⁵Detention
"Wow, aku dapat hadiah!"
Setelah insidenmu juga Fred, semua orang tampaknya segera bubar dan memutuskan melihat hadiah yang tersedia dekat dengan tempatmu dan Fred duduk. Yang pertama sampai disana adalah Ron yang segera menginformasikan pada Harry jika ia mendapatkan hadiah. Reaksinya membuatmu berpikir jika biasanya Harry tidak mendapatkan hadiah apapun dari keluarganya.
Ia dengan senang mengambil bungkusan pertama yang paling atas. Hadiah yang terbungkus kertas cokelat tebal dan diatasnya ada tulisan Untuk Harry, dari Hagrid. Ada sebuah seruling kayu di dalamnya dan buatannya kasar. Harry terlihat senang, karena siapapun yang melihatnya tentu tahu jika itu buatan Hagrid sendiri.
Ada juga amplop kecil berisi surat pendek.
Kami menerima pesanmu dan terlampur hadiah natalmu. Dari paman Vernon dan Bibi Petunia.
Tertempel di surat itu dengan selotip, berisi sekeping uang logam lima puluh pence.
"Mereka baik," kata Harry membuatmu memutar bola matamu. Hanya hadiah seperti itu dan cukup untuk membuat Harry senang. Ia tidak bisa membayangkan keluarga yang menjadi tempat tinggal Harry selama ini. Ron sepertinya tertarik dengan logam itu, dan tanpa ragu Harry memberikannya.
"Lalu yang ini..."
"Kurasa aku tahu dari siapa," Ron berkata wajahnya agak memerah seraya menunjuk kearah bungkusan yang bentuknya tak beraturan, "ibuku. Aku bilang apdanya kau tidak berharap mendapatkan hadiah dan--oh tidak," dia mengeluh, "dia membuatkanmu rompi Weasley."
Harry sudah merobek bungkusnya dan menemukan sweater rajutan lengan panjang berwarna merah dan juga satu kotak bonbon lunak buatan sendiri.
"Setiap tahun ia membuatkan kami itu," kata Ron seraya membuka bungkusannya sendiri, "dan rompiku juga selalu berwarna merah tua."
"Keluargamu baik sekali Ron," kau bergumam dan tersenyum melihat Harry yang tampak sangat senang dengan hadiah itu. Sepertinya kau tidak sadar jika kau sudah mengatakan hal itu dengan keras, dan baru sadar saat Ron juga Harry menatapmu.
"Bagaimana denganmu [Name]? Kau dapat hadiah?"
"Tentu saja dapat, keluarga Malfoy tidak mendapatkan hadiah?" salah satu murid Gryffindor tampak menghampiri dan menatap kearahmu. Hanya satu yang bertuliskan namamu, dibungkus dengan bungkus berwarna hijau dan pitam perak.
"Hanya ini," kau menunjukkan kotak itu dan tampak mengangkat bahunya. Tidak ada kado dari ayahmu, dan kau tidak memiliki teman sebelum kau ditempatkan di Gryffindor. Kau tahu dari inisial D siapa yang memberikanmu hadiah itu.
Semuanya tampak terdiam mendengar itu, kau merasa tidak enak karena sebenarnya kau tidak begitu memikirkan apakah mendapatkan hadiah natal dari ayahmu atau tidak. Kau menggeleng, mengibaskan tanganmu didepan dada.
"Aku tidak masalah kok, ah ternyata aku juga mendapatkan hadiah dari Hermione, Parvati, juga Lavender. Jadi, hadiahku tidak hanya satu," kau menunjuk pada beberapa barang disana, boneka beruang berwarna putih dari Hermione, juga dua bungkusan dari Parvati juga Lavender, "ayahku juga mungkin sangat sibuk dengan pekerjaannya. Jadi, tidak akan sempat membeli hadiah."
...
"Ngomong-ngomong," karena gagal untuk mencairkan suasana diantara mereka bertiga, kau mencoba untuk mengalihkan pembicaraan, "kau belum membuka kado terakhirmu Harry!"
