19 Hal Tak Terduga
Aurora Pilar
Tiba-tiba muncul enam pilar berbagai warna mengurung diri Sora. "Ada apa ini?" tanyanya.
Sora mencoba untuk keluar dari kurungan enam pilar tersebut, namun hasilnya nihil.
"Maaf aku baru ikut bertarung," ucap Bella tak enak hati.
.
.
.
.
.
"Bella!" seru mereka serempak.
Bella berjalan mendekati teman-temannya. Ia agak menundukan kepala karena merasa bersalah.
"Angkat kepalamu itu," ucap Suzume lembut.
Perlahan Bella mulai mengangkat kepalanya. Ia melihat sebuah senyuman terukir mengarah kepadanya.
"Aku... minta ma--"
"Kau tak usah meminta maaf. Aku mengerti apa yang kau rasakan saat ini," potong Hime. Ia tersenyum tipis.
"Terima kasih," ucap Bella terharu.
Sora masih mencoba untuk meloloskan diri dari pilar aurora tersebut. Ia mengerahkan segala cara agar terbebas.
"Seranganku tidak akan bertahan lama lagi," kata Bella memberitahu.
"Ini sudah cukup untuk menghentikannya," sahut Nara.
Ia melakukan sebuah gerakan kepada kedua tangannya. Jurus ninja apalagi yang akan ia keluarkan, hanyalah dia sendiri yang tahu.
Pilar aurora mulai menghilang. Sora menatap tajam ke arah mereka. "Akan kubalas perbuatan kalian!" serunya geram.
Saat akan mengeluarkan serangan badai yang besar, kedua kaki Sora tak bisa ia gerakan. "Ada apa ini? Kakiku tak bisa digerakan?" tanyanya heran.
Ninja no sutansu: Seifuku-sha no kage
Ternyata yang menyebabkan Sora tak bisa bergerak adalah ular Nara yang menggunakan jurus ninja digabungkan dengan bayangan.
Sora mulai terduduk lemas. Ia seakan mati rasa. "Tcih!" decaknya.
"Pengkhianat harus dimusnahkan," ucap Nara dingin.
Hime ingin melerai sebenarnya, tapi ia tak bisa berbuat banyak. Hanya sang King yang bisa menghentikan pertarungan antar sesama teman ini.
"Hito, cepatlah selesaikan pertarunganmu itu," batin Hime.
Saat Nara akan menyerang kembali. Sebuah serangan mendadak datang ke arahnya. Ia dengan cepat membuat sebuah dinding bayangan.
"Seorang keturunan dari klan ninja terkuno memang sangatlah hebat," ucap seseorang yang berjalan mendekati Sora.
Nara menatap dingin seseorang yang berada di hadapannya. Ia sangat mengenal sosok tersebut.
"Lama tak jumpa... teman masa kecilku," sapanya sopan.
"Kupikir kau telah mati, ternyata..." jeda Nara. "--kau bisa muncul kembali dihadapanku... Izumi!" lanjutnya penuh penekanan di kalimat terakhir.
"Haha... kau masih mengenalku dengan baik," balas Izumi.
"Maaf aku lupa memperkenalkan diri, namaku adalah Yamanaka Izumi," lanjutnya memperkenalkan diri.
Yamanaka Izumi, memakai pakaian seorang samurai kuno pada Zaman Edo. Sebuah kain seperti kimono berwarna biru kehitaman sepanjang kaki yang dilapisi oleh semacam rompi kain warna putih. Di pinggangnya terdapat sebuah pedang yang terikat di sana. Ia juga memakai sendal kayu seperti macam bakiak warna hitam.
"Aku sekarang telah menjadi bawahan, sang Ratu Lilith." ujar Izumi.
"Aku tak peduli!" sahut Nara dingin.
Hime dan lainnya hanya menyaksikan saja, percakapan antar teman lama yang sekarang menjadi musuh.
"Kurasa dia adalah... bidak Knight dari Lilith," gumam Suzume.
"Sebaiknya kita bersiap-siap untuk kemungkinan terburuk. Mungkin peerage Lilith-san lainnya akan muncul di hadapan kita," pendapat Hime memperingati.
"Xixixi... lalu apa yang akan kita lakukan dengan dia?" tanya Sten menunjuk ke arah Sora yang tak bergeming.
