¹⁵ Jealousy

[Name] sedikitnya bersyukur, ia tahu mantra dari Professor Dumbledore tidak akan mungkin gagal menangkal ramuan yang dibuat oleh Lee dan juga si kembar. 

"[Name] bantu kami!"

George tampak sedikit mengeluh, kau mendengus dan berdiri dari samping Hermione yang masih tersenyum melihat tingkah si kembar. Ia baru saja akan berdiri saat [Name] melihat bagaimana Viktor Krum memandangi Hermione. Oh, sepertinya sahabatnya itu mendapatkan pengagum dari Durmstrang. Bahkan seorang Viktor Krum.

Kalau Ron tidak segera bergerak, tentu saja Viktor bisa mengajak Hermione ke Yule Ball.

"[Name]~"

"Aku kesana," [Name] segera berjalan dan menghampiri si kembar dengan penampilan barunya, membantu Lee yang juga mencoba memapah Fred. Mereka berjalan kearah Madam Pomfey untuk diberikan ramuan obat yang bisa mengembalikan wujud asli mereka.

¹⁵¹⁵¹⁵

"Hanya menunggu 30 menit saja kok mereka akan kembali," Madam Pomfey seolah tidak kaget melihat wujud si kembar yang menjadi tua itu. Ia bisa melihat beberapa murid ternyata tampak menjadi tua seperti si kembar, "sudah kepala sekolah bilang kalau tidak boleh melanggar aturan bukan?"

"Ayolah madam pomfey, apakah tidak ada ramuan yang langsung bisa mengembalikan wujud kami?"

"Ada," jawab Madam Pomfey tanpa jeda, "tetapi Professor Dumbledore bilang tidak harus menggunakannya untuk kalian yang mencoba mendekati Piala itu."

"Ah, ayolah Madam Pomfey," Madam Pomfey tidak menghiraukan George, dan akhirnya meninggalkan si kembar dengan Lee dan juga [Name].

"Sudahlah, tunggu saja 30 menit lagi. Lagipula sudah kukatakan kalau itu tidak akan berhasil," [Name] duduk di tepi ranjang tempat Fred dan menghela napas. 

"Tidak akan tahu jika tidak dicoba," Fred tertawa dan tersenyum lebar. [Name] tersenyum, memperhatikan penampilan saat ini Fred yang membuatnya kembali terkekeh, "hei, kenapa malah menertawaiku!"

"Kau tua."

"Karena mantra," Fred menghembuskan napasnya kasar, kembali ka terkekeh, "tetapi aku tetap terlihat menarik bukan?"

"Kurasa," Fred kembali terpaku mendengar perkataan [Name] yang tampak tidak begitu memperhatikan apa yang ia katakan. Fred membuka mulut akan berbicara, saat [Name] melanjutkan sambil mengacak rambut gondrong Fred, "jika kau rapihkan rambut dan janggut ini."

"Nanti aku akan minta bantuanmu untuk melakukannya."

"Kalau sudah setua itu, tentu saja istrimu yang akan melakukannya Frederic," jawaban itupun tidak memiliki jeda. [Name] mengatakan hal itu tanpa maksud apapun. Namun, tidak mendapatkan jawaban apapun, [Name] menoleh kearah Fred, "Fred?"

"Kalau ternyata kau yang menjadi istriku bagaimana?"

[Name] dan Fred tampak tidak menjawab satu sama lain. [Name] kemudian tertawa, tidak tahu apakah yang dikatakan oleh Fred serius atau tidak.

"Tidak mungkin," [Name] menggeleng, "kau kan suka dengan Angelina. Aku bukan orang sepertinya, tipeku dan Angelina beda."

"Huh?"

"Bukankah ikat rambut itu sangat cocok untuknya? Aku melihat kau memilihnya dengan hati-hati," [Name] tidak melihat ekspresi Fred saat mengatakan hal itu, "lagipula, suamiku sudah ditentukan."

"Maksudmu?"

"Ayahku sudah menjodohkanku dengan seseorang," [Name] terkekeh pelan, kali ini baru ia melihat ekspresi Fred yang sebelumnya tidak ingin ia lihat. Dan saat melihatnya, [Name] hanya memandangi Fred dengan tatapan heran.

