11 Petinggi Malaikat Jatuh

Huda dkk telah sampai di lapangan sekolah. Keadaan di sana sudah berantakan. Bangku-bangku penoton, gawang, dan peralatan lainnya hancur.

Lapangan juga mengalami kerusakan yang parah berupa lubang-lubang yang tercipta di sana. Sosok malaikat jatuh terbang di atasnya.

"Hahaha... Rasakan itu, wahai manusia lemah." ucapnya.

Ia mengeluarkan beberapa bola berwarna hitam dan menembaki ke sekitar area lapangan.

Duarr!!

Duarr!!

Ledakan demi ledakan menggema di sepenjuru ISH. Huda yang melihat itu menatap tajam malaikat jatuh.

"Sepertinya mereka berhasil mengamankan para penghuni sekolah." ucap Lili.

Huda hanya mengganggukan kepala singkat. Ia merentangkan kedua tangan di atas.

Muncullah cahaya terang, lalu menyebar ke segala arah. Terciptalah sebuah kubah pelindung besar menyelimuti area ISH.

"Sudah selesai...," gumam Huda.

Ia melirik ke arah anggota keluarga. Mereka yang mengerti segera berubah menjadi mode bertarung.

Huda sendiri telah berubah menjadi sosok setengah malaikat dan iblis dengan keempat sayap hitam-putih yang mengembang lebar.

"Saatnya beraksi!" serunya.
.
.
.
.

Hito dan para anggota keluarganya telah kumpul kembali. Mereka sudah dalam mode iblis dengan sepasang sayap kelelawar.

Berbeda dengan diri Hito yang berubah menjadi sosok asli iblis. Ia mengenakan pakaian serba merah dan sedikit ketat pada bagian celana. Keempat sayap yang di selimuti oleh api membara.

"Kita bantu Huda dan lainnya." ucap Hito memberikan perintah.

"Siap, laksanakan!" sahut mereka serempak.

Mereka segera terbang menuju ke arah lapangan sekolah.

Di lapangan sekolah...

Sosok malaikat iblis melihat perubahan dunia nyata menjadi sebuah dimensi. Ia melirik ke arah bawah dimana target yang dicari telah muncul.

Seringai lebar terukir di bibirnya. "Hahaha... Tak perlu susah-susah mencari mereka muncul sendiri di hadapanku." ujarnya.

Rey, sosok daten-shi yang memiliki perawakan tubuh tegap serta berotot menatap mereka seperti menemukan sebuah mangsa.

"Terimalah ini!" serunya.

Ia kembali menciptakan beberapa bola-bola hitam.

Black Balls

Bola-bola hitam melesat cepat ke arah mereka. Suzume mengayunkan pedang emas miliknya secara diagonal

"Akan kutebas seranganmu itu!" seru Suzume.

Golden Slash X

Terciptalah tebasan pedang huruf X besar.

"Aku tak mau kalah darimu!" ujar Oki.

Ia menendang bola-bola hitam tersebut dengan lihai.

Kick Rabbit

Sten sendiri merapalkan beberapa mantra. Kobaran api muncul dari kelilingnya, lalu terbang mengarah ke serangan itu.

Blaze

Huda menciptakan beberapa anak panah suci. Ia lesatkan dengan cepat dan tepat mengenai sasaran.

Holy Arrow

Duar!! Duar!!

Kepulan asap menghalangi pandangan mereka. Hal ini digunakan dengan baik oleh Lili.

Kini ia telah berubah menjadi sosok aslinya. Ia memakai pakaian sebuah gaun hitam panjang selutut. Ia mengepakkan keempat sayap elang hitam miliknya.

Ia memegang sebuah senjata paras api berukuran besar. Ia tarik pelatuk tersebut.

Bullet of Darkness

Peluru yang berjumlah satu tiba-tiba terbagi menjadi lima peluru. Masing-masing saling melaju dengan cepat.

Dor! Dor! Dor!

Rey, menahan serangan milik Lili hanya dengan satu tangan saja. Ia hempaskan peluru-peluru tersebut ke samping.

Bommzz!

Serangan itu meledak di taman sekolah.
.
.
.
.

Ledakan itu menggema kuat. Membuat kelompok Hito terhenti sejenak.

"Ini serangan milik Lili." kata Hito.

"Lawan kali ini merupakan salah satu petinggi daten-shi." ucap seorang pria berambut panjang terikat satu ke belakang.

Ia sangat ahli dalam mencari informasi dengan cepat dan akurat.

"Hmm... begitu." gumam Hito.

"Kita harus ke sana secepatnya!" serunya.

Mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju ke taman sekolah. Sosok pria yang memberikan informasi menghilang seperti ninja.

Kembali ke tempat pertarungan...

Rey menyeringai lebar. Ia menyilangkan kedua di dada.

"Hanya segitukah kekuatan dari para klan iblis? Menyedihkan!" tanya Rey mengejek.

"Cih! Kau terlalu sombong!" geram Oki.

Ia mengeluarkan kekuatan bidak rook. Ia melompat cukup tinggi hingga sampai di depan sosok Rey.

Ia memukul menendang memukul menendang dengan bertubi-tubi. Tapi, Rey bisa menahan serangan itu dengan mudah.

"Terlalu banyak celah!" komentar Rey.

Ia menciptakan sebuah tombak hitam. Ia lesatkan ke Oki. Dan...

Jleb!