Harry menoleh pada sebuah bungkusan yang memang masih rapi dengan inisial namanya di kartu yang ada disana. Ia membukanya, menampakkan jubah berwarna perak berkilauan. Matamu membulat, berjalan mendekat dan meneliti lebih jauh.
"Wow, aku tidak percaya ini," kau menyentuh jubah yang terasa seperti memegang air, "ini invicible cloak, salah satu dari tiga benda dari Deathly Hallow..."
"Apa itu?" oh, kau baru menyadari Harry memang tidak mengetahui apapun tentang dunia sihir sebelum ia pergi ke Hogwarts. Kau berdehem, menjelaskan tentang Deathly Hallow, kisah tiga saudara yang melewati sebuah jembatan dan bertemu dengan kematian. Mendapatkan tiga buah benda sihir ajaib dan salah satunya adalah jubah yang ada di tangan Harry saat ini.
"Kau seperti Hermione kedua, [Name]."
"Hermione lebih pintar, aku butuh waktu cukup lama untuk mempelajari itu dan Hermione tahu saat ia berada di Hogwarts--daripada itu, coba pakai Harry!" kau mengatupkan kedua tanganmu dengan mata berbinar, sangat ingin melihat jubah itu saat dikenakan. Dan benar saja, saat Harry menggunakannya, tubuhnya seolah menghilang menyisakan kepalanya.
"Ada suratnya, jatuh dari jubah itu," Ron memberikan surat itu pada Harry yang segera mengambil dan membacanya. Tertulis dengan huruf ramping berliuk yang belum pernah dilihat oleh mereka.
Ayahmu menitipkannya padaku sebelum dia meninggal.
S
udah waktunya ini dikembalikan padamu,
Gunakan dengan baik.
Selamat Hari Natal yang menyenangkan untukmu.
"Tidak ada nama pengirimnya," Harry memeriksa surat itu, dan kau memeriksa amplopnya. Memang, tidak ada satupun nama yang tertulis disana. Kau masih merasa kagum dengan jubah itu, begitu juga dengan Harry dan Ron tanpa menyadari seseorang berjalan mendekati kalian.
"HEI!" kau melompat kaget dua tangan memegang masing-masing bahumu. Kau menoleh dan menemukan Fred juga George yang memberikan cengirannya, tampak senang karena sudah mengagetkanmu.
"Berhentilah membuatku kaget! Aku bersumpah kalian yang akan membunuhku," kau tampak menatap mereka tajam, dan mereka berdua hanya tertawa karena itu sebelum mereka kabur dan kau mengejar mereka.
"Jangan marah-marah, wajah manismu jadi jelek kalau kau sedang marah," Fred mengedipkan matanya kearahmu, kau berhenti mengejar mereka, dan wajahmu saat itu merah padam. Fred dan George semakin terbahak melihat wajahmu.
"Berhenti menggodaku bodoh!"
⁵⁵⁵
Natal yang menyenangkan, kau bahkan tidak begitu memikirkan lagi bagaimana kau tidak bisa pulang dan bertemu dengan kedua orang tuamu. Walaupun Fred dan George menyebalkan, membuatmu kembali terjebak dengan permen yang membuat hidungmu merah dan bulat seperti badut--hingga mereka memanggilmu Rudolph sepanjang hari.
Baru beberapa hari lagi Hermione akan pulang begitu juga dengan Lavender juga Parvati. Kau tidak sabar, karena tidak sempat untuk memberi mereka hadiah natal. Kau sudah menyiapkan hadiah untuk mereka, seperti kau menyiapkan hadiah untuk Harry, Ron, dan juga Fred serta George.
Kau mengenakan kaus kaki yang diberi oleh Lavender sebagai hadiah natalmu bersama dengan syal berwarna abu-abu. Kali ini kau tidak bisa tidur bukan karena kau merasa kesepian namun karena tidak sabar menunggu hari esok.
BUGH
"Aw," kau yakin kau menabrak sesuatu saat berada di ruang rekreasi, namun menemukan tidak ada apapun atau siapapun yang menabrakmu hingga hidungmu berdenyut. Namun, beberapa saat kemudian tampak Harry menyibakkan sesuatu dan membuat sosoknya tampak nyata didepanmu.