"Fred?"

"Begitu?" [Name] bersumpah melihat Fred memandangnya dengan tatapan sedih, namun hanya sekejap sebelum Fred tampak kembali menunjukkan senyumannya, "masih jaman dijodohkan seperti itu?"

"Mau bagaimana lagi, ayahku sangat kolot masalah keturunan. Tidak diperbolehkan untuk bergaul jika bukan Pureblood ataupun Halfblood, sangat strict dengan nilai, tidak boleh gagal dalam pelajaran apapun. Dan terpenting tidak boleh," [Name] menghentikan perkataannya, menoleh pada Fred. Ia tidak mungkin mengatakan kalau ayahnya juga tidak memperbolehkannya untuk berteman dengan keluarga Weasley.

"Tidak boleh berteman dengan darah penghianat?"

"Ayahku tidak sopan mengatakan kalau keluargamu darah penghianat," [Name] menghela napas dan Fred hanya tertawa seolah memaklumi karena [Name] berasal dari keluarga Malfoy.

"Lalu, siapa yang sangat beruntung mendapatkan seorang nona muda dari keluarga Malfoy?"

"Oh itu-"

"[Name]," [Name] menoleh saat mendengar namanya dipanggil. Ia mendapati Blaise ada disana dan menatapnya datar seperti biasa pemuda itu menatap kearahnya, "aku mencarimu sejak tadi."

"Oh maaf Blaise, aku tadi membantu Madam Pomfey," kalau ia mengatakan kalau ia membantu Fred tentu saja itu akan membuat Draco juga ayahnya tahu. [Name] beranjak, ia menoleh sekali kearah Fred, "sepertinya mantranya juga sudah berakhir. Kalau begitu aku pergi dulu ya."

Fred tidak sadar, namun rambut dan janggut lebatnya sudah tidak tampak lagi. Namun, tangannya bergerak menahan lengan [Name] yang sudah berbalik hendak meninggalkannya.

"Ada apa?"

...

"Pemuda itu?" [Name] memiringkan kepalanya dan menunggu Fred menjelaskan satu potongan kalimat yang tidak jelas itu, "dia yang dijodohkan padamu?"

[Name] diam, sebelum tersenyum. Satu senyuman yang sudah cukup mengartikan jika perkataan itu benar adanya.

¹⁵¹⁵¹⁵

Jika kalian mengira mimpi buruk [Name] hanya sekali itu, kalian salah. Sejauh ini, setiap hari [Name] mendapatkan mimpi itu dengan alur yang tidak jelas. Namun, satu hal yang [Name] tahu ia tidak akan suka jika itu merupakan sebuah penglihatan.

'Tidak-tidak, di mimpiku ada Harry. Harry bahkan tidak ikut turnamen itu bukan? Jadi itu hanya mimpi biasa.'

[Name] mencoba menyangkal, kali ini ia duduk diantara Fred, George, dan juga anggota Gryffindor lainnya di Main Hall, di tempat dimana ia akan mendengar pengumuman tentang siapa saja yang akan ikut dalam Triwizard.

"Kurasa Cedric akan terpilih."

"Kurasa begitu, lagipula ia yang paling berbakat di angkatannya," [Name] berbincang dengan Hermione yang ada di depannya, "lalu Durmstrang--ngomong-ngomong Viktor melihatmu lagi."

"Apaan [Name], hanya kebetulan saja."

"Ia akan mengajakmu Yule Ball aku yakin itu," empat tahun tentu saja sudah cukup untuk membuat [Name] lebih santai saat bersama dengan anggota Gryffindor lainnya. Meskipun selain bersama Golden Trio dan si kembar, ia masih cukup canggung, "atau kau masih menunggu Ron mengajakmu?"

"[Name]!" [Name] terkekeh, begitu juga dengan Parvati dan juga gadis Gryffindor lainnya didekat sana, "kau sendiri pasti menunggu Fred untuk mengajakmu."

"Tidak akan," [Name] tampak mengibaskan tangannya, sebelum Fred yang ada disampingnya dan mendengar namanya dipanggil tampak berbicara, "lagipula kurasa Fred akan mengajak Angelina. Benarkan Fred?"

"Hm?" Fred sedikit tersentak mendengar penolakan itu, "kurasa, tetapi kurasa George yang akan mengajaknya."

"Wah, persaingan antar saudara?"

"Bukan-" Fred menghentikan perkataannya saat melihat Dumbledore sudah berada di jalanan menuju ke depan Great Hall. Semua yang sedang mengobrol segera mengalihkan perhatian mereka pada Dumbledore.

"Kita akan membacakan siapa saja nama yang dipilih oleh piala ini," mereka menunggu, hingga sebuah kertas diambil oleh Dumbledore, "dari Hogwarts, Cedric Diggory."

Semua orang bertepuk tangan, dan beberapa murid Hufflepuff tampak memberikan selamat pada Cedric.

"Durmstrang, Viktor Krum!"

'Durmstrang, Viktor Krum!' suara gemuruh itu tampaknya tidak bisa mendistrak [Name] dari suara yang muncul ketika ia mengingat kembali mimpinya. Suara yang sama, bahkan dengan intonasi yang sama persis.

"BeauxBarton, Fleur Delacord!"

Detaknya tidak karuan, ia berharap semua itu akan selesai. Mereka akan bersorak, mengucapkan selamat pada Cedric, sebelum berbalik dan meninggalkan Great Hall. Mereka akan mendukung Cedric hingga babak akhir.

Semuanya tampak baik-baik saja, tidak ada yang melihat piala Triwizard itu selain [Name] yang masih berharap tidak akan ada lagi yang terlontar dari piala tersebut. Namun, semua itu tampaknya tidak akan terjadi, saat api kembali membara, melemparkan sebuah kertas yang segera ditangkap oleh Dumbledore dengan tatapan heran.

'Tidaktidaktidak.'

"Harry Potter?" beberapa yang berada didekat Dumbledore sudah mendengar nama yang dibisikkan oleh Dumbledore. Namun tidak semua orang. Suasana menjadi sunyi, "HARRY POTTER!"

Dan suara yang menggelegar itu segera didengar oleh semua orang yang ada di Great Hall.

¹⁵¹⁵¹⁵

"Percayalah padaku kak," [Name] berjalan, mengikuti Cedric yang tampak berjalan sambil mendengarkan apa yang [Name] katakan, "kau harus keluar dari Turnamen ini."

"Aku tidak bisa melakukan itu [Name], namaku sudah keluar sebagai peserta. Aku tidak bisa begitu saja keluar," Cedric heran kenapa [Name] sangat ingin ia keluar dari turnamen itu. Sudah 30 menit lamanya [Name] tidak mau meninggalkannya sendirian, "bahkan nama Harry keluar entah bagaimana saja tidak bisa dibatalkan [Name]."

"Tetapi..."

"Kenapa?"

"Ma-maksudku, Triwizard itu sangat berbahaya. Tidak ada yang menjamin keselamatan para pesertanya," ia tidak mungkin mengatakan kalau ia melihat mimpi ketika Cedric tewas, itu akan terdengar konyol. Cedric menghentikan langkahnya begitu juga dengan [Name] yang tertabrak punggung Cedric dan mengaduh.

Ia mendongak keatas, Cedric tersenyum dan menepuk kepala [Name] beberapa kali.

"Tenang saja, aku bisa menjaga diriku sendiri," [Name] tahu seharusnya ia hanya perlu menganggap itu mimpi buruk biasa yang kebetulan sama dengan yang terjadi, belum tentu juga akan berakhir sama seperti mimpinya.

"Berjanjilah untuk menjaga dirimu sendiri oke? Jangan memaksakan diri untuk memenangkap pertandingan ini." Cedric diam, sebelum tertawa pelan, "kenapa?"

"Kau berbeda dari satu tahun yang lalu saat aku baru pertama mengenalmu ya."

"Memang aneh ya?"

"Tidak, lebih baik seperti saat ini."

Kembali [Name] tampaknya tidak akan bisa menang saat berbicara dengan Cedric. Ada saja yang dilakukan Cedric untuk bisa membuatnya kehilangan kata-kata. Cedric masih terkekeh sebelum menepuk kepala [Name] dan tersenyum.

