🍓 01. Hubungan Tanpa Status 🍓
Malem temans 😁😁
Kalau dipikir-pikir, hati siapa yang tidak kecewa jika orang terdekatnya dicari perempuan lain dan itu terjadi hampir setiap hari. Sepertinya memang tidak ada hari tanpa perempuan bagi Arsenal, atasannya, sekaligus kekasihnya ... bisakah dikatakan begitu jika mereka tidak pernah memiliki komitmen, tetapi saling bergantung satu sama lain?
Rasanya Chelsea ingin menampar mulut perempuan cantik yang ada di depannya. Baginya, secantik-cantiknya perempuan akan menjadi jelek seketika saat tidak memiliki tingkah laku yang baik. Ditambah lagi perempuan yang entah bernama siapa ... sedang mencari Arsenal yang kebetulan memang tidak ada pekerjaan di luar.
"Aku tanya dari tadi, bukannya dijawab malah bengong. Memangnya Arsen bayar kamu buat bengong begitu?" tanya si tamu untuk yang kedua kalinya.
"Sudah membuat janji, Bu?" Chelsea balik bertanya.
"Memangnya aku perlu janji seperti apa untuk menemui kekasihku?"
Chelsea tidak bisa menjawab apa-apa, begitu pun ketika tamu tak diundang itu langsung melangkah dan membuka pintu ruang kerja Arsenal. Chelsea hanya bisa membiarkan semuanya terjadi tanpa bisa berbuat apa-apa. Begitu pula saat pintu itu tertutup dari dalam untuk waktu yang bisa dikatakan sangat lama.
Ketika pintu terbuka kembali, Arsenal muncul dengan lengan yang dipeluk perempuan cantik itu seolah jika tidak begitu maka lengan Arsenal akan jatuh. Arsenal yang biasanya tidak pernah melangkah pelan, mendadak bisa berjalan selambat siput hanya untuk menjajari si pengganggu hati Chelsea supaya tidak tertinggal.
"Chel," panggil Arsenal menghentikan langkah tepat di depan meja Chelsea. "Aku mau makan siang bareng Diana, tolong pelajari proposal milik Pak Agung," lanjutnya.
"Ya, Pak," jawab Chelsea.
Miris, itu yang dirasakan Chelsea dalam hatinya melihat ulah Arsenal setiap harinya. Bagi Arsen, selama pekerjaannya beres maka tidak ada salahnya jika dia bersenang-senang. Mengapa harus merasa bersalah? Setelah semua rupiah yang berhasil dia tambahkan dalam rekeningnya maka kesenangan merupakan hal yang wajar untuk menikmati sedikit penghasilannya..
Chelsea adalah orang terdekat Arsenal. Bisa dikatakan begitu mengingat selain sebagai sekretaris, Chelsea adalah semua yang Arsenal butuhkan. Mulai dari hal yang tidak penting sampai urusan darurat mengenai pekerjaan. Semuanya bisa dilakukan oleh Chelsea termasuk urusan kebutuhan dasar Arsenal.
"Jika utusan Pak Agung datang, katakan saja kalau aku sedang tidak di tempat."
"Siap, Pak."
Memangnya apa lagi yang bisa dikatakan oleh Chelsea selain itu? Hari-harinya selalu penuh dengan titah Arsenal yang kadang-kadang tidak masuk akal baginya. Menurut Chelsea memang tidak masuk akal karena kadang-kadang Arsenal menanyakan dengan siapa dia punya janji kencan. Jika bukan demi hatinya sendiri yang selalu senang berada di dekat Arsenal maka Chelsea tidak akan bersedia mengingat semua jadwal atasannya yang terkadang bisa menyebalkan.
Mata Chelsea mengikuti langkah lambat Arsenal bersama perempuan yang entah siapa namanya itu ke arah lift. Meskipun hatinya memanas, Chelsea tetap melanjutkan pekerjaannya dan berusaha untuk tidak memikirkan ke mana Arsenal pergi. Dia melirik pergelangan tangannya, pukul satu kurang lima menit. Chelsea merapikan meja dan berniat untuk memberi makan perutnya yang sudah mulai berulah.
"Selamat siang, Mbak Chelsea," sapa seseorang sambil meletakkan sebuah kotak di depan Chelsea.
Chelsea mendongak dan melihat pria tampan berkulit kecoklatan dan rambut legam yang tersisir rapi, orang kepercayaan Pak Agung, berdiri dengan senyum lebar di bibir.
