33. FAKE FOUR HORSEMEN
LUCIFER'S POV
Entah mengapa rasa ingin membunuhku yang tadinya muncul secara tiba-tiba menghilang sedikit demi sedikit saat Venus menciumku. Kekuatan apa yang dia miliki sampai membuatku seperti ini.
Aku marah pada awalnya karena Venus menuduhku yang melakukan semua kekacauan ini. The four horsemen? Yang benar saja? Tapi mungkin menjelaskan kenapa rasa ingin membunuhku meningkat hingga aku ingin membunuh Venus, pasti karena famine.
Seharusnya aku tidak terkena efek itu. Aku yang mendatangkan mereka dan seharusnya aku yang akan membuat umat manusia mengalami hal itu. Tentu saja karena itu bukan famine yang asli. Siapa pun yang menyebarkan kelaparan ini dan mengaku-ngaku menjadi salah satu horsemen-ku, akan aku bunuh dengan tanganku sendiri.
"Aku akan mengambil es untuk kalian berdua." Venus bangkit dari sofa menuju dapur.
Aku melihat jalannya yang sedikit menyeret, ditambah si brengsek nephalem yang hampir saja meremukkan tubuh Venus. Aku akan membuat dia membayarnya nanti.
Aku melangkah menuju jendela. Mengamati keadaan luar yang bisa saja makhluk-makhluk itu menyerang tiba-tiba. Si nephalem melirikku dengan tatapan yang benar-benar menjengkelkan.
"Apa yang kau lihat?" desisku.
Si nephalem itu membuang muka, sepertinya dia tidak ingin meladeniku. Atau dia terlalu lemah dan tidak bisa bicara setelah aku memukulnya habis-habisan. Walaupun dia juga memukuliku.
Venus datang dengan dua kantung es dan memberikannya pada Si nephalem satu dan padaku satu.
"Aku jadi ingat," ujar Venus saat dia menyodorkan kantung esnya. "Bukannya kau bisa menyembuhkan diri sendiri?"
Ya, aku ingat terakhir kali menggunakan kekuatan penyembuh saat Venus terluka waktu itu. "Itu hanya kebetulan, aku tidak bisa menyembuhkan seperti itu lagi."
Venus kemudian melirik si nephalem. "Apa?" sergahnya.
"Apa kau juga tidak bisa?" tanya Venus.
Tiba-tiba, pacar si nephalem datang dengan seorang gadis yang menggendong Little Monster.
"Whoaa, siapa lagi ini?" tanyanya.
"Mereka temanku," jawab Venus. Dia kemudian mengambil Little Monster untuk digendong. "Apa kau masih merasa lapar?"
Si gadis yang baru datang itu menggeleng.
"Jadi, menurutmu siapa yang melakukan semua ini?" tanya pacar si nephalem.
"Ya, siapapun yang melakukan ini, aku tidak ada hubungannya," sergahku.
Suara berisik di luar tiba-tiba membuatku siaga. Semua orang di ruangan saling bertatapan. Venus berlari menuju jendela, aku mengikutinya. Hujan badai turun secara tiba-tiba.
"Apa yang terjadi?" tanya pacar si Nephalem.
"Hujan badai," jawab Venus.
"Hujan badai dipertengahan Agustus?" tanya si gadis yang belum aku ketahui namanya itu.
Venus kemudian memberikan si Little Monster padaku. Dia berlari menuju rak buku dan mengambil sebuah buku tebal yang terlihat membosankan.
"Kau tahu sesuatu?" tanya pacar si nephalem.
"Aku pernah membacanya belum lama ini mengenai demon." Venus membulak-balikkan halamannya.
"Jadi menurutmu ini ulah demon?" tanya si nephalem.
"Tunggu-tunggu! Demon? Apa yang kalian bicarakan?" tanya si gadis.
Venus kemudian berhenti pada sebuah halaman. "Ini dia. Pazuzu, the king of the demons of the wind. Kedatangannya mengakibatkan famine ke tempat yang dia singgahi."
