36 Lucifer Jr VS Astaroth
Pertarungan Huda melawan Alfha baru saja di mulai, setelah pertarungan antar anggota keluarga. Pihak Lucifer Jr telah memenangkan pertarungan di awal.
Huda melesat terbang ke atas. Keempat sayap berbeda warna terbentang luas.
Ia juga mengeluarkan pedang HolyDarkness andalannya. Ia arahkan pedang tersebut ke Alfha.
"Aku takkan segan membunuhmu, walaupun kau kawan lamaku." kata Huda.
Alfha menyeringai kecil. Ia merasa tertantang. Sudah sejak lama ia menginginkan pertarungan dengan Lucifer Jr.
"Akhirnya pertarungan denganmu dapat terwujudkan. Aku akan menang dan merebut loli itu untukku." ujar Alfa berwajah mesum.
Cairan kental berwarna merah terlihat keluar sedikit dari hidungnya. Ia langsung mengelap cairan merah pertanda ia sedang mimisan. Huda melemparkan bulu-bulu putih ke tempat Alfha berdiri.
Holy Plumage
Sekali ayunan rapier Alfha, bulu-bulu putih terpotong menjadi berbagai ukuran kecil. Ia mengukir senyum meremehkan.
Sosok Huda telah menghilang. Alfha melirikan mata ke kanan dan kiri. Ia mencari keberadaan Huda.
"Kau mencariku," bisik Huda.
Ia membuat lingkaran putih, lalu menempelkan ke punggung Alfha. Alfha merasakan hawa panas di punggungnya.
"Argh!"
Alfha menatap tajam Huda. Ia merasakan aura suci seakan membakar kulitnya.
"Tch! Kau menggunakan kekuatan bangsa malaikat." serunya kesal.
"Benar sekali. Aku akan membuat lebih banyak lagi untukmu." balas Huda menyeringai.
Alfha mengayunkan rapier yang sudah di selimuti aura hijau. Sebuah serangan yang tajam melesat cepat.
Sickle Devil: Aura Torture
Ia terus melesat sambil mengayunkan rapier. Serangan miliknya melaju mengarah lurus ke depan.
Huda menciptakan lingkaran suci lebih banyak lagi. Ia lemparkan ke arah serangan milik lawan.
Aura hijau dari rapier sedikit demi sedikit mulai memudar. Seringai tipis masih mengukir di wajah Alfha.
Deg!
Huda merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Rasanya seperti di siksa dengan benda tajam.
Goresan demi goresan terukir di tubuhnya. "Arghh!" jeritnya kesakitan.
"Hahaha... Walau kau memudarkan aura hijau itu, serangan ini masih memberikan efek yang sesuai." kata Alfha.
Cahaya putih menyelimuti tubuh Huda. Luka goresan mulai tertutup sendiri, lalu secara perlahan menghilang.
Keringat sedikit membasahi wajah Huda. Ia menyembuhkan luka di tubuhnya menggunakan seperempat kekuatan yang ia miliki.
"Aah, tak seru sekali sudah kembali seperti semula." ujar Alfha.
Huda memandang tajam lawannya. Dalam posisi masih terbang di atas, ia mengangkat kedua tangan. Ia menciptakan lingkaran cahaya, lalu lingkaran cahaya itu memperkecil menjadi seukuran cincin. Namun, cincin itu berwarna hitam pekat.
Holy Circle : The Ring of Darkness
"Terimalah ini!" seru Huda.
"Apa yang kau mau lakukan dengan cincin hitam itu?" tanya Alfha dengan nada meremehkan.
"Nanti kau juga akan tahu sendiri," jawab Huda tersenyum.
Ia pakaikan cincin hitam itu ke jari tengah. Tiba-tiba seluruh tubuh Huda terselimuti aura berwarna hitam bercampur putih.
Kedua bola matanya berbeda warna pula. Sebelah kanan berwarna putih sedangkan kiri berwarna hitam.
Alfha sedikit tersentak. Ia merasakan aura kuat berasal dari sosok Huda. Kekuatan dua kali lipat dari sebelumnya.
Whuz!!!
Sosok Huda tiba-tiba menghilang. Alfha langsung mencari keberadaannya.
Bugh!
Sebuah pukulan telak mengenai bagian perut Alfha. Tidak hanya sekali namun dua sampai tiga kali berturut-turut. Tubuhnya sampai terdorong mundur ke belakang.
"Sial!" geramnya.
Alfha mengertakan gigi kuat sampai suaranya terdengar. Ia merasa di permainkan oleh Huda.
"Keluarlah kau!" serunya.
"Aku di belakangmu, kawan." ucap Huda berada tepat di belakangnya.
Ia mengayunkan pedang secara horizontal. Sebelum mengenai tubuh lawan, Alfha menangkisnya menggunakan rapier-nya.
Trang!!
Keduanya saling memperkuat diri bertumpu pada senjata masing-masing. Tak ada yang mau mengalah.
Hingga keduanya terhempas ke belakang dengan cepat. Huda menabrak beberapa pepohonan sampai tumbang sedangkan Alfha berhasil menghancurkan sebagian gedung sekolah lantai 2.