"Pak Manchester, selamat siang," sapa Chelsea ramah. "Pak Arsenal baru saja keluar, belum lima menit."
Manchester berdecak. "Bosmu itu kenapa selalu begitu jika ada janji temu? Mestinya kalau sibuk ya tidak usah menyetujui untuk membahas kontrak kerja sama."
"Maaf untuk kealpaan saya mengabarkan kepada Anda, Pak Manchester," sahut Chelsea.
"Tidak usah sungkan begitu Chelsea. Aku sudah apal dengan tabiat bosmu itu. Paling-paling urusan wanita lagi," tebak Manchester tepat sasaran. "Hanya satu hal itu yang bisa membuat Arsen mendadak hilang fokus kerja.
"Sekali lagi maaf, Pak." Chelsea menunduk.
"Rakanio Manchester. Panggil Raka saja. Gak usah pakai Pak."
Chelsea kembali mengamati Manchester. Pria itu memang sudah hafal dengan perilaku Arsenal karena begitu seringnya berkunjung ke kantor itu sebagai utusan Pak Agung. Sesekali dia mengajak Chelsea makan siang bersama ketika Arsenal mendadak tidak ada di tempat dan selalu ditolak dengan halus.
"Baiklah ... Mas ... Raka."
"Nggak usah ragu begitu kalau mau nyebut namaku. AKu malah senang. Itu brownies keju buatmu," kata Manchester sambil menunjuk kotak yang tadi dia letakkan di meja Chelsea. "Kamu bawa pulang saja dan ayo makan siang, kurasa kamu sudah siap pergi, 'kan?"
Tidak ada dalih untuk menolak karena Manchester sudah melihatnya akan pergi, Chelsea menerima ajakan itu. Dia menurut saja ketika Manchester membimbingnya masuk ke mobil dan berlalu meninggalkan gedung perkantoran milik Arsenal.
***
Chelsea terkejut ketika suara pintu membangunkan tidurnya. Arsenal masuk dengan jas yang tersampir di satu bahunya. Kemeja putih yang dia kenakan sudah keluar separuh dan sialnya hal itu tidak membuat Arsenal tampak jelek. Pria itu tetap menawan, bagaimanapun caranya berpakaian. Chelsea tidak bisa memungkiri bahwa dengan pembawaan semenarik itu tentu tidak sulit bagi Arsenal untuk menarik perhatian wanita, tetapi yang tidak Chelsea tahu adalah berapa jumlah teman kencan Arsenal sementara dia dengan bodohnya tetap tinggal dengan tenang di apartemennya.
Chelsea bangun dari berbaringnya. Duduk sejenak sambil mengumpulkan kesadarannya setelah tertidur karena kelelahan. Sudah pasti lelah, setelah bekerja seharian dan kembali ke apartemen lalu merapikan ruangan yang lumayan besar itu. Chelsea suka melakukannya meski tubuh penatnya sudah meronta minta diistirahatkan.
"Chel, tolong siapin air hangat buat mandi," pinta Arsenal.
"Iya," jawab Chelsea mengabaikan bekas lipstik yang menempel di kemeja Arsenal bagian bahu.
Selalu seperti itu keseharian Arsenal setelah pulang di waktu yang cukup larut. Chelsea memang tidak pernah memprotes, tetapi dia memendam semua kesakitannya sendiri. Kadang-kadang ada rasa ingin memberontak, pindah dari apartemen Arsenal dan pergi dari semua ketidakjelasan hubungan mereka. Namun, lagi-lagi Chelsea kalah dengan perasaannya sendiri.
"Utusan Pak Agung jadi datang, Chel?" tanya Arsenal begitu keluar dari kamar mandi.
"Jadi," jawab Chelsea singkat.
"Tolong keringkan rambutku!" pinta Arsenal
Tanpa kata Chelsea langsung meraih handuk dari tangan Arsenal. Dia langsung mengusap rambut basah pria menawan itu dengan lembut. Tinggi badan Arsenal tidak membuat Chelsea protes meski dia harus naik kursi saat membantunya mengeringkan rambut.
"Mau dibuatin makan apa?" Chelsea bertanya di antara aktivitasnya.
"Aku sudah makan tadi bareng sama Riani."
Chelsea terdiam, rasanya sia-sia dia menahan lapar dan berharap bisa makan malam bersama Arsenal. Pria itu bahkan tidak mengingatnya sama sekali. Siang keluar dengan siapa, malamnya dengan siapa. Sungguh miris hidup Chelsea jika terus-menerus berharap Arsenal bisa mengingatnya walau sebentar saja.