"Tenang saja, aku tidak akan apa-apa."

"Berjanjilah padaku."

"Aku berjanji," Cedric tersenyum dan mengangguk. 

¹⁵¹⁵¹⁵

"Mereka... kenapa?"

[Name] baru saja memasuki asrama saat ia memandangi semua orang yang ada disana. Tampaknya Golden Trio seolah terpecah. Ron tampak menghindar dari Harry, dan Hermione sendiri tidak tahu apa yang harus dilakukan. 

"Kurasa ada hubungannya dengan nama Harry yang masuk ke Goblet of Fire," jawab Fred yang ada didekat [Name] sembari sedikit berbisik. Kami ingin tahu apa yang dilakukan Harry sampai ia bisa memasukkan namanya.

"Tetapi, tidak ada yang bisa memasukkan namanya kedalam sana. Lihat saja apa yang terjadi padamu dan juga George," [Name] tampak masih berbisik, ia juga melihat Hermione yang mendengar ia berbicara sepertinya setuju. Tetapi tidak dengan semua orang yang ada di asrama Gryffindor selain dirinya, Hermione, dan juga Neville.

"Kau percaya hal itu?"

"Yah, tetapi mungkin saja ia meminta seseorang untuk memasukkan namanya."

[Name] mengerutkan dahinya dan tampak menatap Fred tidak percaya. Ia segera menegakkan tubuhnya dan menjauh sedikit.

"Aku tidak percaya kau berpikiran seperti itu."

"Loh? [Name], kau marah?"

"Pikirkan saja sendiri," [Name] segera berjalan menjauh, lebih memilih untuk menyelesaikan pembicaraannya dengan Fred dengan rasa emosi dalam dirinya. 

¹⁵¹⁵¹⁵

"Apa yang kau lakukan malam-malam seperti ini."

[Name] menoleh kearah sumber suara saat ia sedang berjalan mencari angin malam. Blaise disana, tampak mendekat sejenak. Melepaskan robe Slytherinnya dan menaruh di punggung [Name], "dan tidak mengetakan pakaian yang hangat."

"Oh, terima kasih," [Name] mengangguk dan mengeratkan jubah yang diberikan oleh Blaise, "aku hanya cari angin malam saja."

Blaise dan juga [Name] tampak diam sejenak, kemudian gadis itu berbalik kearah pemandangan malam yang saat itu sunyi hanya terdengar suara burung hantu disekitar kastil Hogwarts. 

"Aku tahu," [Name] menoleh kearah Blaise, "kau tidak ingin perjodohan ini bukan?"

"Sejujurnya aku bahkan tidak tahu apa aku menerimanya atau tidak. Karena aku tidak punya sama sekali alasan untuk menolakmu," [Name] terkekeh pelan, "kita sudah mengenal satu sama lain sejak lama. Dan kau tahu, kau cinta pertamaku."

Blaise mendengus.

"Karena ciuman itu? Itu hanya lelucon anak kecil," 

"Benar, hanya lelucon," [Name] tertawa pelan dan menghela napas.

"Mimpi itu datang lagi?" [Name] diam, ia menoleh pada Blaise. Sahabatnya itu tahu tentang mimpi yang ia ceritakan saat kecil. Tidak ada yang percaya pada cerita [Name] saat itu bahkan kedua orang tuanya dan Draco. Namun, Blaise satu-satunya yang memilih percaya tentang pembicaraan mimpi itu.

Entah ia benar-benar percaya atau hanya untuk membuat [Name] lega saja.

"Apakah kalau aku bilang mimpi itu datang lagi, kau akan percaya?"

Blaise hanya diam, ia tidak bisa menjawab ya atau tidak. Namun, memang beberapa kali [Name] menceritakan tentang bagaimana kucing kesayangan [Name] mati setelah beberapa hari sebelumnya ia bermimpi tentang kematian itu yang terjadi sama seperti mimpinya.

Atau tentang teman mereka saat kecil yang juga meninggal karena sakit, dan mimpi itu juga muncul beberapa malam sebelum itu. Meskipun tampak sangat kebetulan, namun semakin usia bertambah, Blaise lebih memilih untuk berpikir itu hanya kebetulan belaka.

