2
"Sohyun! Kwon Sohyun!"
Gue denger seseorang manggil nama gue. Tapi itu bukan marga gue. Mata gue masih setengah mengantuk, gue masih coba buka mata dan gue lihat dunia asing ini. Gue nggak tau ada dimana, yang gue inget, gue kecelakaan tadi dan gue nggak sadarkan diri.
Sekarang gue lagi duduk di sebuah bangku pojok kiri belakang. Tepatnya di sebuah kelas. Semua mata melirik ke arah gue seolah-olah gue kepergok nyontek saat ujian.
Bukan, gue bukannya kepergok nyontek. Justru gue kepergok tidur saat seorang bapak-bapak di depan kelas berteriak natap gue tajem.
Itu Pak Yoon? Kok gue tiba-tiba di dalem kelas sih?! Batin gue.
"Sohyun! Kamu tidur lagi? Sudah berapa kali bapak peringatkan! Kalau bapak sedang ngajar, jangan tidur dong?? Kamu pikir kamu siapa? Seenaknya tidur dalam kelas. Lihat dong temen-temen kamu, mereka sudah berusaha keras karena sebentar lagi akan ada ujian!"
"Maaf Pak Yoon... tapi saya nggak tidur kok."
"Pak Yoon??"
Bapak-bapak di depan kelas itu kelihatan kesel banget waktu gue panggil namanya. Iya, itu kan emang Pak Yoon. Terus mau siapa lagi?? Apa Pak Yoon masih ngambek karena kejadian gue kurang ajar sama dia. Dan mungkin, kecelakaan itu cuma mimpi gue. Karena gue ketiduran dalem kelas. Percayalah, gue bangun dalam keadaan ngantuk, udah barang tentu gue ketiduran. Gue bilang nggak tidur, itu cuma alibi semata untuk pembelaan diri.
"Pak Yoon?? Lo ngingo ya? Pak, lihat sendirikan? Sudah saya bilang kalau Sohyun itu tidur di dalam kelas. Lagipula, mana ada maling yang mau ngaku."
"Eh! Dahyun, mending lo diem aja deh! Nggak usah sok tau, gue nggak tidur kok?! Pak Yoon aja kali yang salah paham, mungkin waktu nengok ke gue, gue nya pas merem."
"Ssttttt!!! Diem semua! Bapak paling nggak suka sama perdebatan. Kamu ya Sohyun! udah ketangkap basah masih aja ngelak! Saya bukan Pak Yoon, dan siapa pula itu Dahyun! Lebih baik sekarang kamu keluar dari kelas saya! Dan jangan harap bisa ikut pertemuan kelas saya selama 2 kali ke depan!"
Loh, kok gue diusir? Kayaknya Pak Yoon masih perlu peringatan gue lagi deh!
"Bapak boleh ngusir saya, tapi ingat ya Pak, Papa saya nggak akan biarin saya terusir kayak gini!"
Gue pun keluar kelas dengan percaya dirinya. Tapi yang lain pada ngetawain gue, entah kenapa. Gue lirik sekolah gue ini, waktu gue bangun tadi keadaan memang terlihat asing. Gue pikir waktu itu mungkin kelas habis direnovasi dan diatur ulang. Tapi ini pas gue keluar kok suasana beda semua ya? Bener-bener lain dari sekolah yang papa gue kelola. Semua murid sekelas juga nggak ada yang berubah kok?
Gue lihat ada bangku panjang di bawah pohon besar sekitar lapangan baseball. Akhirnya gue mutusin duduk disana. Toh, lagi sepi juga. Gue pun ngedumel sendirian disana.
"Sialan si Dahyun! Ternyata dia beneran balas dendam sama gue gara2 gue bully dia. Tapi, apa bener kecelakaan itu cuma mimpi? Dan kejadian si Dahyun ngefitnah gue pake rokok itu nggak nyata? Mau di mimpi mau di dunia nyata, si Dahyun tetep jadi serangga pengganggu. Liat aja nanti!"
"Sadar diri dong lo!"
Tiba-tiba gue denger suara itu. Anehnya, ini lapangan sepi. Nggak ada siapapun disini kecuali bapak-bapak tukang kebun yang lagi motongin rumput di taman sekitar sini. Gue jadi merinding sendiri.
"Gue bukan hantu kali! Nggak usah takut napa?!"
"Siapa tuh? Kalo lo bukan hantu, kok lo nggak nampak sih?"
Gue memberanikan diri menantang suara itu. Jujur, ini gue takut setengah mati. Tapi gue harus jaga gengsi dong.
"Gue bukan hantu, Kwon Sohyun!"
"L-lo... siapa?"
Gue ngelihat ada anak cewek yang mendadak udah duduk di samping gue. Asli gue kaget banget!
"Gue bukan hantu, Kwon Sohyun. Justru gue hadir disini buat bantuun lo!"
"Tapi lo siapa? Kok tiba-tiba bisa muncul sih?"
"Gue Saeron. Gue nggak hidup dan gue nggak mati. Anggap aja gue ini imajinasi lo."
..................................
Bel pulang udah berbunyi. Gue masih mikirin apa yang Saeron bilang tadi. Ini dunia mimpi? Yang bener aja, masa iya gue sekarang lagi bernafas di alam mimpi. Kenapa nggak ada kuda terbang disini? Unicorn? Rumah di atas awan?? Bukannya itu semua hanya ada di alam mimpi?
Tapi, yang bikin gue tambah nggak percaya adalah gue hidup sebagai Kwon Sohyun, si gadis tertindas yang sering di bully Park Soo Ah. Siapa lagi itu Soo Ah? Dan gue yang notabene nya adalah seorang pembully, malah jadi yang dibully? Apa itu masuk akal?
Saeron juga bilang, kehidupan gue akan beda 180 derajat dari kehidupan asli gue. Ahh!! Gue jadi pusing sendiri. Sebenarnya apa sih yang terjadi? Kenapa gue bisa ada disini? Haruskah gue percaya sama imajinasi sendiri? Itu namanya gue yang bodoh.
Waktu gue lewat lorong deket perpus, tiba-tiba ada yang jegal kaki gue. Gue pun terjatuh dan lutut gue langsung membiru. Sakit banget, siapa sih yang nggak punya kerjaan jegalin kaki orang??!
"Ya! Dahyun-ah... beraninya kau!"
Gue maki-maki si Dahyun saat gue tau dia yang udah lakuin ini semua. Tapi dia malah tersenyum sinis. Dan disanalah, di belakang Dahyun ada temen-temen gue, Daebi sama Hyunmi.
"Daebi, Hyunmi! Ngapain kalian di belakang si gadis lemah itu! "
"Dahyun? Gue? Maksud lo gue itu Dahyun? Haha.. Ya ampun! Sampai kapan sih lo bangun dari tidur lo itu! Lo lupa siapa gue?"
Dahyun menjentikkan tangannya ke arah Daebi sama Hyunmi.
"Park Soo Ah."
"Cewek tercantik."
"Terpintar."
"Terkaya."
"Penguasa sekolah."
Jelas Daebi dan Hyunmi bergantian. Gue cuma bisa nganga aja denger penjelasan mereka. Itu semua yang mereka ucapin waktu gue sering bully si dahyun. Jadi Dahyun adalah Soo Ah disini? Dan dia ambil posisi gue? NGGAK MUNGKIN!
"Kalian jangan bercanda dong. Kalian kan temen gue, apa selama ini gue kurang nraktir kalian baju, makanan, sama perlengkapan mewah lainnya?"
Gue protes ke mereka berdua. Jujur aja, gue kesel. Selama ini gue manjain mereka pake harta gue, gue kasih mereka segalanya supaya jadi temen gue. Tapi apa yang mereka lakuin, mereka berkhianat.
"Udahlah Sohyun. Cewek lemah kayak lo, nggak akan pernah bisa selevel sama kita!" Jawab Daebi.
"Dan mana mungkin lo beliin kita barang mewah, selama lo itu masih jadi anak pembantu!"
Apa? Mereka ngomong apaan? Gue anak pembantu? Gue nggak percaya!
"Ni anak jadi berani ya sama gue sejak bangun tidur tadi! Omongannya juga ngelantur semua!"
Karena gue kesel banget, gue jambak deh tuh rambut si Dahyun, gue nggak peduli, mau Dahyun atau Soo Ah, dia udah bikin gue naik pitam.
Alhasil, gue yang kalah. Karena Daebi sama Hyunmi ikut ngeroyok gue. Mereka megangin kedua tangan gue sementara Soo Ah, dia nyiram minumannya tepat ke muka gue.
Spalsshhh!
Mulut gue udah mangap-mangap. Itu minuman masuk ke hidung gue sampe gue nggak bisa napas. Lalu, si Daebi sama Hyunmi nglepasin tangan gue dan ngedorong tubuh gue sampe jatuh.
"Gimana? Enakkan? MAKANYA! LO JANGAN BERANI-BERANINYA NGEBENTAK GUE! CEWEK LEMAH!!"
Mereka bertiga pun pergi ninggalin gue. Gue masih terdiam dengan beribu-ribu pertanyaan di pikiran, apa bener gue anak pembantu? Dan gue anak tertindas di sekolah ini? Apa bener ini alam mimpi? Tapi kenapa gue harus disini? Kenapa gue dapetin mimpi buruk ini?
Setelah bersihin baju gue di kamar mandi, sekalian cuci muka, gue segera pulang ke rumah. Eh, tapi gue harus pulang ke mana?
Tak lama gue ngelamun, gue lihat ada seorang cowok lagi duduk di atas moge-nya (motor gedhe). Dengan wajah sumringah, gue ngehampirin dia.
Gue harap yang kali ini nyata. Gue harap, dia milik gue dan bukan milik Soo Ah.
"Oppa?!"
To be Continued....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top