"Kau tidak apa [Name]? Maaf, aku tidak sengaja."
Kau masih memegang hidungmu, namun kau tampak lebih tertarik dengan kenyataan Harry mendadak muncul didepannya. Ia melihat jubah menghilang ditangan Harry, dan kau segera menarik kesimpulan.
"Harry, kau ingin pergi keluar dengan jubah itu?" Matamu berbinar, menunggu Harry memakainya seolah mengatakan Andai aku juga bisa memakainya. Harry melihatmu, ia tampak dilema ingin memakainya atau tidak sebelum akhirnya menghela napas dan menatap kearahmu.
"Kau ingin ikut?"
"Bolehkah? Memang kau ingin kemana?"
⁵⁵⁵
"Kau mencari informasi tentang Nicholas Flammel? Memang ada apa dengannya?"
Kau dan Harry berbisik sambil berjalan di tengah lorong gelap bangunan Hogwarts. Kau tampak masih kagum dengan apa yang bisa dilakukan oleh jubah menghilang itu. Meskipun tidak tampak transparant, selain bisa membuat kalian menghilang, ternyata kalian masih bisa melihat bagian luar dari dalam.
"Ada... sesuatu," kau melihat Harry yang tidak begitu nyaman untuk mengatakan padamu.
"Tidak perlu kau katakan, tetapi aku akan membantumu," jawabmu. Kau bukan orang yang pemaksa. Toh, kau juga punya rahasia yang tidak ingin bahkan saudara juga orang tuamu tahu. Jadi, kau lebih memilih untuk tidak memaksa Harry mengatakannya. Suara derik pintu berkarat terdengar saat Harry membuka sesi buku terlarang di perpustakaan, "tetapi kenapa harus pergi ke bagian buku terlarang?"
"Karena kami tidak menemukan nama itu di rak buku biasa."
"Hermione juga sudah membantu?" Harry menyibakkan jubah menghilang, saat kalian sudah sampai di bagian buku terlarang. Harry menatapmu dengan dahi berkerut, "bukan apa, tetapi aku tidak begitu percaya kau dan Ron mau membaca buku sebanyak itu."
"Hermione juga membantu," Harry tidak bisa mengelak, dan Hermione yang paling banyak mencari buku di perpustakaan karena Harry harus berlatih Quidditch dan Ron merasa mual beberapa saat setelah membaca buku selama 5 menit lamanya.
"Aku yakin pernah mendengar nama itu. Jadi aku sedikit ragu dengan buku tentangnya berada di bagian buku terlarang," kau menggunakan lumos dari ujung tongkatmu dan berpencar dengan Harry untuk mencari buku tentang Nicholas Flammel.
Semua buku yang kau lewati tidak banyak membantu. Huruf emasnya sudah mengelupas membentuk kata dalam bahasa yang tidak bisa dipahami. Beberapa bahkan sudah tidak ada sampul dan juga judulnya. Yang paling parah tampak satu buku bernoda gelap yang lebih mirip ternodai oleh darah.
Kau mengusap leher belakangmu, mendadak merasa horror seolah ada yang berbisik diantara buku-buku itu jika kalian tidak seharusnya berada disana.
"Harry, kurasa ini bukan ide yang bagus..."
Kau sedikit berbisik, namun jawaban dari Harry hanyalah suara jeritan melengking yang membuatmu membulatkan matamu. Kau segera berlari dan melihat Harry baru menutup sebuah buku. Lampu yang dibawanya juga tampak jatuh karena Harry panik.
"Harry apa yang--" Harry menarikmu, menyelimuti kembali tubuh kalian berdua dengan jubah menghilang. Ia menutup mulutmu dengan sebelah tangannya, saat langkah kaki tergesa terdengar. Harry berbisik untuk berlari, kau segera mempercepat langkahmu sambil tetap ditutup mulutmu oleh Harry meski kau yakin kau tidak akan berteriak saat itu.