"Tentu saja kau tidak akan percaya. Kedua orang tuaku saja tidak percaya," [Name] tertawa canggung dan menggaruk dagunya yang sebenarnya tidak gatal. 

"Sudah malam."

"Oh ya," ia melihat bulan semakin tinggi dan suasana semakin sepi. Kalau sampai Blaise dan juga [Name] ketahuan berada disana, mereka akan dapat masalah, "kalau begitu sampai sini?"

"Aku akan mengantarkanmu."

"Tapi-"

"Tidak apa," Blaise bergumam, sudah berjalan terlebih dahulu menuju ke asrama Gryffidor. Tidak ingin membuat Blaise menunggu lama, [Name] segera berjalan cepat menyamakan langkahnya dengan Blaise. 

¹⁵¹⁵¹⁵

"Terima kasih sudah mengantarkanku," [Name] tampak tersenyum saat berada didepan pintu ruangan asrama Gryffindor. Blaise hanya mengangguk sedikit, berbalik dan menuju ke jalan menuju asrama Slytherin tanpa mengatakan hal apapun lagi. [Name] memastikan Blaise berada diluar jangkauan matanya, dan berbalik masuk ke dalam asrama.

"Woa," ia hampir bertabrakan saat ia membuka pintu dan seseorang tampak berdiri didepannya. Fred menangkap tubuh [Name] yang oleng ke belakang, memegang kedua lengan tangan [Name].

"Tidak apa?"

"Ah tidak apa," [Name] kaget karena Fred yang muncul didepan pintu masuk asrama, "apa yang kau lakukan disini Fred?"

"Aku dengar dari Hermione kalau kau belum kembali ke asrama. Kupikir karena kau marah tadi," Fred bergumam dan menggaruk dagunya. [Name] menghela napas, memang tadi ia keluar karena emosi pembicaraan mereka berdua. Tetapi sekarang ia lebih tenang, "tadinya ingin mencarimu."

"Aku hanya mencari udara segar saja," Fred menganggukkan kepalanya, ia baru menyadari sesuatu, jubah slytherin tampak dipakai oleh [Name] saat itu. [Name] mengikuti arah pandangan dari pemuda itu, menyadari jika jubah yang dipinjamkan Blaise masih ia kenakan.

"Oh, itu... tadi aku bertemu dengan Blaise saat mencari udara malam," jawab [Name] sambil menggaruk tengkuk belakangnya. Ia bahkan tidak tahu kenapa ia harus menjelaskan itu pada Fred. Toh, mau ia pergi dengan siapapun juga Fred tidak ada hubungannya.

...

"Fred?"

Fred mendekat, perlahan melepaskan jubah Slytherin yang dikenakan oleh [Name] sebelum ia memakaikan jubah tidur miliknya pada gadis tersebut. [Name] tidak berkutik ataupun bergerak dari posisinya saat itu. Terlalu bingung dengan apa yang dilakukan oleh Fred.

"Baumu lebih enak seperti ini!"

"Tetapi inikah jubah tidurmu, berarti ini baumu dong," [Name] tampak menunjukkan jubah yang ia kenakan. Fred tersenyum lebar dan terkekeh.

"Bukankah baunya enak? Aku tadi mandi dulu sebelum akan tidur," [Name] hanya diam dan menatap Fred yang masih tertawa, "lebih enak daripada bau pemuda Slytherin itu kan?"

"Hm? Kurasa," [Name] tampak tidak begitu memperhatikan bau dari pakaian Blaise yang tadi dikenakan olehnya. Tetapi, apakah ini hanya pemikirannya saja, atau memang...

Fred terlihat cemburu?

'Nah, tidak mungkin,' dengan cepat ia menghapus pemikiran itu. Fred sudah berbalik setelah mengatakan untuk [Name] masuk juga karena dingin, saat Fred membelakanginya, [Name] melihat jubah yang dikenakan olehnya saat ini. Ia mengeratkan jubah itu, merasakan bau khas dari pemuda yang ada didepannya.

'Wangi...'

