15 Surprise

Setelah memenangkan pertarungan yang melelahkan sekaligus merepotkan melawan salah satu petinggi malaikat jatuh yaitu Rey.

Kelompok Inazuma berkumpul di dalam ruang Klub Pustawakan. Mereka tengah istirahat memulihkan tenaga sekaligus menunggu Bella sadar kembali.

Ini semua berkat kekuatan tersembunyi milik Bella, yang ternyata merupakan salah satu keturunan dari bangsa Veela yang sudah punah berabad lamanya.

Huda terus memandangi wajah damai Bella. Senyuman tipis selalu menghiasi wajahnya. Untung saja ruang klub telah dimodifikasi oleh sihir milik Sten menjadi sangat luas dan memiliki beberapa kamar.

"Dia cantik sekali," gumam Huda. Ia membelai lembut rambut cokelat Bella.

"Ehemk!"

Suara deheman yang cukup keras menghentikan aksi Huda. Ia menoleh 90° ke sumber suara. Ia merasakan aura yang mencekam dari orang tersebut.

"Jadi, begini kelakuan Tuan saat berduaan saja dengan seorang wanita CANTIK!!" ucap Oki sambil menekan kata terakhirnya.

"Eehh kau Oki, ada apa?" tanya Huda ketakutan.

"Aku hanya ingin mengajakmu makan, Tuan!" jawab Oki ketus.

Ia menggembungkan kedua pipi kesal, lalu menghentakkan kaki ke lantai kasar. Setelah itu ia pergi meninggalkan Huda dengan membanting pintu kamar keras.

Bruk!

"Se-seram sekali," ucap Huda ketakutan.

Gara-gara suara pintu yang keras. Kedua mata Bella perlahan terbuka. Ia mengerjap-ngerjapkan mata untuk menyusaikan penglihatan dan cahaya lampu.

"Ugh!" gumam Bella pelan.

"Ahh! Kau sudah bangun!" seru Huda senang.

Ia membantu Bella untuk bersandar pada papan kasur. "Terima kasih," ucap Bella.

"Iya, bagaimana perasaanmu?" tanya Huda.

"Hanya sedikit pusing dan lelah saja," jawab Bella memegang kepalanya.

"Hmm..., ayo kita makan dulu supaya tenaga kita terisi," ajak Huda lembut.

"Ba-baik," balas Bella gugup. Jarak wajah keduanya saat ini hanya beberapa centi saja. Kedua pipinya bersemu merah.

Bella segera beranjak dari kasur. Lalu ia menuju ke pintu dengan cepat. Ia tak ingin Huda melihat wajah malunya ini.

"Dia lucu sekali," ucap Huda pelan.

Ia pun menyusul Bella yang sudah terlebih dahulu keluar kamar. Mereka pun sudah sampai di ruang makan, salah satu hasil modifikasi dari Sten tentunya. Semua sudah menunggu kehadiran keduanya.
.
.
.
.

"Kalian lama sekali!" seru Suzume kesal.

"Maaf, tadi Bella baru saja sadar setelah mende-" ucapan Huda terpotong saat ia sekilas melihat wajah marah Oki di sudut meja makan.

"Setelah apa?" tanya Suzume penasaran.

"Aaa... tidak-tidak. Ayo kita segera makan saja," jawab Huda mengalihkan pembicaraan.

"Xixixi... menarik... sungguh menarik," ujar Sten terhibur.

Mereka makan dengan lahap dan nikmat. Tak ada yang berbicara saat makan sehingga keadaan cukup sepi. Hanya dentingan sendok, garpu dan pisau saja.

"Selesai!" seru Sten.

"Terima kasih atas makanannya," sahut Suzume dan Oki.

Huda mengelap mulutnya dengan tisu kering. Di sebelahnya, Bella tengah meminum segelas air putih.

"Tetap cantik," gumam pelan Huda memuji.

"Ehem! Tuan! Tolong rapihkan semua peralatan makan!" seru Oki tiba-tiba.

"Ehh! Kok aku?" tanya Huda menunjuk dirinya.

"Iya!" jawab Suzume ketus.

"Biarkan aku saja yang membereskannya," sahut Bella.

"Tak usah! Aku ingin berbincang-bincang denganmu, Bella!" balas Suzume cepat. Ia menatap Huda tajam.

Huda menelan ludah. Ia tersenyum masam. "Baiklah!" jawab Huda lemas.

Ketiga wanita itu pergi meninggalkan meja makan menuju ke ruang tengah. Tersisa Huda dan Sten saja. Saat Huda mulai mengumpulkan piring, ia melihat Sten beranjak pergi.