Kalian berpapasan dengan Flitch yang baru saja membuka pintu dan masuk kedalam sesi buku terlarang. Mata Flitch yang pucat dan lebar memandang menembus mereka. Beruntung kalian mendapatkan celah dan segera meninggalkan Flitch.
⁵⁵⁵
"'a'ry," Harry tampak kesulitan untuk bernapas karena Harry masih mendekap mulutnya. Menyadari apa yang ia lakukan, Harry segera melepaskan bungkamannya dan kau menarik napas banyak-banyak.
"Maaf..."
"Tidak apa," kau menggeleng dan hendak berjalan saat kali ini kau yang menghentikan Harry. Kau melihat dua orang di dekat kalian, dan Harry juga kau memicingkan mata kalian menemukan Quirell juga Snape disana. Snape tampak memojokkan Quirell dan menatapnya tajam.
"S-Severus aku..."
"Kau tidak akan mau aku menjadi musuhmu, Quirell," suara Severus sangat rendah dan mengancam, "dan jangan katakan kau tidak tahu apa yang kumaksud. Kau sangat mengetahui persis apa maksudku."
Snape menoleh kearah kalian yang seharusnya tidak terlihat, kau dan Harry segera menutup mulut kalian seolah takut bahkan napas kalian akan terasa oleh Snape. Snape memiliki insting yang sangat bagus. Jika kalian tidak segera mundur, mungkin Snape bisa saja menyibakkan jubah menghilang yang kalian kenakan.
Snape akan mengancam Quirell lagi saat Flitch datang, membawakan lampu yang dibawa dan terjatuh oleh Harry tadi. Mengatakan ada murid yang menyelinap di sesi buku terlarang. Saat Snape juga Quirell dan Flitch menuju ke bagian perpustakaan terlarang, kau dan Harry memutuskan untuk bergerak dan menuju ke salah satu ruangan yang ada didekat sana.
⁵⁵⁵
"[Name], aku melihat ayah dan ibuku! Kau harus melihatnya," kau masih berkeliling ruangan yang menjadi lokasi akhirmu dan Harry untuk bersembunyi. Hanya seperti ruang penyimpanan dengan sebuah cermin tua. Harry menarik tanganmu, menghadap pada cermin besar itu dengan tulisan yang aneh.
"Erised stra ehru oyt ube cafru oyt pada wohsi."
Kau memiringkan kepalamu, mencoba untuk mencari cara membaca tulisan tak bermakna itu.
"Lihat, kau lihat ibuku berdiri disampingmu, dan ayahmu berdiri disampingku," kau hampir lupa Harry menarikmu untuk melihat keluarganya. Tetapi, bukankah kedua orang tua Harry sudah meninggal? Kau melihat kearah cermin itu, namun yang kau lihat bukanlah ayah juga ibu Harry.
"Harry, aku melihat ayahku dan ibuku, juga Draco..."
"Tidak, wanita berambut cokelat yang ada disampingmu adalah ibuku, dan ayahku adalah yang berkacamata itu," kau mengerutkan dahimu. Kau benar-benar tidak melihat dua orang yang dimaksud oleh Harry. Yang kau lihat hanyalah ibumu Narcissa, ayahmu Lucius, juga saudaramu Draco.
Lucius tampak tersenyum bangga padamu, ia tampak sangat senang. Kalian tampak seperti keluarga... normal.
"Harry, aku tidak akan salah melihat kedua orang tuaku disana. Tetapi aku yakin cermin ini aneh karena tidak ada orang tuamu juga orang tuaku," bukannya mendengarmu, Harry tampak berjalan mendekat dan menekan permukaan kaca tersebut seolah ia ingin sekali masuk dan menemui kedua orang tuanya.
"Harry," kau sedikit cemas, Harry bisa saja tidak ingin berpaling dari cermin itu sedikitpun. Kau menarik pelan tangan Harry, membuatnya tersentak dan menatap kearahmu, "ayo kita pergi. Cermin itu aneh..."