Aku berjalan menuju Venus untuk memberikan Liittle Monster padanya. "Dasar demon sialan! Berani-beraninya dia mengaku-ngaku menjadi famine. Akan aku beri perlajaran dengan mengirimkannya ke perjara paling bawah di neraka," kataku kesal.
Aku baru saja akan pergi saat Venus menggapai tanganku. "Kau tidak ingat apa yang terjadi saat kau pergi jauh dariku? Aku tidak ingin kau melukai siapapun."
Venus benar. Aku bisa membunuh seseorang dan aku sangat menginginkan itu. Jadi, aku mendengarkannya dan duduk kembali di samping si nephalem.
"Bagaimana dengan perperangannya? Semua makhluk ini bertarung bukan hanya karena famine, tapi war juga, aku yakin itu." Venus menatap seisi ruangan.
Pacar si nephalem memejamkan matanya sesaat, seolah dia tahu ulah siapa. "War, Ares. Dia ikut turun ke Bumi denganku waktu itu," katanya.
"Ares? Dewa Yunani?" tanya Venus.
"Ya," jawabnya singkat.
"Lalu bagaimana kita mencarinya?" tanyaku.
"Kau Lucifer, King of Hell, seharusnya kami yang bertanya padamu." Si nephalem mulai lagi.
"Kau tidak dengar, I quit Hell. Lagipula, kau kan setengah demon, seharusnya kau tahu bagaimana memanggil teman-temanmu," balasku.
Suasana menjadi hening seketika.
"Lucifer? Setengah demon? Venus, siapa teman-temanmu sebenarnya?" ekspresi gadis itu benar-benar campur aduk.
Venus menatapku dan si nephalem. "Terima kasih untuk kalian berdua." Jelas itu tidak terdengar seperti sebuah ucapan terima kasih, lebih seperti sindiran. "Ada banyak hal yang perlu kita bicarakan nanti, Queen. Sekarang, aku ingin kau duduk dan persiapkan dirimu untuk apa yang akan terjadi nanti."
Si gadis yang dipanggil Queen itu mengangguk.
Venus kemudian melirikku. "Apa kau tidak tahu bagaimana cara memanggil demon?"
Ini yang sangat menyebalkan. Mereka semua mengira aku bisa memanggil demon seenaknya. Mengirim mereka kembali ke neraka lebih mudah daripada memanggil mereka. Dan mereka pikir demon itu sedikit? Ada milyaran demon yang tidak semuanya tunduk padaku. Banyak yang membenciku, terlebih lagi saat aku pergi dari neraka.
"Aku akan coba," jawabku akhirnya. Aku tidak ingin mengecewakan Venus.
Kupusatkan pikiran untuk mulai menggapai demon-demon. Mencari informasi dari setiap demon yang terhubung. Dan akhirnya, aku menemukan demon itu. "Aku tahu di mana dia berada," kataku dengan memamerkannya pada si nephalem.
"Dasar sok pamer," gumamnya. Tapi aku jelas mendengarnya.
"Lebih baik daripada tidak berguna sepertimu," sindirku.
Si nephalem mendengus sambil menggeleng. "Aku heran, kenapa Ayaku tahan denganmu."
"Dia demon yang patuh padaku, tidak seperti kau."
"Well, aku bukan ayahku. Dan aku setengah malaikat, ingat?" Sekarang dia menyindirku balik.
"Guys! Ini bukan saatnya bertengkar. Kita harus mengakhiri demon ini, bawa aku ke tempat itu." Venus memelototiku dan si nephalem.
Aku menunduk malu. Kemudian mulai menggenggam tangan Venus untuk membawanya.
"Aku dan Xander akan mencari Ares, teman Periku akan membantuku," ujar pacar si nephalem.
"Peri? Kau punya teman seorang Peri?" Venus berjingkat, seolah dia sangat tertarik.
Pacar si nephalem tersenyum bangga. "Sahabat, lebih tepatnya."
"Seraphina Chase, kau benar-benar tidak terduga," kata Venus. Kemudian melirik ke arah Queen. "Aku ingin kau tetap di sini dengan Jazmyne. Kau tahu menggunakan pistol?"
"Ya, tapi apakah itu perlu?" Raut wajahnya terlihat sangat tidak menyukai gagasan itu.
