20 Bunuh Saja Aku!

Setelah insiden pertarungan antar salah satu dari 72 klan iblis dan pengkhianatan Sora, bidak dari klan Phenex. Semuanya berlatih dengan sangat giat.

Hari ini sekolah sedang libur. Lingkungan sekolah pun menjadi sepi nan sunyi.

Namun, di taman belakang sekolah tengah berkumpul para iblis. Mereka sedang melakukan latihan fisik.

"Hah! Hah! Hah!"

Lili terlihat mengatur napasnya dengan cepat. Ia telah selesai berlari sebanyak 10 putaran dalam waktu hanya 5 menit saja.

"Kau sudah bertambah kuat," puji Huda yang berdiri di sebelahnya.

Kondisinya sama seperti Lili, ia tengah mengatur napas. Di susul oleh Suzume, Sten, Hanamura, Oki dan terakhir Bella.

"Ki-kita istirahat du-dulu," ucap Bella lelah. Ia segera meminum 1 botol air mineral hingga tersisa sedikit.

"Iya, aku sudah tak kuat lagi," sambung Suzume terduduk lemas.

"Xixixi... latihan kali ini cukup keras dan menguras banyak tenaga," ujar Sten santai.

Hanamura hanya diam sambil membetulkan kacamatanya. Wajah Oki terlihat memerah sempurna.

"Apa kau demam?" tanya Hanamura yang bersandar di bawah pohon. Posisinya menghandap Oki langsung.

"Ti-tidak...," jawab Oki gugup.

"Tapi wajahmu memerah," balas Hanamura sambil memegang kening Oki dengan salah satu tangannya.

Wajah Oki kian memerah sempurna. Ia terlihat sedang malu-malu kucing.

Huda tersenyum melihat interaksi keduanya. Kemudian ia menatap langit yang mulai panas.
.
.
.
.

Setelah latihan selesai, semuanya sedang berkumpul di ruang Klub Pustakawan. Mereka menikmati makan siang penuh nikmat.

"Sehabis latihan, saatnya mengisi perut," ucap Sten.

Ia mengambil sebuah onigiri berbentuk cukup besar. Ia menghabiskannya dalam satu lahap saja.

"Tch! Rakus sekali," sindir Suzume. Ia sendiri sedang makan sushi dengan tenang.

"Xixixi...,"

"Bella masakanmu enak sekali," puji Lili. Ia sangat menyukai masakan yang di buat langsung oleh Bella.

Bella tersipu malu. Ia baru seminggu yang lalu berlatih memasak makanan khas Jepang. "Terima kasih," jawabnya tersenyum tipis.

"Imutnya...," sahut Huda. Ia merasa senang melihat senyuman dari Bella.

Trang!

Suzume menaruh gelas kaca dengan kasar. Ia merasa cemburu dengan ucapan Huda.

"Pelan-pelan saja bisa tidak," kata Hanamura yang daritadi hanya diam.

"Tidak!" jawab Suzume ketus. Ia membuang mukanya ke arah lain.

Oki tertegun. Ia ingin sekali di puji oleh sang King.

Wajahnya memerah membayangkan hal itu. Tetapi lamunan itu hilang, setelah Hanamura berbicara kepadanya.

"Kau demam lagi?" tanya Hanamura.

Muka Hanamura dan Oki hanya berjarak 5 centimeter saja. Oki yang tersadar segera mundur ke belakang. Ia akan terjatuh, jika Hanamura tak menangkapnya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Hanamura cemas.

"I-iya, terima kasih," jawab Oki malu-malu. Ia merasakan jantungnya berdetak kencang.

"Ada apa dengan jantungku? Rasanya berdebar-debar sekali," batinya bertanya-tanya.

"Xixixi... kalau berpacaran jalan di saat makan," sahut Sten meledek.

Spontan keduanya menjauh, wajah mereka benar-benar merah merona.

"Hahaha... kau menganggu kesenangan mereka saja," ucap Huda.
.
.
.
.

Di Ruang Dewan IHS...

Semua anggota Dewan IHS berada di ruang rapat. Terlihat dari eskpresi mereka masih terniang kejadian tiga hari yang lalu. Salah satu dari mereka telah berkhianat.

"Oke! Saya buka pertemuan kali ini," ucap Hito tegas.

"Apa ada yang ingin mengutarakan sesuatu?" tanyanya.

Hito memperhatikan satu-persatu wajah anggota sekaligus keluarganya. Tak ada yang berani mengeluarkan suara.

"Ketua...," panggil Hime sang wakil.

"Ada apa, Hime-chan?" tanya Hito.

"Sebaiknya... kita tak usah membahas hal ini, aku..," jawab Hime terbata-bata.

