¹⁴ Berbalik
Hari itu, malam natal saat usiamu 5 tahun.
Natal pertamamu tanpa Draco dan natal kelimamu tanpa ayah dan ibumu. Atau dengan kata lain kau belum pernah menghabiskan natal bersama dengan kedua orang tuamu. Yah, tidak mengherankan karena ayah dan ibumu selalu ada acara yang mengharuskan mereka datang saat natal atau acara besar lainnya. Namun, biasanya Draco juga tinggal dan ia tidak akan sendirian di manor yang besar itu. Tetapi, tahun ini ayahmu sudah memutuskan. Draco akan ikut pesta natal pertamanya. Hingga akhirnya ini menjadi natal pertama dimana kau menghabiskan waktumu sendirian bersama dengan para kurcaci rumah.
"Miss, apakah Miss mau makan kue natal? Dobby bisa membawakannya."
"Nggak, aku ingin Draco. Dimana Draco?" Dobby tampak sedikit kewalahan. Semenjak Draco pergi sejak pagi dengan kedua orang tua kalian, kau menolak makan sebelum bertemu dengan saudaramu itu.
"Tuan Muda akan kembali sebentar lagi, tetapi Miss harus makan. Miss sudah tidak makan sejak pagi, dan membiarkan jendela terbuka Miss bisa sakit," Dobby tampaknya khawatir denganmu. Kau menghela napas, tampak akan kembali memberikan alasan untuk menunggu Draco karena kau sudah membuat kue natal dengan rasa yang disukai oleh Draco. Namun, mendadak sesuatu dari jendela kamarmu di lantai dua terlempar dan mengenai kepala belakangmu hingga kau mengaduh.
"Hei," suara itu membuatmu melihat kebawah. Kau menemukan anak seusiamu dengan warna kulit hitam yang kontras dengan warna salju yang putih.
"Blaise!"
"Buka pintunya, disini sangat dingin..."
¹⁴¹⁴¹⁴
Sangat sedikit anak seusianya dan Draco yang berkunjung ke manor karena teman ayah dan ibunya banyak yang jauh lebih tua. Salah satu dari sedikit anak seusianya yang ada sering datang adalah putera keluarga Zambini, Blaise Zambini. Ibunya sering sekali mengunjungi Malfoy Manor membawa anaknya. Itulah sebabnya baik kau maupun Draco sangat mengenal Blaise yang pendiam atau lebih tepatnya tidak ingin berurusan dengan hal yang menurutnya tidak penting.
Kalau boleh dibilang, Blaise adalah teman pertamanya. Ia memang lebih banyak berinteraksi dengan Draco, namun Blaise juga sangat memperhatikanmu dengan caranya.
"Ibuku ada acara, jadi aku diturunkan disini," Blaise menepuk salju di pakaian musim dinginnya dan mengulurkan sekotak kue padamu, "ibuku juga menitipkan ini untuk aku makan disini. Bantu aku menghabiskannya..."
Kau menerima kotak kue itu, membukanya dan menemukan kue natal berbentuk seperti batang pohon. Diatasnya tampak toping buah kegemaranmu. Kau yakin Blaise tahu itu adalah buah kegemaranmu dan ia sengaja memilih itu. Seperti yang kau katakan tadi, Blaise punya cara untuk perhatian padamu. Ia akan ingat ulang tahunmu yang selalu disamakan dengan Draco karena kalian kembar, padahal kau lahir pukul 12 malam lebih sedikit, yang artinya kau berjeda sehari dengan Draco.
Ia akan meninggalkan hadiah hari itu untukmu.
"Apa ini?"
"Yule Log. Memang kau tidak pernah melihatnya?" Kau menggeleng, dan melihat hiasan yang ada diatas kue tersebut, "aku tidak akan bisa menghabiskannya sendirian, jadi--hei dengar aku."
Kau malah sibuk dengan hiasan natal diatas kue tersebut yang berwarna hijau.
"Hei-hei aku tahu ini! Ini Mistletoe kan?" Kau mengulurkannya pada Blaise, "bantu aku Blaise, coba kau pegang dan angkat tinggi-tinggi diatas."
