07 Berlatih

Seminggu telah berlalu, kelompok Lucifer Jr yang bernama Inazuma terlihat makin kompak. Walau jumlah mereka hanya berempat tak memungkinkan mereka untuk mengalah dengan lawan. Beberapa kali mereka bertarung membasmi para Daten-shi.

Kini mereka tengah berkumpul di Klub Pustakawan. Di jam istirahat mereka masing-masing membawa bekal dan makanan yang sempat membeli di kantin.

"Wahh... sepertinya enak sekali bekal milikmu Gichò." ucap Suzume melihat bekal milik Huda.

Bekal Huda itu berupa ikan tuna yang di potong membentuk persegi, lalu salad buah dan onigiri.

"Yaa hari ini Okà-san mengirimkan bekal dari heaven." jawab Huda. Ia sudah siap makan dengan kedua sumpitnya.

"Enaknya...," ucap Suzume iri.

"Tempat tinggal orang tuamu memang seperti apa, Huda?" tanya Sten tertarik.

"Hmm...," gumam Huda.

Huda menghela napas sejenak. Lalu ia berpikir untuk memilih kata-kata yang mudah di mengerti.

"Ayo, ceritakan, Tuan!" seru Oki antusias.

"Baiklah...," ujar Huda pelan.

"Okà-san merupakan keturunan asli seorang malaikat. Ia tinggal di surga bagian paling atas. Otò-san merupakan keturunan asli seorang iblis. Ia tinggal di bagian neraka paling bawah." jelasnya.

"Aku jadi ingin pergi ke surga." ungkap Suzume.

"Xixixixi... sepertinya berkunjung ke neraka menarik juga." sambung Sten.

Oki terdiam. Ia menundukan kepala.

"Ada apa denganmu, maniak wortel?" tanya Suzume penasaran.

"Hiks...," terdengar suara tangisan dari Oki.

"Ehh! Kenapa kau menangis?" tanya Suzume kembali. Ia mengangkat kepala Oki tegak.

Sebutir air mata mengenang di kelopak matanya. "A-aku hiks... jadi ingat kam-kampung halamanku sa-saja.." jawab Oki. Air mata pun terjatuh.

"Tenanglah...," ucap Huda menepuk pundak Oki.

Suzume sendiri memeluk tubuh Oki untuk memberikan kekuatan dan penenang.

"Memang apa yang terjadi dengan kampung halamanmu?" tanya Sten penasaran.

"Hiks... Kampung halamanku telah di serang oleh para Daten-shi." jawab Oki lirih.

"Iya! Aku menemukan dirinya di dalam gang sempit. Keadaannya saat itu terluka cukup parah." sambung Huda menahan emosi.

"Hmm... begitu ceritanya." sahut Sten.

"Sudah-sudah yang penting kamu sudah berkumpul dengan kami. Kita kan satu keluarga sekarang." kata Suzume lembut.

"Te-terima kasih semuanya.." ucap Oki tersenyum. Ia sudah sangat tenang.

Mereka pun melanjutkan makan siang yang tertunda. Beberapa menit kemudian bel sekolah telah berbunyi.
.
.
.
.

Pulang sekolah...

Kelompok Inazuma menuju ke Klub Pustakawan. Sesekali mereka bercanda dan mengobrol selama perjalanan.

Sampainya di ruangan, mereka langsung masuk ke dalam. Huda menutup pintu dengan keras.

"Hei! Bisa tidak kau menutupnya pelan-pelan!" teriak Sten terkejut.

Suzume dan Oki mengelus dadanya pelan. Keduanya hampir saja meluapkan emosi bila tidak melihat tatapan Huda yang tajam.

"Waktunya untuk berlatih..." ucap Huda datar.

Seketika ruangan di dalam ruangan klub gelap. Lalu sebuah cahaya kecil mulai menerangi ruangan.

"Ki-kita ada dimana?" tanya Suzume yang pertama kali membuka mata.

"Apa kalian ada yang melihat Tuan?" tanya Oki sibuk mencari keberadaan Huda.

"Xixixi... Ini akan sangat menarik." ucap Sten.

Ternyata mereka berada di sebuah bangunan kuno peninggalan kerajaan Jepang Kuno. Banyak batu-batu bertebaran dimana-mana yang sudah dihinggapi oleh tumbuhan lumut.

Tiba-tiba muncul anak panah suci dari atas langit dengan jumlah yang sangat banyak. Mereka pun mulai menghindari serangan dalam mode asli.

Sten menggunakan akar-akarnya untuk menghalau serangan. Oki dalam mode beast human memukul dan melompat ke atas menghancurkan setiap anak panah dengan lincah. Suzume mengibaskan pedang yang bernama Golden Sword Romawi dengan mudahnya membelah anak-anak panah suci menjadi dua.

"Ini tak ada habisnya." ujar Suzume.

"Ya, kita harus mencari tempat berlindung." sambung Oki.

"Xixixixi...," tawa khas Sten.

Ketiganya berlari mencari tempat berlindung. Tibalah mereka di sebuah pohon berukuran sangat besar sekali hingga menjulang menembus awan.

Mereka berlindung di bawah sana. Entah serangan apalagi yang akan di terima oleh mereka selanjutnya.

"Sepertinya di sini kita aman." ujar Suzume. Ia mengatur napas sejenak.

"Yeahh!" sahut Oki.