⁵⁵⁵
"Ups, maafkan aku~"
Saus kacang dari pie yang dimakan oleh Pansy tampak jatuh dan mengotori buku perpustakaan yang dipinjam olehmu. Pansy Parkinson, sepertinya menjadi satu-satunya mimpi burukmu saat ia yang terpaksa tinggal di Hogwarts karena ayah dan ibunya sibuk tidak bisa bertemu dengan Draco. Sebenarnya bukan hanya sekali saja Pansy membullymu.
Kau menarik napas dalam-dalam, menghembuskannya dengan kasar. Kau berdiri dari posisimu hampir menjatuhkan kursi panjang tempatmu duduk. Mengambil butterbeer yang ada di sampingmu, dan dengan segera mengangkatnya dan menumpahkan isinya diatas Pansy.
"Ups, maafkan aku."
"Beraninya kau!" kelompok murid yang berada disana tampak menoleh kearah mereka, kau tampak mengangkat kedua bahumu dan meletakkan gelas butterbeer yang kosong di meja. Kau melihat Pansy yang tampak jijik karena rambut dan tubuhnya lengket karena butterbeer itu, "lihat apa yang kau perbuat dengan rambutku!"
"Lihat apa yang kau perbuat dengan buku yang kubaca," katakan kau aneh, namun kau sangat menjaga buku-buku baik milikmu ataupun milik orang lain. Kau mungkin bisa menahan diri jika Pansy hanya mengotorimu, namun saat ia sudah merusak buku yang kau baca hingga kau tidak bisa membacanya, ia sudah memutus urat kesabaranmu.
Kau berjalan mendekat dengan langkah tegas hingga Pansy sedikit takut dan mundur ke belakang.
"Jangan hanya karena kau tidak bisa melihat Draco, kau melampiaskan semuanya padaku. Memang salahku ia tidak ada disini? Dan kalau kau sampai merusak bukuku sedikit saja lagi, kurasa kau akan bangun dengan rambutmu yang sudah tercukur habis Pansy Parkinson," kau menusuk-nusuk bahunya dengan telunjukmu saat mengatakan itu, Pansy bahkan tidak sempat mengatakan apapun saat itu dan hanya terdiam.
Melihat Pansy tidak akan mengatakan apapun, kau segera berbalik meninggalkan Pansy seraya mengambil buku yang ada di belakangmu, menutupnya begitu saja. Kau berjalan tergesa, menuju kearah perpustakaan untuk meminta maaf pada Madam Pince tentang buku yang kau pinjam sekarang.
"Lihat, perempuan itu sudah gila!"
Kau bisa mendengar Pansy berteriak mencak-mencak. Sementara Ron juga Harry dan Fred juga George melihat kearahmu dengan tatapan kaget. Kau yang biasa pendiam dan juga sedikit pemalu bisa bersikap seperti saat itu.
"Wicked," kedua kembar Weasley bergumam sambil menatap kagum kearahmu.
⁵⁵⁵
"Saya meminjamkan buku padamu sejak awal tahun ajaran karena saya rasa kau bisa menjaganya dengan baik Miss Malfoy," kau menunduk dan memberikan buku yang ada di tanganmu pada Madam Pince penjaga perpustakaan Hogwarts. Memang, kau yang sering berada di perpustakaan diperbolehkan oleh Madam Pince untuk membawa ke asrama buku yang belum selesai kau baca atau yang hendak kau baca.
"Maafkan saya Madam Pince, aku tidak sengaja."
"Kau sangat berhati-hati bahkan saat sedang membacanya disini. Kenapa saus kacang ini bisa memenuhi satu halaman buku seperti ini?" Kau membuka mulut ingin sekali mengatakan jika Pansy yang melakukannya. Tetapi ia yakin jika Pansy akan mengadu pada Draco dan memutarbalikkan fakta.
Kau tidak yakin Draco akan percaya padamu jika kau mengatakan Pansy yang melakukannya.
"Kurasa ini karena leluconku kali ini keterlaluan Madam Pince," kau dan Madam Pince menoleh dan menemukan Fred yang tampak mengangkat tangannya dan tertawa, "aku tidak melihat [Name] sedang membaca, dan leluconku kali ini sebut saja... melibatkan saus kacang pai pagi ini."