"Ya sudah, kalau gitu aku makan dulu. Lapar," ujar Chelsea sembari melangkah ke kamar mandi dan meletakkan handuk di gantungan. Setelahnya dia keluar kamar dan membiarkan Arsenal berjalan mengikutinya.
"Kamu belum makan?"
"Menurutmu?"
"Lain kali jangan menungguku. Aku bisa makan di luar."
"Ya kalau kamu makan di luar, kalau enggak? Aku pasti akan masak lagi sesuai maumu, 'kan?"
Arsenal terkekeh sambil mengacak rambut lembut Chelsea. "Nggak perlu cemberut begitu, Chel, kamu selalu mendapatkan waktuku," ujarnya sambil menarik Chelsea ke pelukannya.
"Aku nggak cemberut, Sen," sahut Chelsea. Melepaskan diri pelukan Arsenal, Chelsea membuka lemari es dan mengambil sebutir telur. Selesai membuat roti isi, dia menuang segelas susu coklat dan brownies keju yang diberikan oleh Manchester tadi siang lalu duduk untuk menikmati makan malamnya. Arsenal menyusul dan duduk di sampingnya. Jarak mereka yang begitu dekat membuat Chelsea dapat menghirup aroma maskulin dari tubuh Arsenal. Saat akan menikmati gigitan rotinya, Arsenal menarik tangan Chelsea dan menggigit roti isi milik Chelsea. Begitulah akhirnya, roti isi yang tadinya akan menjadi makan malam Chelsea menjadi makan malam berdua dan Chelsea malas untuk membuatnya lagi.
"Makan malamnya enak, mau buat lagi, Chel?" tanya Arsenal.
"Nggak, aku malas," jawab Chelsea.
"Pantesan kurus, makannya dikit banget."
Chelsea melirik Arsenal jengah. "Aku nggak kurus, Sen, tapi berisi."
"Benar. Berisi di tempat-tempat yang tepat dan aku sangat menyukainya. Ngomong-ngomong utusan Pak Agung bilang apa aja?"
"Nggak ada."
"Tumben langsung pergi."
"Ya nggak langsung, Sen. Tadi aku makan siang sama dia dan brownies keju yang barusan itu juga dari dia."
Arsenal melangkah ke lemari es, membukanya, dan mengambil brownies kukus yang baru dimakan sedikit. Dengan kekuatan penuh dia menghempaskan makanan tak berdosa itu ke tempat sampah.
"Jangan menerima apa pun dari orang asing dan aku nggak suka kamu pergi makan sama dia!" seru Arsenal.
Chelsea mengangkat bahunya acuh tak acuh dan berjalan ke menuju sofa panjang. Ruangan yang memang tanpa sekat itu membuatnya mudah untuk menghindari Arsenal. Sesampainya di sofa, dia duduk dan menyalakan televisi menggunakan remote dan memindah chanel yang beberapa kali.
"Kamu dengar apa yang aku bilang, Chel?" Suara Arsenal sedikit meninggi.
"Kurasa itu urusanku, Sen," sergah Chelsea.
"Kamu tidak boleh menerima ajakan siapa pun atau menerima sesuatu dari orang lain. Kamu mengerti?"
Chelsea merasa sedang diperlakukan tidak adil. Arsenal bisa pergi ke mana saja dan dengan siapa saja, tetapi mengapa dirinya tidak boleh melakukan hal yang sama. Dia benar-benar tidak mengerti dengan cara berpikir Arsenal yang menurutnya sangat aneh.
"Yang penting kamu mendapatkan waktuku, Sen."
"Jangan membantahku, Chel. Aku tidak menyukainya," gumam Arsenal dan menarik tangan Chelsea.
Chelsea membiarkan Arsenal menarik tangannya dan membawanya ke kamar tidur mereka. Dia juga tidak melayangkan protes ketika Arsenal mulai mengecupi seluruh wajahnya dan beralih ke bibirnya untuk sebuah ciuman panjang yang menghilangkan pikiran waras keduanya. Selanjutnya tangan Arsenal menarik tali lampu nakas dan seketika kegelapan melingkupi kamar itu, lalu hanya terdengar deru napas keduanya hingga beberapa waktu lamanya.
Eakk, ujan-ujan nih temans. Pliss ... ini tulisan memberanikan diri😁
Kaborr🤸♂️
Love, Rain❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top