30. THE FOUR HORSEMEN

Tanda-tanda apocalypse dimulai dari datangnya the four horsemen. Mereka menyebar pestilence, war, famine, dan death. Pestilence menyebarkan wabah, famine menyebarkan kelaparan,  war menyebarkan peperangan, hingga akhirnya death yang menandakan kehancuran umat manusia.

Aku bukan orang yang religius. Tapi jika semua hal ini benar, berarti aku tidak bisa diam saja. Tapi apakah Lucifer tahu mengenai hal ini?

Jazmyne masih menangis dan membuat kepalaku pusing. Namun, aku tidak bisa memberikannya susu lagi. Sudah terlalu berlebihan bagi seorang bayi meminum susu sebanyak 5 botol dalam jangka waktu kurang dari 30 menit.

Aku sudah mencari Lucifer di setiap penjuru apartemennya dan tidak ada tanda-tandanya sama sekali. Aku tidak tahu harus mencarinya ke mana. Namun, ada satu tempat yang bisa aku singgahi untuk menemukan Lucifer. Kemungkinannya bisa 50 persen aku menemukan Lucifer di sana, Monstral bar.

Aku berkendara secepat mungkin. Tentu saja karena masih terlalu pagi, aku bisa masuk jika pintu tidak di kunci. Beruntung, pintu memang tidak dikunci. Sambil menggendong Jazmyne, aku masuk ke dalan bar. Menemukan Tyra yang sedang duduk sendirian di sebuah meja. Matanya tertuju padaku saat aku masuk.

"Hai," sapanya.

"Hai, Tyra. Apa Lucifer datang ke sini?" tanyaku.

Tyra menggeleng. Aku kemudian melirik dua gelas di atas meja. Aku yakin seseorang baru saja duduk di depannya. Entah siapa, tapi aku yakin pasti Lucifer. Namun, aku tidak mengatakan hal itu pada Tyra. "Maukah kau katakan pada Lucifer aku mencarinya jika dia datang ke sini?" pintaku. "Urusan hidup dan mati," tambahku.

"Ya, tentu saja." Tyra tersenyum padaku.

Aku keluar bar berharap Lucifer mengejarku jika dia benar-benar ada di sana. Aku berdiri cukup lama sampai akhirnya aku menyerah dan berjalan pergi.

Putus asa, itu yang sekarang aku rasakan. Aku tidak tahu ke mana perginya Lucifer. Sedangkan waktu terus berlalu dan matahari mulai tergantikan dengan bulan penuh yang bersinar terang. Namun, bulan masih tertutupi awan. Dan langit masih terlihat cukup terang. Ini akan lebih buruk lagi jika para manusia serigala tidak bisa mengendalikannya. Benar-benar akan terjadi perang karena kelaparan. Dua tanda sekaligus.

Aku menyambar telepon dengan cepat. Menelepon Sebastian di panggilan cepat. Tidak diangkat. Aku menelepon Max dan pada dering pertama, dia langsung mengangkatnya.

"Max! Syukurlah! Aku menelepon Sebastian, dia tidak mengangkatnya."

"Venus! Benar-benar kacau. Penyakit menyebar dengan sangat cepat." Suara Max terdengar sangat berat.

"Max, ada apa? Apa Sebastian baik-baik saja?" tanyaku akhirnya. Aku tahu betul bagaimana suara Max saat khawatir.

Tidak ada jawaban.

"Max?" Aku menuntut jawaban.

"Aku akan meneleponmu lagi nanti. Jaga baik-baik dirimu, Venus." Dan sambungan telepon terputus.

Sekarang aku semakin khawatir. Pasti terjadi sesuatu pada Sebastian. Dan Max tidak mau mengatakannya padaku. Aku benar-benar tidak bisa berpikir jernih sekarang. Jika terjadi apa-apa pada Sebastian aku tidak tahu harus melakukan apa lagi. Di antara kami bertiga, Sebastian adalah yang paling dewasa. Walaupun sikap dewasanya itu kadang menyebalkan seperti orang tua.

Tapi, aku harus memikirkan apa yang terjadi di sini. Akhirnya, aku menelepon Letnan Trevor untuk meminta bantuan. Aku memintanya mengumpulkan orang sebanyak mungkin di kantor kepolisian dan menutup seluruh gedung dengan aman.