Blaise tampak bingung, namun dengan segera menuruti apa yang kau katakan. Ia menaikkan hiasan itu hingga cukup tinggi berada diantara kalian.
"Ini menggelikan. Kenapa aku harus melakukan i--" Blaise tampak terdiam saat kau bergerak dan mengecup pipinya. Matanya membulat membuat hiasan Mistletoe itu jatuh begitu saja karena kaget.
"Mama bilang kalau ada Mistletoe diatas kita, itu artinya kita harus mencium orang yang ada didepan kita. Tapi kata mama, [Name] hanya boleh mencium orang yang sangat [Name] sayangi," kau berbicara dengan nada polos anak berusia 5 tahun, "tapi, aku sangat menyayangi Blaise, jadi tidak apa kan kalau aku mencium Blaise?"
Blaise masih shock. Sungguh, ia bahkan tidak tahu bagaimana harus merespon apa yang dikatakan olehmu. Namun, tangannya hanya menyentuh pipi kanan yang tadi dikecup olehmu. Ia terdiam selama beberapa saat, sebelum mengangguk pelan.
¹⁴¹⁴¹⁴
Setidaknya itu yang Blaise ingat tentangmu. Karena setelah itu ia jarang datang ke rumahmu karena ibunya yang berpindah-pindah. Namun sekarang, ia melihatmu menatapnya dengan tatapan yang berbeda. Tidak ada rasa senang, yang masih ia lihat saat beberapa kali sebenarnya kau menyapanya sejak tahun pertama namun terabaikan.
"Tetapi dad, ini terlalu tiba-tiba."
"Tidak, kau akan secara resmi bertunangan saat menyelesaikan pendidikanmu di Hogwarts," Lucius kembali bertitah. Kau tampak terdiam dan tidak bisa mengatakan apapun lagi, "ini akan jadi satu cara agar kau tidak lagi berdekatan dengan si Weasley itu."
Kau diam, tidak bisa membantah ayahmu. Kau hanya menahan tubuhmu agar tidak bergetar. Sebenarnya, sama sekali tidak ada masalah. Toh, ia tidak sedang menjalin hubungan spesial dengan siapapun dan tidak ada perasaan spesial pada siapapun.
Namun pikiranmu berkata lain. Sekelibat bayangan pemuda berambut ginger itu terlintas.
"Ibu kira kau akan senang dengan berita ini sayang. Dulu, kau selalu bilang ingin menikah dengan Blaise," perkataan ibumu membuatmu malu. Memang benar, Blaise bisa dikatakan bukan hanya teman pertamamu namun juga cinta monyet pertamamu. Kau yang saat itu haus akan kasih sayang dan perhatian menyukai cara Blaise memberikan perhatian padamu. Tetapi itu dulu! Bahkan mendengarnya sekarang saja sudah membuatmu malu sendiri.
"Tidak ada penolakan untuk perjodohan ini."
"Tetapi ayah-" bahkan seberapa kerasnya Draco mencoba untuk mencari alasan, Lucius tidak bergeming. Ia bersikukuh akan menjodohkanmu dengan Blaise mulai sekarang.
Dan itu artinya, kau tidak bisa dan tidak boleh memiliki perasaan spesial pada siapapun juga. Kau harus menghilangkan perasaan dalam hatimu pada siapapun selain Blaise, termasuk pada Fred Weasley.
Kau bisa melakukannya. Yang harus kau lakukan adalah menghindari pemuda itu.
Ya, kau bisa melakukannya.
¹⁴¹⁴¹⁴
Terkadang kau merasa dunia suka sekali mempermainkannya. Saat kau mencoba untuk menghindari seorang Weasley, kau malah langsung mempertemukan kalian lagi. Liburan baru berjalan seminggu saat Draco mengajakmu dan Blaise untuk menonton pertandingan World Cup Quidditch. Tentu saja kau ikut karena kau sendiri tertarik dengan olah raga itu dan bisa saja kau mendapatkan strategi untuk pertandingan tahun ini.
"Sebut saja, jika hujan kau akan merasakannya pertama kali," saat kau akan pergi menuju ke kursi VIP dimana banyak orang kementrian duduk disana, kau malah menemukan keluarga Weasley, Harry, Hermione, bahkan Cedric disana. Kau melihat Cedric tersenyum kearahmu dan memanggil Fred yang sudah terlebih dahulu naik keatas.
"Hei-"
"[Name]," kau hendak menatap Fred saat Blaise merangkul pundakmu dan membuatmu mengalihkan sepenuhnya perhatian pada Blaise, "ayo. Ayah dan saudaramu sudah duluan."
"Ah, baiklah Blaise..."
Kau tidak memandangi Fred yang tampak memperhatikanmu dan Blaise. Senyuman yang terpancar di wajahnya menghilang begitu saja saat melihat bagaimana dekatnya kau dan Blaise terutama tangan yang merangkul pundakmu. Kau tidak ingin Fred melihat orang lain merangkul mesra pundakmu, beruntung kau harus menyusul Draco dan ayahmu.
Pertandingan hari itu sangat seru, namun kau yang awalnya ingin mencoba berkonsentrasi melihat taktik yang digunakan, malah terdistrak oleh pikiran tentang bagaimana perasaan Fred melihatmu dan juga Blaise. Dan yang dipikirkan sekalipun, tampak dari luar seperti biasa menikmati pertandingan, namun ia juga memikirkan kedekatanmu tiba-tiba dengan Blaise Zambini.
Intinya, saat itu kalian berdua sama-sama memikirkan satu sama lainnya.
¹⁴¹⁴¹⁴
Keadaan mendadak kacau saat pertandingan selesai. Kau dan keluargamu baru saja akan pulang saat mendadak ledakan terjadi dimana-mana disertai dengan kebakaran di beberapa titik. Saat sedang mendapati arus manusia yang panik, kau malah terpisah dari Blaise yang terus menggandeng tanganmu untuk membawamu ke tempat yang aman. Kau mencoba untuk tidak panik, mencari tempat aman terdekat sambil melihat keadaan sekeliling mungkin menemukan Draco atau Blaise.
"[NAME]!" namun sepertinya kau malah berhalusinasi. Kau merasa mendengar suara Fred meneriakkan namamu, "[NAME]!"
Kau terkejut, menemukan Fred yang berlari dengan cepat kearahmu.
"Kenapa kau ada di--AH!" hampir saja ledakan itu mengenaimu saat Fred menundukkan kepalamu. Ia masih memegang puncak kepalamu, dan ia melihat sekeliling, "kenapa kau ada disini?"
"Harusnya aku yang menanyakan itu padamu. Kenapa kau tidak pergi ke tempat yang aman?" Suaranya tampak sangat cemas. Kau menggeleng, Fred hanya memperlakukanmu seperti adiknya. Tidak lebih. Ia pasti akan seperti ini pada Ron ataupun Ginny, "menunduk."
Fred malah membawamu lebih menunduk dan mendekapmu dengan sangat erat. Matamu membulat, napasmu tercekat dan sesak. Fred berusaha untuk melindungimu bahkan dari ledakan sekecil apapun dalam dekapannya. Kau merasa jantungmu yang akan meledak saat ini, bukan tubuhmu. Meskipun bau api dan tanah yang meledak, saat ini hanya bau tubuh Fred yang paling memenuhi indera penciumanmu.
"Fred, aku tidak bisa bergerak-"
"Jangan bergerak. Mereka masih ada di dekat sini," tetapi sepertinya bahaya yang kau hadapi bukan hanya dari musuh disekelilingmu. Kau merasa akan terkena serangan jantung kalau jantungmu berdetak lebih kencang dari sekarang. Selama beberapa saat, posisi kalian sama sekali tidak berubah. Fred sama sekaki tidak berkeinginan untuk mengendurkan pelukannya bahkan mempereratnya, meski beberapa kali ledakan hampir mengenai kalian.
¹⁴¹⁴¹⁴
Suasana beberapa saat kemudian semakin tenang. Meski masih ada kebakaran yang disebabkan oleh ledakan, namun tidak ada ledakan yang terdengar dari dekat sana. Namun juga, seperti tadi Fred sama sekali tidak bernat untuk mengendurkan pelukannya.
"Fred, kurasa sudah aman. Bisakah kau-"
"Mereka masih ada, hanya lebih tenang," Fred berbisik, kau melihat dari balik pelukannya memang masih ada beberapa orang yang tampak berjalan dan mencurigakan. Namun, saat kau melihat kearah lain, kau cukup terkejut menemukan seseorang yang kau kenal.
"Harry-" kau hampir berteriak, namun Fred menahanmu. Harry terbangun beberapa saat setelah kau melihatnya tergeletak disana. Fred segera berlari, setelah menyuruhmu untuk tidak bergerak. Dengan cepat, ia segera menarik Harry untuk bersembunyi.
"Morsmorde."
Kalian bertiga melihat bagaimana orang mencurigakan didekat Harry menaikkan tongkatnya dan mengucapkan mantra. Tampak cahaya hijau menyerupai asap membentuk tengkorak yang dikelilingi oleh ular. Kau membulatkan matamu, tahu lambang yang muncul disana begitu juga dengan Fred.
"Sebaiknya kita pergi-"
"HARRY! [NAME]!"
"FRED!"
Terlihat Hermione dan Ron berlari kearah kalian sambil melihat lambang yang ada disana. Harry mengaduh, tampak memegangi luka yang ada di dahi kirinya.
"Kau tidak apa?"
"Mione!" Kau berteriak tertahan, mengeluarkan tongkatmu, "stupefy!"
Seseorang mencoba untuk menyerang kalian. Fred, Harry, dan juga Ron serta Hermione juga segera waspada menghindar dari beberapa serangan yang hendak mengenai kalian.
"Hentikan! HENTIKAN!" Suara itu terdengar familiar. Arthur Weasley muncul diantara kegelapan, "itu putraku! Ron, Fred, Harry, Hermione, [Name] kalian tidak apa?!"
"Mereka ditemukan di tempat kejadian perkara!"
"Kejadian perkara?"
"BARTY! Mereka hanya anak-anak," Arthur menurunkan tongkat yang masih diacungkan pada Harry dari seseorang bernama Barty.
"Perkara apa?"
"Itu adalah tanda kegelapan Harry," kau berbisik dari balik bahunya menatap kearah Harry, "ini tanda Kau-Tahu-Siapa."
"Voldemort?! Orang-orang bertopeng malam ini juga orang-orangnya bukan?" Harry tampak menatap kearah semuanya mencari jawaban dari pertanyaannya. Arthur mengangguk.
"Apakah kau yakin bukan Miss Malfoy yang melakukannya?"
"BARTY! Kau sudah keterlaluan!" Arthur membelamu yang tampak disalahkan.
"[Name] tidak melakukannya," Fred ikut membelamu, "aku tidak pernah melepaskan pelukanku padanya. Jadi, ia tidak mungkin mengeluarkan mantra itu."
Mungkin pertanyaan Fred sama sekali tidak ada maksud membuatmu malu. Namun, pernyataan bahwa ia memelukmu erat di depan semua orang, itu cukup untuk membuat wajahmu merah dan panas. Kalau Fred terus menerus seperti itu, bagaimana bisa kau berkelakuan seperti Fred hanya menganggapmu adiknya?
"Ahem, jadi mereka sudah terbukti tidak bersalah," Arthur cukup kaget melihat puteranya itu membela dan mengatakan hal seperti itu pada yang lainnya. Ia menoleh pada kalian berempat.
"Ikut aku."
"Tadi aku melihat seorang pria," Harry mencoba menghentikan Barty, "disana!"
Harry menunjuk pada arah dimana pria itu yang sepertinya juga kau lihat menghilang. Dengan segera, Barty menyuruh beberapa orang dari kemetrian sihir mengikutinya dan mencoba mencari tahu tentang siapa pria yang dimaksud.
"Kau juga melihatnya?" Kau bertanya, Harry mengangguk.
"Siapa?"
"Aku tak tahu," Harry menggeleng begitu juga denganmu, "aku tidak melihat wajahnya."
¹⁴¹⁴¹⁴
"Kukira kau sudah pergi ke tempat yang aman bersama Blaise. Aku juga panik saat melihat Blaise sendirian [Name]," setelah kejadian itu, kau tidak lagi bertemu dengan keluarga Weasley hingga hari keberangkatan. Ditambah, kau semakin kecewa saat tahu Lucius langsung menghilang saat memastikan jika Draco sudah aman. Sama sekali tidak ada keinginan untuk mencarimu.