"Hanya jika seseorang tidak dikenal dan berbahaya mendobrak pintu depan."
Queen awalnya tidak mau mengambil pistol itu, tapi kemudian dia meraihnya. "Baiklah," ujarnya.
Kami baru saja akan pergi saat Queen mendekati Venus dan berbisik padanya. "Your boyfriend and that guy, really have an issue."
Dan kami sudah berada pada sebuah rumah pondok di tengah hutan. Venus mengeluarkan senjatanya yang diselipkan di pinggul. Dia mulai berkeliling.
Selagi Venus berkeliling, aku mulai masuk ke dalam. Betapa aku sangat ingin mengirimkan demon itu ke dalam neraka. Dan menyiksanya untuk milenial tahun. Tapi saat aku masuk ke dalam rumah, yang aku rasakan justru berbeda.
"Ini aneh," gumamku.
"Lucifer," gumam sebuah suara dari belakangku.
Aku menoleh. "Pazuzu," kataku terkekeh.
"The demon king of the wind," tambahnya dengan begitu sombongnya.
"Ah, you want the trone." Aku menyimpulkan perkataannya.
Dia tersenyum, seolah aku telah benar menyimpulkannya. "We, want the trone."
"We?" tanyaku.
"Kau kira hanya aku saja yang menginginkan the trone?"
"Siapa lagi memangnya?" Aku menatap Pazuzu bingung.
"Oh, Lucifer. Banyak yang menginginkan tahtamu. Dan kami tahu kelemahanmu. Semua ini berkat Hades."
Sekarang aku tambah bingung saja. Tapi tidak aku biarkan dia mengolol-olokku. "Hades? Dewa yang mengaku-ngaku menjadi Tuhan? Huh, dia bukan tandinganku."
Pazuzu menyeringai. "Dia tidak sendiri, aku salah satunya."
"Oh, jadi kau dan teman-temanmu yang membuat four horsemen palsu?"
"Ya, Aerico disease demon yang sekarang mengacau di Kansas City. Dan masih banyak lainnya yang bergabung bersama kami."
"Oh, dan aku akan mengirimu ke neraka, Pazuzu. Kau tidak akan bisa bergabung dengan teman-temanmu." Aku menyeringai.
"Lucifer!" teriak Venus dengan senjata yang di todongkan di kepalanya sendiri.
"Apa yang kau lakukan padanya?" gertakku pada Pazuzu.
"Oh, aku tidak melakukan apapun, Lucifer."
Dengan cepat, aku menggapai Venus. Kurebut secara paksa pistol darinya dan membawanya kembali ke rumahnya. "Kau baik-baik saja?" tanyaku.
"Ya," jawab Venus terengah-engah.
"Aku akan segera kembali." Aku baru akan pergi menemui Pazuzu lagi saat Venus menarikku dan menciumku. Ciuman ini lebih berbeda dari sebelumnya. Terasa lebih lembut dan memabukkan.
Dia kemudian melepaskan ciumannya dan berbisik padaku. "Berjanjilah untuk kembali padaku," katanya.
"Ya," jawabku singkat.
Aku mendengar nada yang sangat khawatir saat Venus berbisik padaku tadi. Aku tidak tahu apa yang dikhawatirkannya, tapi dia terdengar sangat takut.
Sekarang, aku kembali pada Pazuzu, yang masih berdiri di tempatnya. Dia kemudian tersenyum. "Oh, kau kembali. Aku kira kau terlalu takut untuk menghadapiku."
"Kau yang seharusnya takut menghadapiku, Pazuzu."
"Tidak jika aku punya ini." Pazuzu menunjukkan sebuah kotak kecil dari tangannya.
Kotak yang pernah aku lihat saat masih berada di Heaven. Kotak yang Ayahku buat, entah untuk apa. Kotak yang tidak pernah aku pedulikan sampai saat ini. Kotak yang diperingatkan oleh diriku dari tempat yang lain.
Pazuzu membuka kotaknya dan sesuatu keluar dari dalam kotak itu. Seketika aku merasakan kekuatanku seolah ditarik paksa. Untuk pertama kalinya, aku merasakan tidak berdaya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top