6th Chapter

WARNING!! : R+20, Sexual contens!

Loving You! 6th Chapter:

*** Broke Down ***

"Let's play.. hubby."

Arka mendesah ditelingaku. Jarinya membuat pola melingkar didada yang membuat bulu kudukku meremang. Rasanya seperti terkena sengatan listrik yang membuatku seketika lupa berpikir.

"U-uh.. hen.. hentikan."

Bukannya berhenti tangan Arka justru turun kebawah. Menuju selangkanganku dan berhenti disana. Membuat panas dingin menderaku saat merasakan jari-jarinya diatas celanaku.

Aku tersentak kaget saat Arka menjilat dada bagian tengahku. Jilatannya bergeser dan menyentuh putingku. Membuatku kembali mengerang.

"Aah!"

Rintihan meluncur dari bibirku saat lidahnya menyentuh putingku. Menjilat dan mengulum putingku sementara tangannya mengeksplor putingku yang satu lagi.

Aku hanya bisa memejamkan mata merasakan setiap sentuhannya di kulit dadaku. Membuatku merintih dan menggeliat tak nyaman. Sementara jantungku berdegup kencang seakan-akan dapat meledak kapan saja.

"Open your eyes.. and see me." Bisiknya parau ditelingaku.

Aku membuka mataku perlahan dan menatap wajah Arka yang berada tepat didepan wajahku. Manik matanya berkilat aneh, seolah memancarkan gairah yang ia rasakan lewat tatapannya.

Nafasku terputus-putus karena rasa gugup dan jantung yang berdegup kencang. Terus menatap Arka dengan tangannya yang kurasakan membelai perutku. Dan saat dia turun keselangkanganku dan meremasnya, aku memekik pelan.

Kurasakan tangannya yang mulai masuk kedalam celanaku. Menyentuhku disana yang membuatku menggigit bibir.

Kepalaku terasa pening saat Arka menggenggam penisku dibalik celana. Mengusapnya pelan yang kemudian menggerakannya naik turun perlahan. Membuatku merasakan sensasi aneh yang menyerang tubuhku. Dan aku tak ingin berhenti.

"A.. aah.. aahn hhah aah.."

Suara-suara aneh mulai meluncur dari bibirku. Aku kembali memejamkan mataku saat pergerakan tangan Arka bertambah cepat. Membuatku semakin sulit berpikir bahwa seharusnya aku menghentikan ini.

"Angh haah aah!?"

Aku merintih merasakan sesatu yang lembab kembali mengulum putingku. Dan diwaktu yang bersamaan sebuah cubitan diputingku yang lain. Kesadaranku semakin jauh.

Aku baru pertama kali merasakan ini. Membuatku bingung harus bereaksi seperti apa sementara rasanya bibirku tak dapat berhenti meluncurkan suara-suara aneh yang memalukan.

"Bagaimana? Kau menikmatinya bukan saat aku memenuhi keinginanmu untuk menyentuhmu?" Ucapnya dengan pandangan merendahkan. Lalu Arka memajukan wajahnya dan berbisik ditelingaku. "Kau bahkan nampak lebih jalang dari Jenny yang kau sebut jalang tadi."

Aku menggigit bibirku dan memejamkan mataku rapat-rapat saat Arka menjilat daun telingaku. Jilatannya berpindah menuju belakang telinga dan tengkukku, yang ia teruskan keleherku.

Sejujurnya rasa sakit dan malu menyadarkanku saat Arka berkata seperti itu. Mengatakan bahwa betapa jalangnya aku di hadapannya. Ini memalukan, saat kau mengatai seseorang tapi kau sendiri nampak seperti itu. Tapi sentuhan-sentuhannya membuatku sulit untuk melepaskan diri. Jangankan melakukan itu, melawan perkataannya pun sangat sulit kulakukan.

"A-aku bukan.. aahnn."

Arka terkekeh saat aku mengerang tertahan atas sentuhannya. Membuatku tak mampu menyelesaikan kalimatku.

Lalu saat kurasakan tangannya melepaskanku dan keluar dari balik celanaku, aku mendesah lega. Meski entah kenapa tubuhku merasakan hal yang lain. Aku seolah merasa kehilangan dan itu menyakitkan buatku karena hasrat yang sempat tertunda.

"Kenapa? Kau menginginkannya lagi huh?"

Aku mendelik ke arah Arka dan merasakan betapa malunya aku. Kukira semuanya telah selesai. Mungkin benar aku munafik, ingin ini terus berlanjut, tapi aku masih terlalu waras untuk mempermalukan diriku didepan pria ini.

Tapi ternyata ini semua baru dimulai. Tangan Arka mulai bergerak dikancing celanaku. Dia mulai melepaskan celanaku, yang membuatku panik. Kutekuk kaki hingga lututnya menyentuh dadaku sendiri, lalu dengan sekuat tenaga kutendang pundak Arka.

Pria itu mengaduh dan mengumpat saat dirinya terhuyung kebelakang dan mundur beberapa langkah. Bersamaan dengan itu aku mencoba bangun. Sialnya tanganku yang terikat membuatku susah bergerak. Sehingga baru saja aku dapat merubah posisiku untuk bangun, Arka segera menghantamkan tubuhku lagi kemeja kerjanya. Rasa sakit kembali kurasakan pada punggungku yang menghantam meja.

"Berani-beraninya kau!!" Bentaknya dengan menatapku tajam.

Dia menarik tanganku yang diikat lalu menariknya keatas kepalaku. Melonggarkan ikatannya yang kemudian dieratkan kembali. Setelah selasai aku baru menyadari jika ikatan di lenganku dikaitkan entah pada apa. Membuat posisi tanganku terus berada di atas kepalaku.

"Ku mohon.. l-lepaskan aku.." pintaku dengan terisak.

Aku sudah tak kuat lagi. Mengapa dia memperlakukanku seperti ini? Tak cukupkah hanya dengan menyakiti hatiku dengan prilakunya dan menyakiti fisikku dengan pukulannya. Mengapa sekarang ia melakukan ini padaku?

"Ssstt..Don't cry, I'am not gonna hurt you if you stop crying like that"

Arka mengusap air mata di sudut mataku dengan ibu jarinya. Dia mengecup bibirku lembut dan mengelus pipiku. Tapi aku terus menangis dalam ciumannya. Dia pasti berubah lembut hanya untuk menenangku, dan akan kembali kasar.

Aku ingin ini segera berhenti. Tidak bisakah ia memperlakukanku lebih baik meski tak dapat membalas perasaanku. