⁸Boggart
Sejujurnya Fred tidak begitu mengharapkan sebuah reaksi terang-terangan darimu yang memang biasa susah sekali menunjukkan ekspresinya. Ia hanya suka menjahilimu, dan saat ia melepaskan kecupan di pipimu, ia memandangi wajahmu. Ia tidak pernah menyangka ekspresi yang kau berikan saat itu.
Wajahmu merah padam, matamu membulat memandanginya dengan tatapan sama terkejutnya dengan pemuda itu saat ini.
"Kau harus tahu batas candaanmu Fredric Gideon Weasley!" kau tampak sangat kesal, wajahmu terlalu merah hingga kau lebih memilih untuk melempar salah satu buku yang kau bawa kearah Fred dan berbalik meninggalkan tempat itu dengan langkah yang keras hingga semua orang disana melihatmu dan Fred dengan tatapan bingung.
"Ah, kau sudah keterlaluan tadi Freddie," George sepertinya melihat apa yang kau lakukan dan hanya bisa menggelengkan kepalanya saja. Fred sendiri tampak menatap kembarannya, sebelum akhirnya menggaruk leher belakangnya tampak merasa bersalah, "sebaiknya kau melakukan sesuatu, kurasa tidak akan ada yang membantumu jika Malfoy melakukan sesuatu padamu saat ini."
Fred menoleh pada Draco yang menatap tajam kearahnya, bahkan sepertinya lebih membunuh daripada mantra kutukan. Sepertinya untuk kali ini, Harry dan yang lainnya menutup mata dan telinga untuk membantunya.
⁸⁸⁸
Kau masih berjalan cepat, mencoba untuk menutupi wajahmu yang panas pada setiap orang yang kau lewati. Kau memikirkan bagaimana bahkan Draco sekalipun terakhir kali mencium wajahmu saat kecil, dan ini pertama kalinya kau dicium oleh seseorang selain saudara kembarmu. Bahkan ayahmu sekalipun.
BRUGH!
"Maaf!" kau terlalu sibuk untuk menunduk, menabrak tubuh seseorang yang segera menangkap kedua bahumu karena kau hendak terjatuh, "aku tidak sengaja."
"Tidak, kau tidak apa-apa--[Name]?"
"Ah," kau menoleh dan menemukan Cedric tampak masih memegang kedua bahumu dengan erat, "kak Cedric, maafkan aku!" Cedric menggelengkan kepalanya, hanya tertawa karena sesuatu yang tidak kau mengerti, "kenapa?"
"Ini kali kedua kau menabrakku, ceroboh sekali."
"A-aku hanya tidak sengaja," Cedric tertawa, kau hanya bisa mengerang pelan dan memalingkan wajahmu kearah sampingnya. Kau temukan gadis berparas asia yang tampak tersenyum padamu dan berdiri disamping Cedric. Gadis yang cantik, "uhm..."
Cedric menunduk dan tampak membisikkan sesuatu didepan telingamu.
"Kau tahu gadis yang kuceritakan saat di Diagon Alley bukan," ya, entah kenapa perbincanganmu dan Cedric di Diagon Alley malah sangat lancar hingga Cedric menceritakan tentang gadis yang ia sukai, "ia orangnya."
"Ah, kak Cho bukan?"
"Kau [Name]? Cedric menceritakanmu saat tahun ajaran baru dimulai," Cho tertawa pelan, kau jadi curiga apa yang diceritakan oleh Cedric tentangmu, terutama saat Cedric memalingkan wajahnya ketika kau menatapnya kembali, "ada apa dengan tanganmu?"
Sepertinya Cedric juga baru menyadarinya, ia menoleh pada tanganmu yang di gips.
"Hanya kecelakaan saat pelajaran Hagrid. Tetapi tidak parah," jawabmu sambil mengangkat tanganmu, sedikit meringis pelan.
"Jangan banyak bergerak, lihat perbanmu jadi lepas," Cho akan membantu memperbaiki perban itu, namun beberapa temannya tampak memanggilnya karena kelas mereka selanjutnya adalah kelas ramuan, "ah, Cedric kau bisa membantunya? Aku harus mengejar kelas selanjutnya."
"Tentu saja, hati-hati."
Cho mengangguk dan tampak berbalik pergi menghampiri teman-temannya. Cedric sendiri memastikan Cho pergi, sebelum menoleh padamu.
"Ayo, aku akan membenahi perbanmu."
"Uh, tidak apa. Lagipula sebentar lagi kelas kakak akan dimulai kan?"
"Tidak masalah, hanya kelas ramalan, Professor Trelawney tidak akan keberatan aku sedikit terlambat," Cedric mendorong pelan punggungmu, agar mereka bisa duduk di salah satu bangku yang ada di dekat sana. Cedric mengulurkan tangannya agar kau membalas ulurannya. Kau membalasnya, tampak membiarkan Cedric membuka perban yang ada di tangannya agar bisa dibenahi.
"Kecelakaan?"
"Ya, Draco mencoba untuk mengganggu Hippogriffin. Aku hanya terkena sedikit cakarannya," Cedric meringis mendengar hal itu.
"Beruntung tanganmu tidak terkoyak sepenuhnya."
"Aku tidak akan berjalan-jalan saat ini jika tanganku sampai terkoyak," kau tertawa, Cedric menoleh dan menghentikan kegiatannya, "kenapa?"
"Sudah lebih tenang?"
Kau sedikit tidak mengerti, namun kemudian bergumam ah pelan saat kau tahu yang dimaksud oleh Cedric adalah bagaimana gadis itu sepertinya terlihat sangat gugup dan kesal ketika menabrak Cedric.
"Apakah wajahku benar-benar menunjukkannya?"
"Tidak juga, tetapi kurasa karena manismu sedikit berkurang saat kau marah," Cedric tertawa, sungguh entah kenapa sangat mudah dan juga menyenangkan untuk menjahilimu. Kau mengerang kesal, kembali teringat dengan apa yang dilakukan oleh Fred.
"Aku akan mengatakan pada kak Cho jika kakak menggodaku," kau mengancam dengan nada main-main.
"Jangan, kumohon."
⁸⁸⁸
Fred mencari keberadaanmu setelah kejadian di aula. Karena banyaknya orang saat makan siang kala itu, ia kehilangan keberadaanmu meski ia hanya kurang dari 5 menit keluar dari aula mencarimu. Ia mencarimu tentu bukan karena Draco akan membunuhnya jika tidak melakukan sesuatu, tetapi ia cukup merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan.
"Aku benar-benar akan mengatakannya."
Suaramu membuat Fred menoleh mencari sumber suara itu. Namun, saat ia melihatmu--kau sedang bersama dengan Cedric yang dari posisinya tengah memegang tanganmu. Tawanya bersahut dengan dengusan pelan darimu, kalian terlihat sangat senang berbincang satu sama lainnya.
"Ia akan benar-benar menganggapku play--" Cedric sedang menggulung perban di tanganmu saat tangannya ditahan oleh seseorang. Kalian berdua menoleh, dan Fred tampak berada disana menahan tangan Cedric yang sedang mengobati tanganmu, "--hei?"
"Apa yang kau lakukan disini?" kau memandang kesal kearah Fred yang masih mencerna apa yang terjadi diantara kalian.
"Hei, aku--"
"Aw," kau meringis saat Fred yang memegang tangan Cedric membuat Cedric menekan lebih kuat luka yang ada di tanganmu. Fred segera sadar apa yang dilakukan oleh Cedric, tampak melepaskannya, "apa yang sedang kau lakukan disini Fred?"
"Mencarimu, aku ingin meminta maaf."
"Kumaafkan, tetapi aku masih kesal," jawabmu sambil menatap kearah Fred dengan wajah kesalmu. Fred menggaruk dagunya dan tampak tertawa canggung, "jangan bercanda dengan sesuatu seperti itu."
Cedric menoleh kearah kalian berdua yang tampak berbicara dengan suasana canggung.
"Hei Cedric, apa yang kau lakukan. Kelas sudah akan dimulai--" beruntung teman-temannya dari Hufflepuff mengajaknya untuk menuju ke kelas ramalan bersama-sama. Ia menoleh padamu dan juga Fred, kemudian memberikan perban cadangan yang memang tadi disiapkan jika perban yang kau kenakan lepas--Madam Pomfey yang memberikannya padamu.
"Baiklah, aku harus pergi ke kelas selanjutnya. Silahkan lanjutkan," Cedric tersenyum tanpa rasa bersalah dan segera pergi dari sana meninggalkanmu dan juga Fred.
"Kak--" kau yakin Cedric masih bisa mendengar teriakanmu, namun ia terlihat berpura-pura tidak mendengarnya. Fred dan kau tampak duduk di kursi itu dengan canggung, "--aku bisa..."
"Kemarikan tanganmu," Fred tersenyum dan mengulurkan tangannya menunggu uluran tanganmu. Kau sendiri tampak sedikit ragu, jantungmu masih tidak tenang, bahkan wajahmu saat ini tampak merah, tidak tampak hanya karena kau menundukkan kepalamu. Namun, kau segera mengulurkan tanganmu pada Fred yang menyentuh tanganmu dengan hati-hati.
...
"Aku benar-benar meminta maaf," kau hanya bergumam mengiyakan, kau tahu Fred benar-benar merasa bersalah, "mungkin karena aku merasa kau sama seperti Ginny adikku, aku jadi terlalu nyaman denganmu dan menciummu tanpa sebab."
Fred tertawa, kau menghela napas. Kala itu tidak menyadari ada rasa kecewa yang muncul begitu saja di dalam hatimu entah kenapa. Tidak ada lagi yang mengatakan apapun juga, Fred melakukannya dengan cekatan hingga kau tidak sadar jika perban di tanganmu sudah rapi kali ini.
"Kau pintar melakukannya."
"Ron dan juga Ginny sangat suka berlari-lari hingga sangat sering mereka terluka. Jadi, aku sering melakukan ini karena ibuku sudah cukup repot dengan mereka," Fred tersenyum melihat dengan puas hasil karyanya juga karena pujianmu. Sudah selesai dengan perban, ia menyentuh tanganmu yang luka dengan kedua tangannya dan mengecup punggung tanganmu.
"Tidak kalah dengan mantra penyembuh, ini hanya doa agar kau cepat sembuh."
Kau tidak bisa protes setelah mendengar itu, Fred selalu bisa membuatmu kehilangan kata-kata seperti saat ini.
⁸⁸⁸
"Menarik bukan?"
Pelajaran selanjutnya adalah Pertahanan Ilmu Hitam. Guru baru, Professor Lupin tampak menjelaskan didepan sebuah lemari cermin yang ada dihadapan kalian, "apakah ada yang ingin menebak apa yang ada di dalamnya?"
"Itu adalah Boggart..."
"Bagus sekali Miss Malfoy," Lupin mengangguk dan tersenyum. Sungguh, dibandingkan dengan guru tahun pertama hingga ketiga, kesan yang diberikan oleh Professor Lupin sangat baik. Ia tampak sangat ramah dengan semua orang, "sekarang, ada yang bisa memberitahuku seperti apa Boggart itu?"
"Tidak ada yang tahu," kau yang berdiri disamping Ron tampak segera menoleh kearah samping kananmu dimana entah sejak kapan tampak Hermione berada disana.
"Kau tahu kapan ia disini?!" Ron bertanya dengan bisikan padamu, kau tampaknya sama kagetnya dan menggeleng cepat.
"Boggart adalah perubah wujud. Ia berbentuk apapun... yang paling ditakutkan oleh orang-orang tertentu," Hermione tidak mempedulikan kebingungan kalian berdua, "itulah yang membuatnya begitu--"
"Sangat menakutkan. Ya," Lupin sepertinya cukup puas dengan jawaban Hermione dan melanjutkannya, "untungnya, ada sebuah mantra yang sangat sederhana untuk menangkis Boggart. Dan itu yang akan kita pelajari hari ini. Ulangi perkataanku. Riddikulus!"
"Riddikulus," kau dan yang lain mengulangi, selain Draco dan yang lain yang tampak berdecak kesal dan bergumam this class is riddiculous. Kau menyenggolnya yang ada disampingmu.
"Mantra saja tidak cukup, kalian harus bisa membayangkan sesuatu yang kalian anggap lucu. Biar kucontohkan," Lupin melihat sekeliling dan tersenyum berjalan kearah Neville, "Neville, maukah kau bergabung denganku? Ayo jangan malu-malu."
Neville tampak diam, namun dengan ragu berjalan ke depan dan mendekati Lupin.
"Katakan padaku apa yang kau takuti," Neville menjawab dengan gumaman yang tidak jelas, "maaf?"
"P-Professor Snape," semua orang tampak tertawa pelan, Lupin tampak memikirkannya dan mengangkat bahunya.
"Siapa yang tidak akan takut jika sikapnya seperti itu? Lalu, jika aku tidak salah kau juga tinggal dengan nenekmu?"
"Ya, tetapi aku juga tidak mau Boggart itu berubah menjadi nenekku," Neville tampak panik sepertinya ia juga cukup takut dan segan pada neneknya.