"Hoamm... kita kurung saja dia," celetuk Vino.
"Pemikiranmu boleh juga, pemalas," sahut Hanamura. Ia sudah kembali menjadi sosok seperti sedia kala.
Mereka pun mendekati Sora, untuk mengamankannya serta menahan dirinya untuk sementara waktu. Mereka butuh penjelasan, terutama para anggota Dewan IHS yang merupakan bagian anggota keluarga Phenex seperti Sora pula.
.
.
.
.
Pertarungan antar klan keturunan 72 Iblis terus berlanjut. Lilith masih tampak terbang dengan santainya. Sementara ketiga iblis muda mulai terlihat kelelehan.
Lili membidik kedua buah relvolver miliknya ke atas. Ia akan mengeluarkan serangan yang akan berdampak cukuo besar bagi dirinya serta lingkungan sekitarnya.
"Inilah saatnya!" seru Lili.
Kedua revolver mengeluarkan sinar kebiruan. Ia lepas pelatuk keduanya. Sinar biru melesat dengan sangat cepat.
Rain Meteor Bullets
Puluhan bahkan ratusan peluru berwarna biru menghujani tempat mereka bertarung. Hito dan Huda sudah membuat sebuah kekkai untuk menahan semua serangan itu.
Lilith bergerak kesana kemari menghindari setiap hujan meteor peluru biru tersebut. Ia mulai tampak kewalahan menghindari, bulu-bulu sayapnya pun mulai berterbangan akibat terkena serangan. Tubuhnya juga mengalami luka-luka yang cukup serius.
"Arghh!" teriaknya mulai kesakitan.
Setelah berakhirnya serangan milik Lili yang termasuk kuat. Serangan itu menguras seluruh tenaganya, ia pun terjatuh tak sadarkan diri. Huda dengan sigap menangkap tubuh Lili yang lemas.
"Kau sudah berusaha dengan sangat baik. Istitahatlah, biar kami berdua yang akan menghadapi lawan selanjutnya," ucap Huda tenang dan lembut.
Seulas senyum tipis terukir di bibir Lili. Ia pun sepenuhnya pingsan.
Akibat serangan barusan, Lilith atau Mona terjatuh menciptakan kawah yang cukup besar. Ia mulai terlihat bangkit kembali.
"Aku takkan mengampuni... kalian!!!" teriak Mona penuh emosi. Awan-awan dan langit mulai nampak gelap gulita. Angin datang berhembus dengan kencangnya. Petir-petir mengelegar di balik awan hitam, hujan juga mulai turun ke bawah membasahi area pertarungan.
"Dia mulai mengamuk," ucap Hito.
"Hmm... kita juga harus mengeluarkan kekuatan terbaik yang dimiliki," balas Huda.
Gumpalan awan-awan hitam mulai berkumpul mengelilingi tubuh Mona. Ia terlihat sangat marah sekali nampaknya.
Huda pun tak mau kalah. Kedua sayap hitam dan putihnya melebar luas. Ia tak segan-segan untuk mengeluarkan kekuatan hebat hanya demi mengalahkan sesama klan.
Warna hitam putih menyelimuti seluruh tubuh Huda. Lingkaran sihir juga nampak di belakang sayap, bawah kaki, depan perut dan atas kepala.
Hito yang merasakan kekuatan besar pada sahabatnya itu sangat menikmatinya, seakan menyalurkan semangat yang membara.
Api merah membara membakar seluruh tubuh Hito. Namun, ia tak merasakan rasa sakit maupun terbakar. Api abadi Phenex sangat terkenal akan kekuatan misteriusnya.
Pedang-pedang dengan berbagai ukiran muncul di berbagai sudut sisi tubuhnya. Pedang tersebut juga ikut terbakar.
"Hiatt!!!" seru ketiganya kompak penuh semangat.
.
.
.
.
"Phenex-sama...," ucap Hime merasakan energi besar dari sang pacar sekaligus King-nya.
Semua pun merasakan hal yang sama, Perona serta Oki yang nampak siuman meraskan energi yang sangat besar termasuk Ken dan Chelsea yang berada bersama mereka.
"Tuan...," gumam Oki.