Tombak hitam tertancap tepat di perut Oki. Oki mebelakakan kedua matanya. Ia pun terjatuh akibat serangan dadakan tersebut.

"Maafkan aku, Tuan...," ujarnya lirih.

Beberapa centi hampir mendekati tanah. Salah seorang dari mereka berhasil menangkap tubuh Oki dengan cepat.

"Bertahanlah...," gumam orang yang telah menyelamatkannya. Oki membuka mata melihat sosok di depannya. Ia terkejut dan kedua matanya tertutup rapat.

Sosok itu ialah seorang pria yang memakai kacamata tebal yang sebelumnya berpasangan dengan Oki. Ia menurunkan tubuh Oki perlahan.

Suzume mendekati keduanya. Wajahnya terlihat sangat panik melihat keadaan Oki.

"Apa dia telah tia-

"Tenang saja, ia hanya pingsan. Aku telah menghentikan perdarahannya." potong pria tersebut.

Ia tersenyum lega. "Siapa kau sebenarnya?" tanya Suzume penasaran.

"Aku adalah... " gantung pria itu.

Huda dan Lili melesat cepat ke arah Rey. Rey sendiri tersenyum tipis.

"Kalian mau menghadapiku?" tanyanya mengejek.

"Cih! Kau!" geram Lili.

Huda melepaskan beberapa anak panah suci. Rey menghindari dengan mudahnya, seakan ia terlihat menghilang dengan sangat cepat.

Lili tak tinggal diam. Ia melepaskan pelatuk senjata apinya.

Bullet Wrath

Rasa kesal dan murka Lili terhubung dengan peluru tersebut.

Dor!

Rey dengan percaya dirinya menggunakan satu tangan seperti sebelumnya untuk menghalau serangan itu. Tapi, peluru itu melesat ke arah lain.

Syutt!

Anak panah suci milik Huda berhasil melukai pipi Rey. Peluru itu menembus pundak Rey cukup keras.

Rey mengelap luka yang ada di pipinya. Ia jilat darah miliknya sendiri. Anehnya ia tak merasakan rasa sakit maupun perih.

"Serangan kombinasi yang cukup bagus. Tapi, kalian harus banyak berlatih lagi." ujar Rey.

Tiba-tiba ia sudah berada di depan Lili. Bola hitam muncul di tangannya lalu langsung mengarahkan ke wajah Lili.

Ball of Darkness

Duar!!

Lili terkena serangan itu. Ia terhempas begitu saja hingga terjatuh.

"Lili!" panggil Huda. Ia terbang untuk menyelamatkannya. Namun, Rey menghalangi dirinya. Kembali bola hitam keluar dan melesat ke arah Huda.

Huda menahan serangan itu dengan keempat sayap miliknya. Tapi, Rey muncul di belakang Huda. Ia menendang punggung lebar Huda keras.

Bugh!!

"Si-siall!" geram Huda.

Ia tak bisa menyeimbangkan diri, lalu mulai terjatuh ke bawah. Untungnya dengan sigap Hito yang telah datang langsung menolong dirinya.

"Maaf, aku agak telat." ucap Hito.

"Tak apa! Lawan kali ini sungguh kuat. Lili saja bisa ia kalahkan dengan mudah." sahut Huda menjelaskan.

"Aku mengerti! Dia adalah Rey, salah satu petinggi malaikat jatuh yang mampu membinasakan seperempat baik manusia, iblis, malaikat dan makhluk superanatural lainnya." balas Hito panjang.

"Hontou?" tanya Huda terkejut.

Hito hanya menganggukkan kepala singkat. "Kita harus menggabungkan kekuatan." saran Hiro.

"Iya! Dengan bersatu pasti kita dapat mengalahkan dia!" sahut Huda melirik tajam Rey.

"Hahaha... Siapa lagi yang berani melawanku?" tanya Rey sombong.

Sekarang Huda, Sten, Suzume, Hito, Hime, dan beberapa anggota bidak klan Phenex sama bersatu. Lili yang terjatuh kembali bangkit, ia ikut bergabung dengan yang lain.

"Waw! Sungguh pemandangan yang indah." seru Rey senang.

"Sora!" teriak Hito.

Sosok wanita berambut biru pendek melangkah ke depan saat namanya terpanggil. "Siap, Tuan!" sahutnya. Ia adalah Sora, Bishop dari klan Phenex.

"Kau buatlah badai yang sangat besar." perintah Hito.

"Baik, Tuan!" jawab Sora.

Ia memejamkan mata sejenak. Lalu terlihat sekilas bidak berbentuk bishop di dalam tubuh Sora. Ia angkat kedua tangannya

Badai Twister

Dari balik kedua tangannya tercipta sebuah pusaran angin yang perlahan kecil menjadi besar. Pusaran itu semakin berputar menciptakan badai besar.

Pohon-pohon sampai terlepas dari akarnya karena saking kuatnya badai tersebut.

Rey nampak sedikit kesulitan menahan sayap gagak besar miliknya. Ia harus menyeimbangkan diri agar tidak terjatuh atau tersedot ke dalam badai itu.

"Kekuatan yang cukup merepotkan." ujar Rey terlihat mulai kesal.

Sten memperhatikan kekuatan Sora dengan terkagum. Ia mengukir senyum tipis dan mengakui kekuatan di balik sosok seorang wanita di hadapannya.
.
.
.
.
.

Bersambung...

Chapter 11 berhasil selesai...

Saatnya membaca!

Cover by AhmadRizani

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top