¹⁵¹⁵¹⁵

"Blaise dihukum Professor Snape?"

[Name] hanya ingin mengembalikan jubah milik Blaise paginya saat seharusnya turnamen pertama dilakukan. Namun, ia yang bertemu dengan Draco malah diberitahu jika Blaise dihukum oleh Professor Snape karena malam itu ketahuan pergi sampai larut malam.

"Sekarang sepertinya sedang menulis beberapa laporan. Tidak biasanya ia sampai terlambat masuk asrama," Draco tampak mengangguk, dan berjalan melewati [Name], "ayo, kau ingin menonton kekalahan Potter itu atau tidak?"

"Ah, aku akan..." [Name] tampak menoleh kearah ruangan Professor Snape dekat sana juga Draco yang berlawanan, "aku akan melihat Blaise dulu, aku akan menyusul Drake."

"Terserah," Draco mengangkat bahunya dan berjalan meninggalkan [Name] sendirian. [Name] sendiri segera berjalan dan menuju ke ruangan Professor Snape dimana ia melihat Blaise menulis beberapa tumpukan laporan milik Professor Snape.

"Masuk saja kalau kau ingin mendekat," [Name] sedikit tersentak, tidak menyangka kalau Blaise akan mengetahui ia berada disini tanpa melihatnya, "langkahmu berisik. Kenapa disini? Bukankah Triwizard sedang berlangsung."

"Kau... tertangkap Professor Snape karena malam itu ya?"

...

"Sejak awal aku memang sudah mau pergi jalan-jalan malam itu," Blaise tidak begitu tertarik untuk berbicara banyak.

"Kubantu ya."

"Tidak."

"Ini juga salahku."

"Tidak usah."

[Name] menghela napas, Blaise selalu seperti itu. Ia memilih untuk duduk berjarak dari Blaise yang masih sibuk dengan hukumannya. 

¹⁵¹⁵¹⁵

"[Name] kemana?"

Fred baru saja menyadari jika [Name] yang ia kira berada di tempat duduk Slytherin tidak ada disana. Hanya ada Draco dan teman-temannya, juga ia sadar Blaise tidak ada disana. 

"Kukira ia bersama dengan saudaranya?" George mengambil teropong yang digunakan oleh Fred melihat kearah kursi Slytherin dan memang ia tidak menemukannya, "oh dan bocah Slytherin itu tidak ada."

"Aku tahu."

"Tidak ingin menyusul?" Fred diam saat George menanyakan hal itu. Pada akhirnya dengan ragu ia menggelengkan kepalanya. Walaupun [Name] bersama dengan Blaisepun, apa yang bisa ia lakukan? Fred bukan siapa-siapa.

"Oh, dia sudah kembali." Fred menoleh pada George yang tampak melihat kearah kursi Slytherin. Ia segera mengambil kembali teropong itu dan melihat kearah kursi penonton Slytherin. Disana [Name] dan juga Blaise berada sedang memperdebatkan sesuatu.

"Lega?"

...

"Aku tidak mengerti maksudmu Georgie."

¹⁵¹⁵¹⁵

"Aku sudah memberitahu pada Professor Snape, jadi kau bisa melanjutkan hukumanmu setelah ini."

"Aku bahkan tidak tertarik menonton ini, kau terlalu memaksa," Blaise bergumam. Memang, pada akhirnya [Name] memutuskan untuk memberitahu Professor Snape untuk mengundur waktu hukuman Blaise karena Blaise tidak memperbolehkannya untuk membagi dua hukuman itu.

"Ini seru, oh giliran Harry."

[Name] tampaknya lebih tertarik menonton babak pertama itu, sementara Blaise tampak menyadari seseorang mengamati mereka menggunakan teropong. Dan sumpah, ia tahu jika ia sedang  bertatapan dengan Fred Weasley dibalik teropong itu.

"Harry mendapatkan telur itu!"

Hanya [Name] yang tampaknya senang atas kemenangan Harry diantara para anggota Slytherin. 

¹⁵¹⁵¹⁵

[Name] sedikit terlambat masuk kedalam asrama Gryffindor karena memang posisinya cukup jauh dari Harry dan juga yang lainnya. Saat ia baru saja membuka pintu, ia hanya melihat Ron yang mengintip kemenangan Harry dari jarak cukup jauh.

