21. YOU BURNED MY DAMN FILES!

VENUS'S POV

Aku kesal pada Lucifer karena tidak mau mengakui bahwa dia berusaha menciumku. Karena itu aku pergi dan menitipkan Jazmyne pada Lucifer agar dia mengurusnya selagi aku pergi.

Sebenarnya, aku mengkhawatirkan Jazmyne. Tapi aku butuh sendirian dan tidak memikirkan apapun selain diriku.

Aku tidak punya tempat lain selain Monstral Bar. Aku tahu itu memang tempat para makhluk supernatural berkumpul. Tapi aku sudah kenal dengan penjaga pintunya, Emmett. Sebelum aku mengenal Luther tentu saja aku sudah tahu tempat itu dan Luther bahkan tidak percaya padaku karena aku bisa masuk ke tempat ini tanpa di usir.

Ini masih cukup pagi untuk berada di sebuah bar. Tapi aku tidak punya tempat lain selain di Monstral. Jadi aku akan masuk ke tempat itu walaupun hanya akan ada diriku saja dan si bartender.

Emmett tidak berjaga saat pagi, karena dia vampir dan matahari bukanlah sahabatnya. Tapi aku masih bisa masuk karena tidak akan ada yang berjaga.

Saat aku membuka pintu, Tyra sedang membersihkan gelas-gelasnya. Dia melirik ke arahku saat aku menghampirinya. "Can I help you?" tanyanya.

Aku tersenyum. "Tidak, aku hanya butuh tempat untuk menyendiri," jawabku.

Tyra adalah seorang peri. Yang aku tahu, seorang peri pasti memiliki sayap di punggungnya. Tapi manusia tidak bisa melihatnya jika peri itu tidak menginginkannya. Dia punya rambut pirang yang menghiasi kepalanya hingga ke punggung. Warna kulitnya yang cokelat seharusnya membuat rambut pirang itu tidak cocok untuknya. Tapi jelas terlihat sangat cocok untuk Tyra.

"Mau minum?" tawar Tyra.

Aku menggeleng. "Aku tidak minum-minuman beralkohol." Aku berusaha menolaknya dengan berkata jujur agar dia tidak tersinggung.

Tyra kemudian tersenyum padaku. "Jadi, ada yang ingin kau ceritakan padaku?" tanyanya. "Aku bukan ahli sikologis, tapi sebagai seorang perempuan aku bisa mendengarkan ceritamu, jika itu bisa membuatmu lebih baik."

Aku melirik Tyra. Menimbang-nimbang untuk menceritakannya pada bartender itu. "Apa kau pernah bertemu seseorang yang dilahirkan untuk menjadi orang jahat?" tanyaku kemudian.

Tyra meletakkan gelas yang baru saja dibersihkannya. "Tidak. Karena semua orang dilahirkan untuk menjadi orang yang baik. Dan orang itulah yang membuat pilihan untuk semakin mengikis sifat baiknya."

"Apa kau percaya pada surga dan neraka?" tanyaku.

"Ya, tentu saja. Aku seorang peri. Itu hal yang paling manusia tidak percaya bahwa makhluk seperti kami tidak ada. Apa bedanya dengan surga dan neraka? Kami sama-sama seperti sebuah dongeng."

Aku mengangguk-angguk. "Well, berarti kau percaya angels dan demon juga." Aku menambahkan perkataan Tyra. "Berarti kau percaya bahwa Lucifer itu benar-benar ada."

"Tunggu," Tyra memotongku. "Apa maksudmu orang yang dilahirkan untuk menjadi orang jahat itu maksudmu Lucifer?" tanyanya.

Aku mengangguk.

"Jika kau pikir seperti itu, maka itulah yang kau percayai."

Sekarang aku diam dan merenungi kata-kata Tyra. Bunyi telepon genggamnya membuat dia harus menjawabnya. Setelah berbicara dengan lawan teleponnya cukup lama, dia berpamitan padaku untuk pergi sebentar dan memintaku untuk menjaga bar selagi dia pergi.

"Temanku akan datang sebentar lagi, kau bisa pergi jika dia datang," katanya.

Aku mengiyakannya. Lagipula, aku memang akan di sini cukup lama. Setelah Tyra pergi, aku pindah ke tempat duduk lain yang terdapat meja dan kursinya yang bisa aku gunakan untuk berbaring.

Saat aku baru saja akan berbaring, seseorang masuk. "Aku kira kau akan lama," ujarku yang aku kira itu adalah Tyra yang melupakan sesuatu.

"Venus?" tanya suara itu.

Aku langsung menoleh ke sumber suara dan melihat Luther berdiri di depan pintu.

"Luther? Apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku terkejut.

"Aku bekerja di sini beberapa hari yang lalu. Dan apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya balik.

"Aku, aku hanya sedang menemui Tyra." Aku berbohong.

Luther hanya menganguk-angguk. Dia melepaskan jaketnya dan menghampiriku. "Aku kira kau ingin bertemu denganku," godanya sambil tersenyum.

"Oh, ayolah, Luther! Aku tahu kau sudah punya pacar. Aku tidak akan menggangu hubungan harmonis kalian." Aku berusaha bercanda dengannya agar tidak terlalu canggung.

Jujur, saat Luther memutusiku, aku masih menyukainya. Dan sepertinya aku masih menyukai Luther. Buktinya, jantungku ini tidak berhenti memberi tahuku dengan berdegup sangat kencang.

"Di mana Tyra?" Luther melirik ke meja bartender dan ke sekeliling.

"Dia baru saja pergi, ada seseorang meneleponnya dan dia harus pergi katanya," jawabku.

Luther kemudian duduk di depanku. Untuk beberapa saat, aku terus memandangi Luther dan membuatnya tersenyum-senyum. Aku menundukkan kepala saat tahu aku mengamatinya.

"Bagaimana pacar barumu?" tanya Luther kemudian.

Aku mengerutkan kening. "Siapa?" tanyaku balik.

"Lucifer," jawabnya.

"Oh, ya." Aku baru ingat saat itu Lucifer mengatakan bahwa dia pacar baruku. Benar-benar menyusahkan saja. "Dia hanya bercanda saat itu. Aku tidak benar-benar mengenalnya. Kami baru bertemu beberapa hari yang lalu."

"Benarkah? Tapi sepertinya, Lucifer terlihat menyukaimu."

Perkataan itu membuatku tidak bisa berkata-kata lagi. Aku takut mengatakan hal yang salah, jadi aku hanya diam.

Setelah itu, kami membicarakan hal lain. Aku menanyai pacar baru Luther yang seorang vampir. Bagaimana rasanya mengencani seorang gadis vampir dan membicarakan beberapa hal kecil dengannya.

Hingga aku tidak sadar matahari sudah turun dari permukaan. Dan Luther akhirnya membuka bar. Tyra baru saja kembali dan terkejut saat melihatku masih di tempat ini.

"Aku kira kau sudah pergi," ujarnya.

"Aku rasa, aku terjebak di sini," kataku sambil tersenyum.

Orang-orang mulai berdatangan. Tentu saja mereka sumua makhluk supernatural. Dan aku rasa, hanya aku manusia yang berani masuk ke dalam tempat ini.

Tyra mulai melakukan pekerjaannya sebagai bartender. Sedangkan Luther masih duduk bersamaku dan berbincang-bincang.

Tiba-tiba saja, pikiran itu muncul di otakku. "Luther, bolehkan aku bertanya sesuatu padamu?" tanyaku.

"Ya, tentu."

"Saat kita berpacaran dulu, kenapa kau tidak pernah menciumku?" tanyaku.

Luther sedikit terkejut dengan pertanyaan yang aku lontarkan, tapi dia masih bersikap tenang. "Aku takut kau tidak membalas ciumanku jika aku menciummu." Jawaban itu kurang masuk akal bagiku.

"Aku pacarmu saat itu. Tentu aku menginginkannya." Aku menatap Luther lekat-lekat. Berharap dia tahu maksudku.

Luther kemudian mulai mendekatkan wajahnya ke arahku, secara perlahan. Aku tahu apa yang akan dia lakukan dan aku tidak akan mencegahnya.

Tapi, saat Luther sudah cukup dekat, seseorang menarik Luther dan meninju wajahnya. Aku bangkit karena terkejut dan menghampiri Luther yang terjatuh di lantai. Saat aku melihat pria yang baru saja meninju wajah Luther, aku terkejut bukan main.

"Lucifer! Apa yang kau lakukan?" Aku menatap mata Lucifer dengan penuh amarah.

"Pria vampir itu baru saja akan menciummu," jawabnya. Ekspresinya tidam main-main. Ada kobaran api dari sudut matanya.

"Dan apakah aku terlihat seperti akan menolaknya?" Kali ini aku ingin Lucifer tahu bahwa dia adalah orang yang pertama kali membuatku kesal.

Lucifer diam. Kobaran api itu mulai memudar. Aku tidak mengerti apakah itu yang akan terjadi setiap Lucifer marah? Atau bisa lebih parah lagi?

"Kau harus pulang, Little Monster membutuhkanmu." Lucifer mengalihkan pembicaraan.

"Ya, tapi aku tidak akan pulang denganmu," bantahku.

Aku berjalan keluar bar dengan kesal. Lucifer mengikuti di belakangku. "Jangan ikuti aku!" perintahku. Tapi aku tahu dia sekeras kemauannya.

"Venus!" panggil Lucifer. "Kenapa kau marah padaku? Dan berhentilah menghindariku!"

Aku berbalik. Menatap mata Lucifer lagi. "You're the one who burned my damn files at the first place!" Aku menunjuk-nunjuk jariku ke arahnya.

Ekspresi Lucifer terlihat kesal. Aku tahu dia paling tidak suka disalahkan, tapi memang dia yang membuatku kesal pada awalnya.

Aku melanjutkan jalanku lagi, pergi menuju mobil dan pergi menjauhinya, lagi. Sepertinya aku sering meninggalkannya pergi. Lagipula, itu bukan salahku. Siapa yang mulai tertarik padaku pada awalnya?

Di dalam mobil, aku terus menyumpah. Berharap Lucifer tidak masuk ke dalam mobilku. Untungnya memang tidak. Tiba-tiba, ponselku berdering. Letnan Trevor, aku mengangkatnya.

"Ya, Letnan."

"Apa kau sudah menemukan siapa pelaku dari kasus yang aku berikankan pagi ini?" tanyanya. Aku mendengar nada kecemasaan.

"Belum, Letnan. Aku akan segera menangkapnya. Omong-omong, apa aku boleh meminta berkasnya lagi?" tanyaku ragu.

"Untuk apa?"

"Berjaga-jaga saja. Aku hanya tidak mau kehilangan berkas-berkas itu."

Letnan Trevor diam. "Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi, Morningstar." Suaranya terdengar sangat tegas. Seperti seorang ayah yang mengetahui bahwa anak gadisnya berbohong kalau dia menginap di rumah sahabatnya padahal sedang ikut pesta.

"Oke," kataku yang tidak bisa menahannya lagi. "Temanku membakar file itu. Dia tidak sengaja sebenarnya."

"Ya, ampun," keluhnya. "Baiklah, kau bisa mencetaknya di ruanganku. Semuanya ada di komputer dengan nama file VM."

Aku tersenyum mendengar Letnan Trevor mengatakan itu. "Kau menyimpan berkas itu dengan inisial namaku?"

"Aku hanya memastikan kalau aku tidak lupa berkas mana yang harus aku cari jika sesuatu terjadi padamu." Letnan Trevor benar-benar khawatir mengenaiku. Dia lebih seperti ayahku. Bahkan ayahku sendiri tidak pernah mengkhawatirkanku.

"Kau terdengar seperti seorang ayah yang hebat," pujiku.

Dan sambungannya terputus.

Aku segera menuju kantor kepolisian. Aku melihat mobil Aileen masih terparkir di sana. Saat aku masuk, aku melihat Aileen di ruangan forensik. Kemudian menyapanya dengan membuka pintu ruangan.

"Kerja lembur?" tanyaku.

Aileen sedang meneliti sesuatu dalam box yang seperti isi jantung manusia. "Tidak, hanya penasaran dengan beberapa kasus yang belum selesai," jawabnya.

Aku tahu pasti beberapa kasus itu adalah kasus yang seharusnya diberikan padaku. Tapi belum sempat diberikan padaku.

"Kau sendiri?" tanyanya balik.

"Ah, Letnan Trevor memintaku mencetak berkas dari komputer di ruangannya."

Aileen mengangguk. "Baiklah, aku juga sebentar lagi akan selesai."

"Oke."

Sebenarnya, aku masih merasa canggung karena kejadian tadi pagi. Setelah Detektif Elswood melamar Aileen, aku jadi merasa iri padanya.
Sekarang, aku duduk di meja Letnan Trevor. Aku belum pernah melihat mejanya dengan teliti dan ada beberapa foto Letnan Trevor dengan keluarganya. Seorang wanita berambut merah, yang aku yakini pasti adalah istrinya. Dan foto seorang anak perempuan dengan rambut pirang dan senyuman energik yang khas.

"Tunggu! Aku seperti pernah melihat gadis ini." Aku mengambil foto itu dan melihat belakang bingkainya yang bertuliskan Sierra Trevor, 20 tahun. Aku hampir saja menjatuhkan foto itu saat tahu nama yang tertera di belakangnya.

Sierra Trevor anak dari Letnan Ed Trevor adalah orang yang sama dengan Sierra pacar baru Luther. Aku tidak yakin apakah Letnan Trevor tahu mengenai hal ini, menganai anaknya yang menjadi vampir. Apakah itu alasan kenapa dia sangat mengkhawatirkanku? Dia menganggapku mirip dengan anaknya.

"Ya, ampun. Dunia ini memang sempit." Sekarang aku beralih pada komputer di meja. Menyalakannya dan mulai mencetak setiap lembar yang ada di dalam berkas itu.

Karena cukup lama, jadi aku sambil melihat-lihat. Aku melihat korban pertama, tidak ada catatan kejahatan sama sekali. Dia seorang perawat di rumah sakit. Kemudian melihat korban kedua yang sama-sama tidak memiliki catatan kejahatan dan bekerja sebagai pengacara. Kasus-kasusnya berakhir dengan kemenangan jika dia yang memegangnya. Semua kliennya adalah orang kecil yang tidak bisa membayar pengacara untuk diri mereka dan dia dengan sukarela mengajukan diri tanpa di bayar. Aku benar-benar kagum dengan wanita ini.

Korban lainnya adalah wanita yang dulunya bekerja di perusahaan asuransi. Kali ini, dia punya catatan kejahatan. Dia memalsukan banyak data untuk menolong orang-orang mencairkan asuransi mereka. Dia menolong banyak orang dan membuat perusahaan mengalami kerugian. Karena hal itu dia dipecat dari perusahaan asuransi.

"Dia dipecat karena menolong orang? What's wrong with people?" Aku benar-benar tidak mengerti dengan orang-orang seperti pemilik perusahaan asuransi itu.

Aku menemukan sedikit pola, semua wanita yang menghilang ini adalah orang-orang yang bekerja membantu orang lain.

"Venus," panggil Aileen. "Aku sudah selesai. Kau mau pulang bersama?" tanyanya.

"Ah, tidak apa. Kau pulang duluan saja. Aku mungkin masih lama," tolakku.

"Baiklah, sampai jumpa besok."
Aku mengekor Aileen sampai tidak terlihat dan mulai menemukan pola lainnya dari para korban. Aku melihat catatan kesaksian pasangan mereka. Dari semua kesaksian itu, mereka semua mengatakan bahwa baru saja bertunangan dan akan melangsungkan pernikahan.

Aku terdiam setelah menemukan pola kedua. Dan memikirkan seseorang. "Damn! Aileen!" Aku segera berlari menyusulnya.

Mobil Aileen masih terparkir di sana. Berarti dia belum pergi. Tapi aku menemukan tasnya yang terjatuh di tanah. Aku memungutnya kemudian mendapati sebuah suara yang aneh.

Aku berlari mencari suara itu dan menemukan seseorang yang sedang menggendong Aileen. Aku mengambil pistolku dari pinggang dan membidik pria itu. Namun, saat pria itu menekan sesuatu dari jamnya, muncul cahaya menyilaukan dari dinding.

Pria itu baru saja akan melompat ke dalam cahaya itu saat aku menembak bahunya. Dia menoleh ke arahku dan segera meloncat, aku berlari dengan sangat cepat saat lama-kelamaan cahaya itu mulai mengecil. Dan aku masuk ke dalam cahaya mengikuti pria itu.

———————

Heyyo! Chapter ini panjang bgt loh, hampir 2k. Chapter terpanjang woi!
Gimana? Gimana? Makin seru kah? Btw nanti bakal ada bocoran untuk cerita baruku yg judulnya The Last Dhampir. Bakal ada sedikit ceritanya di chapter selanjutnya.

Love,
B.K

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top