"Mau kemana kau?" tanya Huda.

"Xixixi... istitahat," jawab Sten santai.

"Kau cepat bantu aku!" teriak Huda kesal.

"Ini kan hukuman untukmu, Lucifer Jr," balas Sten santai.

Ia tanpa berdosa pergi meninggalkan Huda sendiri. "Sial! Aku di sini adalah King! Tetapi aku diperlakukan seperti ini!" teriak Huda geram.

Tanpa berlama-lama, ia menyelesaikan tugas mencuci piring dan bergegas pergi menenangkan diri.
.
.
.
.

Di Ruang Dewan ISH...

Hito bersama dengan peerage-nya sedang beristirahat di ruang tengah. Mereka nampak lelah sekaligus senang, setelah mengerjakan tugas dengan baik.

Hime sejak tadi memperhatikan wajah Sora. Ia nampak penasaran dengannya. Ia pun segera menghampiri dirinya.

"Sora?" panggil Hime lembut.

Namun, Sora tak menyahut. Ia masih terlamun. Hingga Hime mengibaskan salah satu tangan di wajahnya.

"Sora! Hei Sora!" panggil Hime lebih keras.

"Ahh iya! Maaf, Hime-chan, ada apa?" tanya Sora yang akhirnya tersadar dari lamunan.

"Kulihat daritadi kau melamun saja. Apa kau sedang ada masalah?" tanya Hime khawatir.

"Tidak apa-apa. Maaf aku harus pergi. Permisi semuanya," jawab Sora. Ia pun berpamitan dan segera keluar ruangan Dewan ISH dengan cepat.

Kelakuan aneh Sora menjadi perhatian semua anggota Phenex termasuk Hito.

"Ada apa dengannya?" tanya Perona.

"Dia aneh sekali semenjak selesai melawan daten-shi," ujar wanita yang mengemut lolipop.

"Akan aku selidiki," ucap Nara. Saat ia akan menghilang, ia sudah di cegah oleh Hito.

"Tak perlu! Biarkan dia sekarang sendiri untuk menenangkan dirinya," cegah Hito.

"Aku mengerti, Phenex-sama!" jawab Nara memberi hormat.

"Hoamm... aku masih mengantuk," gumam pria yang tertidur pulas di atas meja.

"Selesai! Aku telah membuat para guru maupun murid untuk menghilang ingatan mereka atas kejadian ini," sahut pria berbadan kecil.

"Kau memang bisa diandalkan, Ken!" puji Hito tersenyum tipis.

"Aku memang selalu bisa diandalkan," jawab Ken menyombongkan diri. Ia memiliki nama asli Tamada Kentaro. Ia merupakan seorang murid kelas X di ISH yang terpintar dan ahli dalam hal yang berbau teknologi.

"Cih! Sombong sekali," sahut Perona menatap benci Ken.

Ken tak mempedulikan. Ia meregangkan sepuluh jari tangan dan kembali berkutat dengan laptop.
.
.
.
.

Huda menenangkan diri di perpustakaan. Saat ini para murid dipulangkan dengan cepat akibat terjadi bencana gempa bumi.

"Pasti ini perbuatan si anak jenius," gumam Huda.

Ia tengah membaca buku berjudul '72 Iblis Solomon' yang kemarin belum selesai ia baca.

"Sampai saat ini belum muncul semua klan Iblis, hanya baru 60 klan Iblis Solomon saja," ucap Huda setelah menutup bukunya.

Srek!

"Siapa?" tanya Huda memasang mode siaga.

Nampaklah sosok pria bertubuh tidak terlalu gemuk dan juga kurus. Ia memakai sebuah kacamata berukuran tebal.

"Oh rupanya kau Hanamura. Ada apa?" tanya Huda tetap siaga.

"Maaf mengganggu waktu anda, Tuan Lucifer Jr. Saya Hanamura Osada ingin berbicara sesuatu hal yang penting kepada anda." jawab Hanamura sopan. Ia juga membungkukkan setengah badan.

"Kau ingin membicarakan apa padaku?" tanya Huda menurunkan kesiagaan.

"Aku hanya ingin meminta satu hal padamu. Izinkan aku menjadi salah satu bidakmu, Tuan!" jawab Hanamura tegas.

"Hmm... Kenapa kau memintaku menjadikanmu sebagai bidakku?" tanya Huda tertarik.

"Karena aku ingin mengabdi padamu sebagai peeragemu,Tuan!" jawab Hanamura tegas dan lantang.

"Oke! Aku akan menerimamu, tapi... aku mempunyai satu syarat untukmu," balas Huda. Ia membisikan sesuatu kepadanya.