"Aku tak percaya bahwa Sora telah mengkhianati kita," sahut Vino. Pria yang paling malas ini tengah mencurahkan kekecewaannya.

Klik!

"Menurut data yang aku dapat, Sora melakukan itu karena ia memiliki sebuah alasan," sambung Kenta.

"Alasan apa hingga ia tega mengkhianati kita seperti ini? Hah!" seru Vino geram.

Kedua tangannya mengepal menahan amarah yang bisa meledak kapan saja.

"Cukup hentikan!" teriak Chelsea. Ia tak kuat melihat sesama anggota saling bertengkar seperti ini.

"Horohoro...," suara khas Perona.

Ia terlalu malas kalau masalah berdebat seperti ini.

Tiba-tiba Nara muncul bersama Sora yang telah terikat oleh kain tali berwarna merah darah. Tali itu bernama Red Devil, tali yang bisa melumpuhkan kekuatan para iblis hingga tak dapat berkutik sedikit pun.

"Maaf aku telat," ucap Nara datar.

Sora hanya menundukkan kepala ke bawah. Ia tak berani menatap wajah teman-temannya atau mungkin mantan teman.

"Tch! Sang pengkhianat telah muncul!" kata Vino sinis.

Sora hanya diam tak menjawab. Ia tak pantas berada di ruangan ini setelah mengkhianati keluarganya sendiri.

"Hentikan!" seru Hito tegas.

Hito segera berdiri menghampiri Nara serta Sora. Ia berjalan perlahan.

"Nara, bagaimana?" tanya Hito.

"Aku tak berhasil menemukan banyak informasi darinya. Ia hanya berdiam diri saja tak menjawab pertanyaanku, Tuan," jawab Nara datar.

"Sora..," kini Hito memanggil sangat pelan. Ia menatap lekat-lekat sosok Sora.

"Bunuh saja aku!" jerit Sora tiba-tiba. Air matanya sudah mengalir dengan derasnya membasahi wajahnya.

Hime, Chelsea dan Perona menatap sedih Sora. Sebagai seorang wanita mereka mengerti perasaan seorang Sora.

"Akan aku kabulkan permintaanmu sekarang juga," sahut Vino.

Ia sudah siap menyerang Sora, namun di tahan oleh Kenta.

"Jangan bertindak gegebah dan selama Tuan belum memberikan perintah apapun kau tidak boleh berbuat apa-apa!" ujar Kenta tegas.

"Cepat! Bunuh saja aku!" seru Sora lirih.

"Aku tak pantas berada di sini setelah apa yang aku perbuat kepada kalian! Cepat bunuh aku! Hiks!" lanjutnya menangis histeris.

"Aku... tidak akan membunuh... anggota keluargaku sendiri," ucap Hito.

Akhirnya Sora menegakan kepalanya. Ia menatap sosok Hito tak percaya. "Tu--tuan...,"
.
.
.
.

Di hutan belantara...

Srek! Srek!

Seorang pria tengah berlari kencang. Sesekali ia menengok ke belakang, lalu kembali menghadap ke depan sambil menambah kecepatan larinya.

Duar! Duar!

Suara ledakan terdengar dari arah belakang. Kepulan asap dan api berkobar membakar sebagain pohon-pohon.

"Sial! Dia masih mengejarku!" ucap pria itu panik.

"Hahaha... kau takkan bisa lari dariku, pengkhianat!" seru suara seseorang dari arah belakang.

Pria itu berhenti. Ia menatap ke arah langit, dimana sosok seseorang memiliki sayap gagak terbang.

Ia menyatukan tangannya, lalu tanah di depan pria itu menjulang ke atas mengenai sosok tersebut.

Sosok bersayap itu dapat menghindari serangan itu dengan mudah. Ia mengeluarkan semacam bola hitam dan menghancurkan dalam sekali serang.

"Aku... sudah tak memiliki tenaga lagi," ujar pria itu. Ia mengatur napas. Keringat berucucuran membasahi pakaian yang ia kenakan.

"Kau akan mati saat ini juga!" seru sosok tersebut.

Ia menciptakan bola yang sangat besar. Ia jatuhkan tepat ke tempat pria itu berdiri.

Duar!! Boomzz!!

Pijakan yang diinjak oleh pria itu kini menjadi sebuah kawah besar. Pohon-pohon lenyap begitu saja tak tersisa.

Namun, ada sebuah lubang di tengah kawah tersebut. "Sial! Dia berhasil melarikan diri!" kata sosok itu geram.

Ternyata pria itu mengunakan kekuatan terakhirnya untuk membuat sebuah lubang dan melarikan diri masuk ke dalamnya.
.
.
.
.
.

Bersambung...

Lama tak berjumpa! Selamat membaca!

(25/4/2018)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top