"Bukan--"
"Sudahlah [Name], kau tidak perlu membelaku lagi. Ini semua salahku juga."
"Tetapi bukan--mpph!" Fred menutup mulutmu dan melihat kearah Madam Pince.
"Jangan terlalu menyalahkan [Name] Madam Pince, ia hanya ingin supaya aku tidak dihukum saja," Madam Pince masih menoleh curiga padamu yang mencoba untuk mengatakan bukan Fred yang melakukannya. Namun, kemudian ia menghela napas dan menatap kearah kalian berdua.
"Kalau begitu hukumannya dibagi dua saja, Miss Malfoy juga Mr. Weasley kalian harus membersihkan buku di perpustakaan selama 2 minggu. Dan tidak ada lagi protes atau melindungi teman," Madam Pince tampak memperingati, ia berbalik dan meninggalkanmu dan juga Fred begitu saja.
"Fred, apa-apaan--" kau berbalik saat menyadari tangan Fred yang menutupi mulutmu melonggar. Fred tampak menatap kearahmu, dengan cengiran khasnya dan ia mengangkat kedua tangannya disamping kepalanya, "--kau bahkan tidak terlibat sedikitpun dengan masalah ini."
"Tetapi yang terlibat saja tidak kau beritahu, kalau sampai kau tidak mengatakannya kau bisa dihukum sendirian," jawab Fred tampak menatapmu yang terdiam selama beberapa saat dan memalingkan wajahmu, "kenapa kau tidak mengatakan jika yang melakukannya adalah gadis berwajah sapi itu?"
Kau berusaha menahan tawamu saat Fred mengatakan wajah sapi itu. Kau terlanjur membayangkan wajah Pansy dan memang kenyataannya sama seperti yang dikatakan oleh Fred.
"Ia akan mengadu pada Draco..."
"Kau tidak mengatakan pada Draco jika gadis itu yang salah."
"Apakah menurutmu ia akan percaya?" Fred terdiam menatap kearahmu yang mengusap lenganmu. Memang, kau tidak pernah melibatkan masalahmu pada Draco karena kau menganggap Draco tidak akan mempercayaimu begitu saja.
"Aku tidak tahu bagaimana perlakuan saudaramu padamu, namun jika kau menganggap ia adalah saudara yang baik, maka kau akan tahu ia mempercayaimu," kau terdiam menatap Fred yang untuk kali pertama berbicara dengan nada serius. Kau memikirkan kembali, Draco tidak pernah berkelakuan buruk padamu maupun mengejekmu.
Ia adalah saudara terbaik yang bisa kau dapatkan.
"Apakah kau yakin?"
"Aku punya saudara menyebalkan seperti Percy, tetapi ia tetap terkadang menjadi kakak yang terbaik," jawab Fred sambil menarik senyuman selebar mungkin. Kau terdiam, pada akhirnya mengangguk berjanji akan mengatakan apapun yang menjadi masalahmu pada Draco.
"Tetapi untuk hukuman kali ini, aku tetap akan ikut~"
"Fred, aku bisa melakukannya sendiri."
"Tetapi aku mau, lagipula bersama denganmu itu menyenangkan [Name]. Jadi, aku akan sedikit memaksa," kau diam mendengar perkataan Fred kembali yang selalu sukses untuk membuat wajahmu memanas.
⁵⁵⁵
Mimpi buruk kali ini entah kenapa terasa berulang-ulang.
Kau melihat sebuah ruangan yang tampak seperti labirin. Hari pertama kau bermimpi, kau memimpikan sebuah ruangan seperti sebuah catur raksasa. Disana Ron tampak bermain, dan ia terjatuh hingga terluka parah. Lalu, hari kedua kau memimpikan sebuah ruangan yang dikelilingi oleh obor api.
Kau juga melihat cermin yang sama yang memantulkan orang tuamu juga Harry saat kalian berada di pelarian malam itu. Kau bisa melihat Harry disana, tergeletak dengan sebuah batu merah di tangannya.