Awalnya Letnan Trevor ragu, karena dia tidak tahu harus mengatakan apa pada mereka. Namun, akhirnya dia mengiyakan karena tahu aku tidak akan berbohong. Dan meminta bantuan pada Aileen karena dia pasti akan percaya.

Langit sudah mulai menghitam. Aku menyiapkan seluruh senjata yang aku punya. Tentu saja aku juga tidak akan membawa Jazmyne dalam peperangan ini. Aku menyuruh Queen datang ke rumahku tanpa banyak bertanya.

Saat dia mengetuk pintu rumahku aku melihatnya yang sedang mengunyah makanan. Dan tangannya yang penuh dengan bungkusan makanan. Aku tahu ini pasti efek dari Famine.

"Maafkan aku, aku tidak tahu kenapa aku merasa sangat lapar sekali hari ini." Queen masuk ke dalam rumahku dan meletakkan makanannya di atas meja.

Aku menariknya ke ruang bawah tanah. "Tetaplah di sini apapun yang terjadi. Aku titip Jazmyne." Dan langsung menutup serta mengunci pintunya.

"Venus? Setidaknya tinggalkan makananku di sini," pintanya.

Aku tidak akan memberikan makanan padanya. Dia pasti sudah makan terlalu banyak dan itu tidak baik untuknya. Yang aku heran, kenapa aku tidak terpengaruh rasa lapar ini?

Aku jadi ingat cincin yang Lucifer— dari dunai Eira—katakan bahwa cincin itu hanya ada dua di dunia. Berarti ada dua juga di tempat ini. Siapa pemilik cincin satunya lagi? Dan apakah ada hubungannya denganku?

Aku menyingkirkan pertanyaan itu dulu. Yang aku tahu sekarang, cincin itu bisa membawaku kepada Lucifer. Jadi aku mengenakannya. Dan Lucifer benar-benar muncul di depanku.

Ekspresi wajahnya terkejut. Seperti melihat seorang hantu. Dia sedikit menunduk, tidak menoleh ke arahku sama sekali, bahkan melirik pun tidak.

"Kenapa kau pergi?" tanyaku.

Lucifer tidak menjawab apa-apa.

"Kau menghindariku?" tanyaku lagi. Dan masih tidak ada jawaban. "Lucifer, tatap mataku," pintaku.

Lucifer tidak menghiraukannya. Hingga aku harus memunpu wajahnya dengan kedua tanganku dan mengarahkannya padaku. Matanya masih tidak mengarah padaku. "Tatap aku Lucifer," pintaku lagi.

Lucifer pada akhirnya menyerah dan menatap mataku. "Aku pergi karena kau pantas mendapatkan yang lebih baik," kata Lucifer akhirnya.

"Kenapa kau selalu menyimpulkan sesuatu tanpa berpikir terlebih dahulu?" tanyaku lagi. Begitu banyak pertanyaan yang ingin aku lontarkan.

Lucifer tidak menjawabnya lagi.

"Apa kau tahu mengenai The Four Horsement yang muncul di Bumi?" tanyaku langsung ke permasalahan kali ini.

Lucifer mengangkat sebelah alisnya, seolah dia tidak tahu arti dari kata The Four Horsement. "Apa maksudmu?" tanyanya balik.

"The Four Horsement, mereka sedang membuat kekacauan sekarang. Sebastian bilang, turunnya kau ke Bumi yang menyebabkan mereka muncul," jelasku.

"Maksudmu apocalypse?"

Aku mengangguk.

"Dan kau percaya?"

"Aku percaya padamu jika kau menjelaskannya."

Lucifer menatapku lirih. Dia terlihat cukup kesal dan tidak percaya padaku. "Kau sama saja seperti manusia lainnya." Dia melepaskan tanganku dari wajahnya. Dan berbalik dariku.

"Lucifer!" panggilku. Tapi, lagi-lagi dia tidak menghiraukanku dan pergi begitu saja.

Aku merasa menyesal. Tapi, apa lagi yang harus aku katakan? Aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dan aku mengacaukan semuanya. "I'm screwed!" sumpahku sambil bertolak pinggang.

——————

Aku tidak percaya kita sudah sejauh ini. Chapter 30! Aku blm tau bakal sampe chapter berapa, tapi sudah ada gambaran sampai endingnya.

Maaf klo chapter ini sedikit :'(
Tapi, semoga kalian suka sama chapter ini ya.

Thanks,
B.K

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top