😁😁😁😁😁
Bella dan Sten telah sampai di depan pintu klub pustakawan. Keduanya merasakan aura asing di berasal dari dalam.
"Xixixi... Aku merasakan hal gawat sedang terjadi," ujar Sten.
"Semoga tidak terjadi hal seperti sebelumnya." sambung Bella khawatir.
Ia membuka pintu klub. Kosong. Itulah pemandangan yang ada di pandangan mereka.
"Di sini tidak ada siapa-siapa," ucap Bella mencari keberadaan Huda. Ia menelusuri setiap ruangan, namun hasilnya nihil.
Sten merapalkan mantera non verbal. Ia melacak keberadaan yang lain.
"Gawat!" seru Sten agak berteriak.
Bella langsung mendatangi Sten yang berada di ruang tengah. Wajahnya terlihat panik dan penasaran.
"Apa yang gawat?" tanya Bella.
"Di sekitar sini telah di buat kekkai. Dan di antaranya terdapat Suzume, Lili-san serta tiga orang yang tak ku kenal." jawab Sten menjelaskan.
"Lalu dimana letaknya?" tanya Bella kembali.
"Di dekat gerbang sekolah." jawab Sten.
Keduanya langsung memutuskan untuk pergi ke lokasi. Mereka tak menggunakan teleport, dikarenakan masih ada beberapa siswa biasa yang beraktivitas di sekolah.
"Huda-kun, kamu dimana?" batin Bella khawatir.
☹️☹️☹️☹️☹️
Kembali ke tempat pertarungan antar Raja. Keadaan di lokasi bertarung sudah kacau dan tak terbentuk.
Pohon-pohon yang awalnya rimbun menjadi hampir gundul. Bangunan sekolah yang berdiri kokoh telah berubah menjadi reruntuhan saja.
Suara dentingan antarbesi masih terdengar jelas. Kedua senjata yang berbeda saling beradu kekuatan serta ketahanan.
Hito serta Hime yang menjadi wasit di buat kewalahan. Untuk menentukan pemenangan masih belum begitu terlihat.
"Mereka sama-sama kuat," kata Hime.
"Hmm iya... Aku sendiri mungkin sudah kewalahan." sahut Hito. Ia masih fokus melihat jalannya pertarungan dari kedua kubu.
Huda terbang dengan kecepatan tinggi. Ia sudah siap menebas lawan. Pancaran cahaya putih dan gelap menyelimuti pedangnya.
Alfha tak mau kalah. Keempat sayap berbentuk kelelawar terbentang lebar. Ia juga melesat cepat ke arah Huda. Senjata rapier ya terselimuti aura kehijauan.
"Hiatt!!!" seru keduanya serempak.
Trang!!! Trang!!!
Kilatan listrik keluar dari dua senjata yang beradu kuat. Huda terbang mundur menjaga jarak.
Sword Slash: Darkness of Destruction
Aura warna kehitaman pekat berkumpul di ujung bilah pedang. Ia ayunkan pedang tersebut horizontal.
Alfha terdiam sejenak. Rupanya ia juga memusatkan energinya pada rapier. Aura hijau tua menjadi pemandangan di senjata tersebut.
Devil Crescent: Death Eaters
Rapier yang diselimuti aura kehijaun terpancar jelas. Alfha menganyunkan senjata miliknya secara ventrikel.
"Musnahlah!" seru Huda.
"Lenyaplah!" seru Alfha.
Keduanya sudah melesat cepat maju ke depan. Suasana ketegangan begitu terasa.
"Hiatt!!!"
Oki menatap Tuan penuh kepercayaan dan harapan. Ia yakin bahwa Huda akan menyelamatkan dirinya dari tangan pedofil itu.
"Tuan, aku percaya kau pasti menang." katanya berdoa.
Ganesha tersenyum tipis. "Semoga kau tak mengecewakan kepercayaanku, Huda."
Di kubu lawan, Robert masih merasa kesal. Ia tak terima kekalahannya melawan Ganesha, sang Dewa Kebijaksanaan.
"Aku tak peduli dengan pertarungan ini." ucap Robert pelan nan ketus.
Namun, Kineko sedikit mendengar ucapan Robert. Ia memasang aura yang menyeramkan.
"Kau!"
Robert merasakan aura yang mengancam. Ia pun langsung diam tak berkutik setelah mengetahui siapa yang memunculkan aura tersebut.
Tiba-tiba sebuah cahaya terang terpancar dari atas langit. Sepertinya akhir pertarungan sudah bisa terlihat dengan jelas.
Huda terlihat terjun bebas. Keempat sayapnya menghilang secara perlahan. Sedangkan di pihak lawan yaitu Alfha, ia mengukir seringai lebar memandang jatuhnya lawan.
.
.
.
.
.
Malam minna...
Maaf kalau chapter pertarungan kali ini kurang memuaskan. Ide saya sedang pudar dan kesehatan tubuh yang menurun.
Semoga kalian tetap terhibur.
Jangan lupa tinggalkan jejak vomment ya gusy!!!
(19/11/2018)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top