"Tentu tidak, ia tidak akan begitu juga," Lupin menunjuk pada lemari yang bergerak-gerak itu, "aku ingin kau membayangkan pakaiannya. Hanya pakaiannya, dengan sangat jelas dalam pikiranmu."
Neville mengangguk. Lupin tampak mendekat dan berbisik didepan telinga Neville.
"Aku ingin kau membayangkan Professor Snape dengan pakaian nenekmu."
"H-huh?"
"Kau bisa melakukannya?" Lupin menatap Neville yang masih ragu namun tampak mengangguk pelan. Lupin tersenyum, menepuk punggung Neville memberi semangat sebelum ia berjalan mengarahkan tongkatnya pada lemari.
"Siapkan tongkatmu!"
Dan pintu terbuka, percikan api melesat dari ujung tongkat Lupin dan mengenai kenop pintu. Lemari itu terbuka, berhidung bengkok dan mengancam, Professor Snape melangkah keluar, matanya berkedip pada Neville.
Neville mundur, namun ia melihat Lupin yang menyemangatinya lewat tatapan. Ia mengangkat tongkatnya, mengucapkan tanpa kata-kata. Snape mengejarnya, meraih kedalam jubahnya.
"R-Rididikulus!"
Ada suara seperti retakan cambuk, Snape tersandung, ia memakai gaun yang dimakan ngengat dan ia mengayunkan tas tangan merah besar. Suara tawa segera menggelegar dari seluruh murid, Boggart itu berhenti, bingung, dan Professor Lupin kembali berteriak.
"Parvati, teruskan!"
Parvati berjalan ke depan, wajahnya kaku. Snape mengelilinginya, ada retakan lain dan di tempat dia berdiri ada mumi berlumuran darah dan diperban. Wajah tanpa penglihatannya berpaling ke Parvati dan ia mulai berjalan kearahnya dengan sangat lambat, menyeret kakinya, dengan lengan yang kaku terangkat--
"Riddikulus!"
Perban terurai di kaku mumi itu menjadi terjerat, jatuh menghadap ke depan dan kepalanya berguling.
"Bagus sekali, Seamus!"
Suara retakan kembali, tempat mumi itu berada ada seorang wanita dengan rambut hitam setinggi lantai dan wajah kerangka berwarna hijau--Banshee. Dia membuka mulutnya lebar-lebar dan suara yang tidak wajar memenuhi ruangan, jeritan panjang dan meraung yang membuat rambut di kepala murid-murid berdiri tegak.
"Riddikulus!"
Banshee membuat suara serak dan mencengkram tenggorokannya; suaranya hilang. Retak. Bahshee berubah menjadi tikus, yang mengejar ekornya membentuk lingkaran. Lalu Retak menjadi ular berbisa yang merayap dan menggeliat. Retak. menjadi bola mata tunggal yang berdarah.
"Riddikulus!" Dean meneriakkan mantra dan tampak bola mata itu menjadi tangan yang terputus, terbalik dan mulai merayap di lantai seperti kepiting yang terjebak dalam jebakan tikus.
"Luar biasa! Ron, selanjutnya!" Ron melompat maju, Retak. Beberapa orang langsung berteriak saat melihat laba-laba raksasa setinggi enam kaki dan ditutupi oleh rambut, mendekati Ron, mengklik penjepitnya dengan mengancam. Untuk sesaat, Harry mengira Ron telah membeku.
"Riddikulus!" kaki laba-laba itu lenyap, itu berguling-guling. Lavender menjerit dan mendekat kearahmu, bersembunyi dari pemandangan yang menurutnya mengerikan itu. Boggart tampak bergerak, kemudian menuju kearahmu yang ada di dekat sana.
Laba-laba itu berputar seolah dilarutkan oleh angin puyuh, lalu dibalik itu tampak sosok yang familiar. Kau membulatkan matamu, melihat kedua orang tuamu juga Draco berdiri berhadapan denganmu. Keringat dingin tampak mengalir, kau mengeratkan tongkat di tangan kirimu, hanya bisa bertatapan dengan mata mereka bertiga yang menunjukkan tatapan dingin dan tidak bersahabat.
"Miss [Name]?"
"Benar-benar tidak berguna."
"Aib bagi keluarga Malfoy."
"R-Ri--" kau tahu kau harus mengangkat tongkatmu, namun kau bahkan tidak bisa bertatapan langsung dengan Boggat ayahmu juga ibumu. Terutama saat kau menoleh pada Draco yang tampak memperhatikannya dengan tatapan jijik.