Tidak bergerak.
⁵⁵⁵
"Berhentilah mencari batu bertuah itu Harry!"
Kau berjalan mengikuti Harry, Ron, juga Hermione yang tampaknya masih mencari tentang batu bertuah. Batu yang diciptakan oleh Nicholas Flammel. Harry tampak menatapmu aneh, tidak mengerti kenapa tiba-tiba kau menyuruhnya untuk berhenti mencari batu bertuah.
"Kau lihat sendiri jika Professor Mcgonagall mengatakan batu itu aman. Kau tidak perlu lagi mencemaskan tentang itu," kau masih menatap kearah Harry, Ron, juga Hermione yang tampak menatapmu heran, "kumohon berjanjilah padaku..."
...
"Baiklah [Name]," kau tersenyum, meskipun kau masih ragu Harry akan benar-benar menjauh dari masalah itu, namun setidaknya kau sudah memperingatkannya.
"Dan... berhati-hatilah pada Professor Quirell..."
Karena kau ingat melihat sekelibat sorban yang familiar dipakai oleh tidak lain tidak bukan adalah Professor Quirell.
⁵⁵⁵
"Oh lihat Freddie, buku tentang lelucon yang ditulis pemilik Zonko. Aku baru melihatnya."
"Seharusnya kau melihat yang ini George, ini adalah catatan tentang lelucon yang terbaik yang pernah kulihat."
Kau sedang menggunakan kemocengmu yang bergerak dengan sihir Wingardium Leviosamu. Selama 3 hari ini, kau mengira jika Fred akan membantu dengan hukuman membereskan perpustakaan dari Madam Pince. Namun kenyataannya selain ia selalu datang bersama dengan George, ia sama sekali tidak membantu.
Ia malah menambah pekerjaanmu dengan sangat ribut disana membuat Madam Pince menatap mereka tajam. Kau meminta maaf pada Madam Pince beberapa kali sambil memberikan peringatan pada Fred dan George untuk diam. Tidak dihiraukan sebenarnya.
Kau menghela napas setelah beberapa saat, namun perhatianmu teralihkan begitu saja dari kemoceng yang bergerak karena sihir pada buku yang ada di bagian bawah rak. Kau belum pernah membaca buku itu, dan akan mengambilnya. Tidak menyadari beberapa orang yang bermain disana tampak menyenggol bagian rak yang ada dihadapanmu, hingga bergoyang dan beberapa buku tampak bergerak jatuh dari raknya.
"[Name]!"
"Huh?" kau menoleh kearah atas, dan segera menggerakkan tubuhmu mundur agar tidak mengenai tumpukan buku yang jatuh. Fred malah berlari dan sekarang berada di posisimu tadi, dan tertimpa oleh tumpukan buku itu. Sepertinya tadinya ingin melindungimu, malah kau terlanjur menghindar dari sana.
...
"Fred?" kau mencoba mengecek Fred yang tergeletak di lantai dan tertimbun oleh buku-buku disana, menyodok tubuh Fred dengan tongkatmu, "kau masih hidup?"
"[Name], kenapa kau menghindar?"
"Kenapa--tentu saja kalau aku tidak menghindar aku bisa kena tumpukan buku itu," kau mengerutkan dahimu dan menatap Fred yang bangkit dari tumpukan buku itu dan menatapmu dengan tatapan tidak percaya.
"Tidak akan kena, lagipula aku akan melindungimu."
"Untuk apa dilindungi kalau aku bisa melakukannya sendiri," kau malah merasa aneh dengan Fred dan tampak mengulurkan tanganmu membantu Fred untuk berdiri. Fred menepuk-nepuk badannya, kau melihat sekeliling sepertinya perpustakaan menjadi ramai karena insiden itu, "kau tidak apa-apa?"
"Tidak apa, buku-bukunya hanya mengenai kepala dan punggungku saja," jawabnya sambil mengaduh, kau tertawa pelan dan menggelengkan kepalamu.