"[Name], dengarkan-"
"Hei [Name]!"
"Mau duduk bersama dengan kami?"
"Seperti biasa!" Fred dan George tampak berbicara bergantian dan diakhiri bersamaan seperti biasanya. Kau menoleh dan akan mengangguk, saat Blaise menahan bahumu.
"Duduk denganku dan Draco..."
Kau menghela napas, Lucius memberikan akses Blaise untuk menyuruhmu saat Weasley akan mendekatimu. Kau mengangguk, menoleh pada Fred dan George yang cukup kaget melihat Blaise merangkul bahumu.
"Maaf Fred, George, aku akan duduk dengan Draco," mereka hanya kaget karena kau yang biasanya bersikeras tidak ingin duduk dengan Draco dan memilih duduk dengan mereka sekarang berbalik dan berlalu meninggalkan mereka. Fred sendiri tampak menatap kesal, bukan padamu namun pada Blaise yang saat berbalik merangkul pundakmu, mendekatkan tubuhmu padanya sambil memandang sinis kearahnya dari sudut bahunya.
"Apa yang terjadi pada [Name]?" George bergumam, menatap kembarannya, "kau baik-baik saja Freddie?"
...
"Kurasa."
¹⁴¹⁴¹⁴
"Tidak boleh," kau membentuk tanda silang dengan kedua tanganmu. Hari ini, tahun ajaran baru selain dibuka dengan Sorting Hat murid baru juga pengumuman jika Quidditch ditiadakan. Tentu beberapa orang tampak protes terlebih Fred dan George. Namun, Prof Dumbledore segera memberitahu jika alasan dari ditiadakannya Quidditch adalah karena akan diadakan Triwizard, dan kedatangan perwakilan murid dari dua sekolah tetangga Hogwarts--Durmstrang dan Beauxbatons.
Namun, semua kembali dikecewakan dengan peraturan yang mengharuskan peserta berusia 17 tahun keatas.
Itu tidak menghentikan Fred dan George yang sudah membuat rencana bagaimana caranya mereka akan memasukkan nama mereka ke Goblet of Fire. Dan langsung ditentang olehmu.
"Kenapa? Memang kau khawatir denganku Miss Malfoy?" Fred berusaha menggodamu, menaruh tangannya di bahumu.
"Tentu saja aku khawatir bodoh," kau memukul pelan kepala Fred dengan sendok di tanganmu, "bagaimana kalau ada apa-apa denganmu?"
Biasanya Fred hanya akan membalas dengan tawa pelan, namun sekarang ia malah hanya bisa terdiam. Ia menatapmu, dengan rambut yang terikat dari posisinya menunjukkan lekuk lehermu yang pucat. Kau tampak lelah dimatanya. Namun, bukan itu yang membuatnya terdiam.
"Kau juga jangan nekad George!"
"Tapi [Name], hadiahnya-"
"Tidak sepadan dengan bahayanya," kau menggeleng kembali. Saat kau dan George tampak mengobrol, Fred malah masih tenggelam dalam lamunannya hingga Ron mengibaskan tangan didepan wajahnya.
"Ada apa Fred?"
...
"Apa? Oh tidak," Ron menatap Fred heran, begitu juga kearah Harry yang menyemburkan minumannya saat bertatap muka dengan Cho. Fred menaruh tangannya didepan dadanya, dimana jantungnya berdetak sangat cepat kala itu.
'Loh? Kenapa jantungku berdetak cepat begini?'
¹⁴¹⁴¹⁴
"Avada Kedavra!"
Kau terlonjak dari tidurmu, tampak mencoba mengatur napasmu yang memburu. Kau menoleh pada Hermione, Lavender, dan Parvati memastikan mereka masih tertidur. Kau takut tanpa sengaja kau berteriak hingga mereka terbangun. Namun, mendengar dengkuran halus di dalam kamar dan hanya Hermione yang bergerak agar posisi tidurnya nyaman, namun tidak ada yang terbangun. Kau menghela napas, lagi-lagi mimpi yang sama yang selalu kau dapatkan semenjak penyerangan di turnamen World Cup Quidditch.
