceritanya gak kalah seru loh hehehe. Yuk yg mau order bisa langsung chat aku, nanti aku kasih link formulir pemesanannya. Atau yg mau tanya2 dulu boleh juga kok ^^
Thanks,
B.K
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top