"Miss Malfoy, Mr. Weasley, bukan hanya membuat ribut kalian malah membuat perpustakaan semakin berantakan!" Madam Pince berkacak pinggang dan tampak menoleh kearah kalian berdua, "tidak boleh kembali ke asrama sebelum semua yang jatuh tadi dibenahi!"
"George yang menyenggolnya."
"Saudaramu sudah tidak ada Mr. Weasley, tidak ada alasan lainnya."
Madam Pince kembali ke mejanya dan kau tampak menghela napas sambil melihat tumpukan buku yang cukup banyak. Kau menoleh kearah Fred yang sudah memunguti buku-buku itu dan akan menyusunnya.
"Aku akan menyusun yang sisi ini, dan kau menyusun sisi lainnya."
"Baiklah, itu lebih baik," Fred mengangguk dan kalian mulai membereskannya sebelum matahari tenggelam. Kali ini tidak ada George, Fred menyelesaikannya dengan cukup baik, ia membereskan beberapa tumpukan buku lainnya di sisi kanan sementara kau berada di sisi kiri.
"Kurasa segini cukup," kau menoleh dan akan mengajakmu untuk pergi dari sana, saat ia menemukanmu yang tengah duduk dan tertidur di salah satu sudut meja perpustakaan disana. Ia bahkan tidak sadar jika perpustakaan tampak sepi saat itu. Perlahan, ia menarik kursi dihadapanmu, dan memangku kepalanya dengan sebelah tangan.
"Dia tidur," Fred menatap kearahmu, tangannya jahil menyentuhkan telunjuknya pada hidungmu. Kau sedikit menyerengitkan hidungmu seolah gatal karena sentuhan Fred, sebelum kemudian kembali tidur. Fred menahan tawanya, tampak menikmati ekspresimu.
"Sepertinya ia sangat lelah," Fred memutuskan untuk melihat wajah tidurmu, tanpa ada keinginan untuk membangunkanmu sama sekali.
⁵⁵⁵
Matamu terpejam dalam kegelapan tanpa ada mimpi satupun. Semuanya tampak tenang, dan kau berharap setiap tidurmu akan ditemani oleh kegelapan ini saja. Kau tidak ingin sebuah mimpi buruk yang selalu menjadi kenyataan. Entah sejak kapan kau sudah tertidur, namun kau memutuskan untuk tetap terpejam selama beberapa saat.
Kau mengerjap, posisimu dalam keadaan duduk dan lenganmu yang terlipat menjadi bantal. Kau ingat, pekerjaan di bagianmu sudah selesai, dan kau hanya ingin beristirahat sejenak sambil menunggu Fred. Ya, tetapi sekarang kau menemukan suasana perpustakaan yang remang juga sepi.
Terlalu sepi.
...
Kau mengucek matamu, bangkit dari posisimu menjadi duduk dan menemukan Fred yang masih memperhatikanmu seolah tidak pernah berkedip. Kalian saling bertatapan, Fred menatapmu dengan senyuman biasanya, dan kau dengan tatapan datar sedikit kaget.
"Fred?"
"Hm?"
"Ini sudah malam?"
"Aku tahu."
"Sejak kapan kau berada disana?"
"Dua jam yang lalu," Fred tersenyum dan menjawab begitu saja seolah itu bukanlah hal yang aneh. Kau membulatkan matamu dan menatapnya dengan tatapan tidak percaya, "kau terlihat lelah sih."
"Kau melihatku tidur daritadi?" Fred tersenyum dan mengangguk, "ke-kenapa kau tidak membangunkanku?!"
"Melihat ekspresi tidurmu membuatku tidak merasa bosan," kembali kau membatu tidak bisa mengatakan apapun saat Fred mengatakan sesuatu tentangmu, "wajahmu lucu saat kau mengigau dan sedikit mendengkur."
"Aaaah berhenti, membayangkannya saja sudah memalukan!"
"Tidak," Fred tampak menggeleng tidak setuju, "kau sangat manis."
⁵⁵⁵
A/N : yak bablas 3000 kata sip. :")
Makasih banget banget banget buat vote sama commentnya. Maaf kalau tidak sesuai ekspektasi kalian semua.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top