"Aku bahkan malu menganggapmu sebagai saudara kembarku."
Saat kau menutup matamu, seseorang berdiri didepanmu, menghalangimu dari pemandangan itu. Hanya sekelibat rambut platinum yang kau lihat, lalu tiga orang didepanmu yang berdiri angkuh satu per satu tampak tumbang berlumuran darah. Draco didepanmu tampak berubah menjadi dirimu sendiri yang tidak bergerak dengan pandangan mata yang kosong.
"Riddikulus!" Draco yang meneriakkan itu, tampak mengubah Boggart yang muncul dengan kau yang berpenampilan seperti badut dan wajah penuh make up tebal dan menor. Seolah tidak melihat Boggart sebelumnya, Draco tampak mendengus dan melirik kearahmu dari sudut bahumu, "lihat, itu kau."
"A-aku tidak berpenampilan seperti itu," kau meremas jubah belakang Draco, merasakan tubuh kembaranmu itu sedikit gemetar. Kau mengeratkan peganganmu, dan Boggart menjauhi kalian sebelum pergi ke tempat Harry--berubah menjadi Dementor yang dengan segera dihentikan oleh Lupin.
Berdiri didepan Harry, dan tampak mengubah Boggart itu menjadi sekumpulan awan dengan bulan purnama yang sangat terang. Sebelum Lupin mengangkat tongkat, mengucapkan mantra dan mengubah itu menjadi balon yang terbang kencang menuju ke lemari.
"Baiklah, untuk kelas ini, Lima poin untuk kalian yang berhasil menghadapi Boggart. Tambahan lima poin untuk Mr. Malfoy juga Mr. Longbottom karena Mr. Malfoy menunjukkan keberanian untuk melindungi Miss Malfoy, juga Mr. Longbottom yang melakukan mantra sebanyak dua kali," Lupin mencoba mencairkan suasana yang canggung karena pemandangan Boggartmu juga Harry.
⁸⁸⁸
"Makanlah, ini akan membuatmu tenang."
Kelas usai, Lupin menghampirimu dan memberikanmu sebatang cokelat yang ia belah. Ia berikan sebagian pada Draco yang menghampirimu. Ia tampak mengerut tidak mengerti, ia tidak membutuhkan itu.
"Wajahmu sedikit pucat Mr. Malfoy, cokelat ini akan membantu," meskipun menggerutu kesal, pada akhirnya Draco menerimanya dengan setengah hati dan memakannya. Kau juga membuka plastik cokelat itu setelah berterima kasih pada Lupin.
Saat Lupin mengeluarkan murid lainnya, Draco tampak menatapmu yang terduduk sebelum berjongkok di depanmu dan tampak menunggumu membalas tatapannya.
...
"Kau tahu aku tidak akan berpikir seperti itu padamu," Draco berbicara dengan nada datar tidak ingin terlihat khawatir, namun kau tampak diam, sebelum mengangguk. Meski Draco terlihat dingin padamu dan selalu mengejekmu, ia tidak pernah serius dengan semua perkataan itu.
"Boggartmu..."
"Jangan dipikirkan," Draco kembali berdiri dan tampak membelakangimu. Kau melihat adik kembarmu itu dan berdiri memeluk punggung belakang Draco, "kau dengar aku mengatakan--"
"Aku tidak akan meninggalkanmu."
...
"Aku tahu."
⁸⁸⁸
Suatu malam kau kembali bermimpi...
Harry, Hermione, dan Ron yang berteriak, lalu pohon Shrieking Shack yang ada di bagian paling jauh dari sekolah. Bisa kau lihat disana yang menerangi mereka hanyalah sebuah bulan. Bulan penuh dan terang, purnama yang paling terang yang pernah ia lihat. Dua orang lain berada disana, tampak Professor Lupin yang memandangi bulan itu dengan tatapan kosong, namun segera berganti menjadi sosok serigala yang mengaum kencang memecah keheningan malam itu, juga seseorang yang tampak bergulat dengan serigala itu.
Sirius Black.
⁸⁸⁸
Kau tersentak, membulatkan matamu dan melihat kearah sekeliling. Tidak ada pergerakan pada tubuhmu selama beberapa saat, sebelum akhirnya ia bangun dan tampak mengingat mimpi apa yang barusan kau lihat.
"Apa itu... tadi?"
.
.
Enakan aku bikin Cho jadi Antagonis sifatnya atau ga?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top