Suzume, Sten, Hanamura serta Bella diam tak berkomentar. Vino yang selesai mengurung diri Sora hanya menguap kecil.
Pertarungan antar ninja dan samurai yang akan di mulai harus terhenti karena energi besar yang keduanya rasakan.
"Sang Ratu sudah mencapai puncak kekuatan terbesarnya," kata Izumi.
Nara hanya terdiam. Ia sudah yakin pertandingan ini akan dimenangkan oleh para iblis muda.
.
.
.
.
Storm of Death
Eternal Flame Phenex
Power Darkness Light
Ketiga serangan besar keluar dengan dahsyat. Serangan itu masing-masing saling berbenturan tak mau mengalah satu sama lain. Kekuatan ketiganya telah menguap menghancurkan lingkungan di area pertarungan, termasuk dimensi yang di buat oleh Huda sendiri.
Cahaya kegelapan menyilaukan. Badai yang mengamuk. Api yang terus membakar. Masih terus bermuncullah tak tahu kapan akan berhenti.
"Hiatttttt!!!!" seru ketiganya penuh semangat membara.
Duarrr!!!!
Bomzzzz!!!!
Blaarrr!!!!
Efek dari ketiga serangan yang kuat berhasil menghancurkan dimensi dan sebagian hutan belakang sekolah yang tak bersalah. Mereka telah kembali ke dunia nyata.
Ketiga sosok masih berdiri dengan kokoh. Tak ada satupun yang bergeming. Mereka masih mengatur napas dengan tersenggal-senggal.
Pakaian yang mereka kenakan juga terlihat kacau. Luka-luka memar juga nampak terlihat.
Para peerage baik Lucifer Jr, Phenex, Lili dan Izumi mereka berhasil menyelamatkan diri. Kepulan asap, api, dan angin mulai menghilangkan dirinya.
"Si-siapakah yang menang?" tanya Bella.
Ia tengah berada di atas atap sekolah bersama lainnya. Ia tak menduga kejadian yang menakjubkan serta mengerikan telah ia saksikan dengan kepala matanya sendiri.
Izumi mendekati tempat Mona berdiri. Ia mendarat dengan mulus.
"Ratu, apakah kau baik-baik saja?" tanya Izumi khawatir.
"Tenang, aku baik-baik saja... hanya kekuatanku terkuras habis," jawab Mona terputus-putus.
Tiba-tiba sebuah pedang menembus dada Mona. Ia reflek memuntahkan darah berwarna kehitaman.
"A-apa yang kau lakukan?" tanya Mona melirik ke orang yang telah menusuknya.
"Hahaha... aku hanya ingin menyerap kekuatanmu dan... menguasai ketiga dunia tentunya," jawab orang tersebut.
"K--kau beraninya te-telah mengkhianati aku... Huek!" Mona kembali memuntahkan darah hitam pekat.
Aura hitam keluar dari tubuhnya, lalu mengalir ke arah pedang dan langsung ke tubuh sosok yang memegang pedang tersebut.
"Terima kasih atas kekuatanmu ini. Aku sudah bukan lagi, bidakmu lagi!" ujarnya tersenyum licik.
Ia cabut pedang tersebut dan menghempaskan noda hitam yang menempel di pedangnya. Sebuah bidak berbentuk kuda keluar dari dirinya.
"Aku tak memerlukan ini lagi," katanya.
Ia menghancurkan bidak kuda itu dengan mudahnya. Lalu membuang tubuh Mona yang sudah dinyatakan telah mati. Seluruh tubuh Mona terbakar dan berubah menjadi abu, lalu menghilang di tiup angin.
"Hahaha... sampai jumpa kembali, Nara!" pamit sosok itu yang tidak lain adalah Yamanaka Izumi. Ia telah memanfaatkan Monalisa Lilith. Setelah membunuhnya, ia pergi masuk ke dalam pusaran hitam dan lenyap dari pandangan mereka.
"Izumi!!!" geram Nara penuh kebencian.
"Ti-tidak mungkin," ucap kedua pria berbeda warna rambut itu.
Mereka pun terjatuh akibat terkurasnya seluruh kekuatan akibat mengeluarkan kekuatan terhebatnya.
.
.
.
.
.
Bersambung...
Chapter 19 selesai...
Selamat membaca!
(24/02/2018)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top