Namun, ini berbeda dengan mimpi buruk yang selama ini kau dapatkan. Semuanya terlihat kabur, tidak terlihat jelas. Kau tidak bisa melihat atau mendengarkan apapun hanya suara sebuah mantra yang menggema di kepalamu. Siapa yang tidak mengetahui mantra yang baru saja tersebut itu.
"Itu hanya mimpi buruk biasa. Tidak akan ada yang terjadi," kau terus mengulang perkataan yang sama selama beberapa hari ini. Tidak ada yang bisa menenangkanmu selain dirimu sendiri. Lagipula, tidak ada di rumahmu yang bisa menenangkanmu bahkan diluar saat kau bermimpi buruk. Bagaimana mereka bisa membantu?
Kau bangkit dan duduk di tepi ranjang, tidak ada gunanya mencoba tidur kembali karena kau takut mimpi itu akan kembali. Itu yang selalu kau lakukan, hingga mungkin karena itu Fred melihatmu terlihat sangat lelah tadi karena memang kau tidak cukup tidur.
Kalau benar mimpi buruk ini terjadi, itu artinya akan terjadi hal yang sangat buruk. Seseorang akan mati.
Berjalan di lorong yang gelap, kau berhenti didepan perapian yang mati sebelum menyalakan api dengan mantra. Kau mencari kehangatan, bergulung dengan selimut yang kau bawa dari kamarmu. Sebenarnya kau sangat mengantuk, tapi kau menahannya kembali dengan alasan tidak ingin melihat mimpi itu lagi.
"[Name], apa yang kau lakukan disana?" Kau menoleh, menatap kearah tangga dimana Fred berdiri di ujung atasnya. Kau mengucek matamu beberapa kali untuk memastikan memang Fred berada disana, "aku akan ke toilet tapi kulihat perapian menyala."
"Tidak bisa tidur."
"Bohong, kau terlihat akan tidur kapanpun saat ini," Fred berjalan mendekat dan duduk disampingmu juga mencari kehangatan, "kau juga tampak lelah."
"Aku tidak mau... bermimpi buruk lagi."
"Mimpi buruk? Kau bisa menyerahkannya padaku. Menyender pada bahuku dan mimpi buruk akan hilang," sebenarnya apa yang dikatakan oleh Fred, kau tahu itu salah satu dari leluconnya. Tapi, kau tahu ada kenyamanan yang kau cari dari Fred. Jadi, kau bergesek, menempatkan tubuhmu menempel pada Fred dengan kepala menyender pada bahunya. Kau sudah siap memejamkan matanya namun tubuh Fred menegang.
"[Name]?"
"Kenapa? Kau yang menyuruhku menyender padamu kan?" Fred tampak terkejut dan sedikit gugup. Ia baru sadar, ia bertingkah aneh. Memang benar kalau ia yang menyuruhmu untuk menyender, namun kenapa malah ia yang gugup dengan posisimu yang menempel dengannya sekarang? Fred diam, tidak bergerak secentipun seolah tidak ingin pergerakan sedikit saja mengganggumu. Tubuhnya masih tegang bahkan saat terdengar dengkuran halus darimu yang menandakan kau sudah tertidur.
Ia memperhatikanmu, menyapu anak rambut di sekitar wajahmu takut kau terganggu dengan itu. Dari posisinya, ia bisa melihat lekuk lehermu yang pucat. Entah kenapa pikirannya malah jadi kacau, melihat piyamamu dalam posisi yang sedikit terbuka.
'Aku tidak pernah memperhatikan dengan jelas. Tetapi ia memang sangat cantik,' Fred bergumam dalam hati sambil menatap siluet wajahmu, 'kukira aku biasa melihatnya dalam jarak sedekat ini. Tetapi kenapa sekarang jantungku berdetak tak karuan?'
Ia menghela napas.
'Ini pasti karena perapian kan? Wajahku terasa panas,' Fred masih mencari alasan untuk semua perasaan yang baru ia rasakan semenjak akhir tahun ajaran baru kemarin terhadapmu, 'aku akan memeriksakan diri ke ruang kesehatan besok.'
Ngomong-ngomong Fred, karma is real.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top