"Aku mengerti! Aku akan menjalankan perintah pertamamu dengan sebaik-baiknya, Tuan!" seru Hanamura semangat.

Huda pun mengajak Hanamura ke atas atap ISH untuk melakukan ritual. Ia memejamkan mata erat. Lalh muncul lingkaran warna hitam dan putih di lantai tempat mereka berpijak. Ia membuka mata kemudian merapalkan sebuah mantera.

Cahaya suci dan kegelapan, dengarkanlah suaraku ini. Aku keturunan asli Lucifer menginginkan diriku ini Taiki Huda sebagai King. Dan terimalah Sten Hanamura Osada sebagai bidakku.

Salah satu bidak miliknya yaitu pawn berjumlah dua sekaligus mengeluarkan cahaya. Lalu kedua bidak itu terbang dan masuk ke dalam tubuh Hanamura.

"Ritual selesai... Mulai saat ini kau adalah peerage dan anggota keluarga baruku-" jeda Huda. Ia menghela napas sejenak. "Selamat bergabung Hanamura Osada!" lanjutnya.

"Terima kasih banyak, Tuan Huda!" seru Hanamura bangga. Ia membungkukan badan 90° kembali.

"Aku akan memperkenalkanmu pada anggota yang lain dan... jangan lupa syarat itu!" ujar Huda mengingatkan.

"Baik, Tuan!" sahut Hanamura sopan.
.
.
.
.

Mereka pun menuju ke ruang Klub Pustakawan. Huda membuka pintu perlahan.

"Selamat datang kembali, Huda-kun...," ucap Bella yang mengetahui kedatangan Huda dan seseorang di belakangnya.

"Aa... iya! Dimana yang lainnya, Bella?" tanya Huda mencari-cari keberadaan peeragenya.

"Xixixi... Aku ada di sini," ujar Sten yang muncul tiba-tiba di hadapan Huda.

"Kau sekarang memiliki kemampuan menghilangkah?" tanya Huda penasaran.

"Betul sekali!" jawab Sten cepat.

Suzume dan Oki muncul dari arah dapur sambil membawa nampan berupa cemilan kue kering serta teh melati.

"Darimana saja kau, gichù?" tanya Suzume menatap tajam.

"Pasti menggoda wanita cantik di luar sana," sahut Oki sinis.

"Ehh! Tidak!" sanggah Huda merasa dituduh yang tidak benar.

"Lalu?" tanya keduanya kompak dengan nada mengintimidasi.

Tubuh Huda keringat dingin. Ia mengambil napas sejenak, lalu membuat secara perlahan.

"Sebaiknya kita berkumpul dulu!" kata Huda mengeluarkan tekanan yang tak terlalu kuat.

Mereka pun menurut dan segera duduk di posisi masing-masing. Huda melirik sekilas sosok seseorang di belakangnya.

"Aku akan memperkenalkan anggota baru kepada kalian," ucap Huda serius.

"Pasti seorang wanita cantik dan seksi," sahut Oki kesal.

"Atau tidak, seorang wanita berdada besar," tambah Suzume membuang muka.

"Xixixi...," tawa khas Sten terhibur.

Bella hanya diam menjadi pendengar yang baik. Ia tak pantas untuk memberikan komentar, karena dia bukan merupakan salah satu bagian dari keluarga ini.

"Silahkan masuk!" seru Huda tegas.

Seorang pria memakai kacamata tebal jalan ke arah mereka. Mereka nampak terkejut melihat siapa orang di depannya, terutama Oki.

"Hanamura!" teriak Oki terjekut bukan main.

"Salam kenal, aku Hanamura Osada, murid kelas XI IPA 2, dan saya adalah bidak baru dari keluarga Lucifer Jr." sapa Hanamura sopan.

"Xixixi... Menarik! Kau bidak posisi apa?" tanya Sten.

"Dia berada di posisi bidak pawn berjumlah 2," jawab Huda mewakilkan.

"Dua??!!" teriak Oki dan Suzume.

"Maaf... aku mau ke kamar sebentar, permisi!" ucap Bella. Ia pun segera beranjak dari bangkunya.

Saat ia akan melangkah. Huda mengeluarkan satu kalimat yang membuat Bella terhenti.

"Maukah kau bergabung dengan kelompokku sebagai satu keluarga baru?" tanya Huda serius.

Bella menolehkan kepala cepat. Ia sangat terkejut atas perkataan Huda yang tak main-main.
.
.
.
.
.

Bersambung...

Oke! Chapter 15 kelar!

Selamat membaca saja!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top