"Tidak mau mengucapkan selamat?"

"Kurasa tidak perlu," Ron sebenarnya sedikit tersentak karena itu.

"Kau sedikit menyesal karena tidak mempercayai Harry?"

...

"Yah maksudku, kau memang tidak seharusnya percaya rumor begitu saja," Ron merasa tertohok karena perkataan dari [Name], "tetapi kurasa Harry tidak akan marah padamu terlalu lama."

"Begitukah?"

"Tentu saja," [Name] memutar bola matanya, akan berbicara lebih jauh saat suara lengkingan yang kencang membuat keduanya menutup mata dan telinga mereka.

"Bloody hell, itu sangat kencang..."

¹⁵¹⁵¹⁵

"Mom, menitipkan ini."

Draco tampak tidak begitu suka saat mendatangi [Name] yang sedang berbincang dengan teman-teman sesama Gryffindornya di taman saat mereka sedang beristirhat. Sebuah kotak rapi yang dipitakan putih berada disana.

"Apa ini?"

"Entahlah," Draco mengangkat bahunya. Hermione, Parvati, dan juga yang lain ikut penasaran. [Name] tampak ragu membukanya namun pada akhirnya mengangkat tutup box tersebut. Sebuah dress terlipat rapi disana.

"Dress? Untuk apa?"

"Kau lupa? Nanti akan ada Yule Ball, memang kau tidak ada yang mengajakmu?" [Name] menggeleng. Namun ia ingat kalau beberapa murid tampak mencoba menanyakannya sesuatu sebelum mereka mendadak mundur. Ia tidak tahu alasannya.

Sebenarnya alasannya, jika tidak Blaise, Draco yang akan menatap tajam kearah semua murid yang mencoba untuk mendekati [Name] untuk menanyakan apakah ia mau menjadi pasangan dansanya atau tidak.

"Lalu, bagaimana denganmu Mio-"

"Hermy-own," dari bisikan-bisikan para murid perempuan yang semakin berisik, [Name] dan Hermione tampak mendongak. Cukup kaget saat menemukan Viktor Krum ada dihadapan mereka. [Name] menyikut Hermione disampingnya, "apakah kau sudah menemukan pasangan Yule Ball?"

"Hm... belum..."

"Apakah kau ingin pergi... denganku?" Kembali bisikan-bisikan itu terdengar semakin keras, cukup membuat Hermione risih. Ia tampak sedikit bingung, tersenyum kikuk, "kamu tidak perlu menjawab sekarang. Aku akan memberi waktu."

"Ah, baiklah..."

Viktor Krum mundur sambil tersenyum, berbalik dan pergi dari sana dengan banyak murid lain yang mengikuti. Tentu saja setelah itu Hermione yang menjadi pusat perhatian.

"Viktor Krum? Mengajakmu?!"

"Kau akan menerimanya kan?"

"Hanya orang bodoh yang tidak menerimanya Hermione."

"Sayangnya dia orang bodoh yang akan menolak kalau seseorang *uhuk*RonWeasley*uhuk* mengajaknya," [Name] berbicara, mendapatkan sikutan keras dari Hermione, "aw."

"Bagaimana denganmu? Fred sudah mengajakmu?"

"Hm? Ia tidak mengatakan apapun, lagipula kurasa Fred akan mengajak kak Angelina," [Name] mengangkat bahunya. Fred tidak akan mungkin mengajaknya, toh yang disukai Fred kan Angelina, bukan dia.

¹⁵¹⁵¹⁵

Ia menatap kearah tangan yang terulur didepannya. Saat itu sedang latihan dansa di sebuah kelas kosong dengan Professor Mcgonagall yang mengajarkan. Tentu saja pelajaran ini untuk persiapan Yule Ball. Semua orang tampak tidak bersemangat sebelum Neville berdiri dan mengajak Ginny Weasley.

Namun, tangan didepannya.

"Jadi, apakah kau akan mendiamkan tanganku atau tidak?"

Fred yang mengajaknya berdansa.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top