"Aku merasakan ada yang aneh di tempat ini." Ungkap Sten. Ia menatap waspada di sekitarnya.

Tiba-tiba tanah yang mereka pijaki bergetar. Lalu keluar tombak-tombak dari bawah tanah.

"Sial!" umpat Suzume dan Oki kompak.
.
.
.
.

Sten sedang bergelantungan di akar-akar pohon berukuran besar tersebut. Ia terpisah dengan kedua wanita itu.

"Xixixi..., Lucifer Jr bermaksud memisahkan kita rupanya." Ucap Sten.

Tiga buah tombak muncul dari berbagai arah. Sten merapalkan sebuah mantera, lalu akar-akar yang menjuntai mulai menangkap ketiga tombak itu.

Dua berhasil di bereskan, masih tersisa satu lagi yang berasal dari bawahnya.

Fire Ball

Bola-bola api melesat dari salah satu tangannya.

Blatz!

Tombak itu berhasil dihentikan. Kemudian ia mulai naik ke atas pohon untuk mengamati keadaan sekitar.
.
.
.
.

Di tempat Suzume...

Ia sedang menghentikan beberapa tombak yang melesat ke arahnya. Ia mengayunkan pedang secara horizontal maupun vetrikal.

Blaltz! Blatz!

"Ini tak ada habisnya...," keluhnya kesal.

"Dimana mereka berada?" tanya Suzume pelan.

Sebuah tombak berukuran lebih besar dan diselimuti oleh elemen angin menerjang cepat ke arahnya.

"Tch! Merepotkan!" umpat Suzume.

Aura keemasan muncul di pedang miliknya. Ia mengayunkan secara horizontal dengan kekuatan penuh.

Golden Slash

Tombak yang di selimuti angin hancur berkeping-keping. Tapi itu belum seberapa, karena sekitar lima tombak berbeda elemen kembali melesat ke arah Suzume.

"Hah!" Ia menghembuskan napas kasar.
.
.
.
.

Di sisi lain...

Oki tengah melompat dari satu pohon ke pohon lain guna menghindari terjangan tombak yang mengikuti dirinya terus.

"Ahh! Aku kesal sekali!" jerit Oki kencang.

Ia terus melompat hingga tak ada tumpuan lagi untuk ia pijaki. Dengan terpaksa ia harus melawan.

"Jangan pernah meremehkan klan Usagi!" Serunya.

Ia menggunakan kekuatan bidak benteng untuk memperkuat pukulan serta tendangan.

Rabbit Kick

Tendangan andalan Oki berhasil menghancurkan tiga buah tombak. Tersisa beberapa lagi yang mengarah kepadanya.

Oki melalukan putaran. Ia menggunakan tendangannya kembali demi menghalau serangan tombak-tombak tersebut.

"Fiuh...," Oki mengelap keringat di kening.

Terdengar suara tepukan tangan yang menggema di atas langit. Sontak Oki menoleh ke atas. Ia terlihat senang melihat sosok Huda.

"Aaa... Akhirnya aku menemukanmu, Tuan!" serunya senang.

"Kau sudah bisa menggunakan kekuatan bidak rook dengan bagus." puji Huda.

"I-ini tak a-ada apa-apanya, Tuan." ucap Oki tersipu malu.

Huda tersenyum simpul. Ia mengepakkan keempat sayapnya. Bulu-bulu melesat cepat ke Oki.

Darkness Fur

Oki yang menyadari datangnya serangan. Ia melakukan lompatan tinggi guna menghindarinya.

"Sekarang kau harus melawanku." ujar Huda datar.

"Hmm... Baiklah, Tuan!" sahut Oki dengan penuh tekad. Karena ia tahu ini demi kebaikannya sendiri.
.
.
.
.

Di suatu tempat yang sangatlah gelap.  Beberapa orang tengah berkumpul di lingkaran meja merah pekat.

Di sana terdapat sosok yang memiliki aura dan kekuatan yang sangat mencekam tengah santai duduk di bangku singgah sananya.

"Fufufu... Semua telah berkumpul?" tanya sosok itu.

"Hanya Dylan dan Mika saja yang belum hadir." jawab salah satu pria berpakaian setelan serba hitam.

"Hmm... Mereka sedang melakukan tugas yang kuberikan." ucap sosok itu.

"Baiklah kita mulai saja pertemuan kali ini." Lanjutnya.

Semuanya pun duduk di kursi masing-masing. Sosok itu bangun dan mendekati meja bundar.

"Aku sudah merencanakan ini sejak lama." ujar sosok itu yang tidak lain adalah Barto, sang Ketua Daten-shi.

Salah satu dari mereka berdiri. Ia memiliki perawakan tubuh tegap dan berotot.

"Aku sudah tak sabar untuk menghabisi para tenshi dan satan itu." ucapnya.

"Fufufu... Kau memiliki semangat yang bagus. Baiklah, aku akan menyerahkan tugas kali ini kepadamu...," balas Barto.

"Ray!" lanjutnya.

"Siap! Akan saya selesaikan dengan cepat, Master!" seru Ray.

Ia pun mengepakkan sayap gagaknya lalu menghilang dalam sekejap. Barto menyeringai melihat sosok Ray telah menghilang dari pandangannya.
.
.
.
.
.

Bersambung...

Gomen! Saya baru bisa update sekarang. Saya habis lembur selama 2 hari dan perlu istirahat. 😊😁

So? 🤔

Selamat membaca! 😎😉

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top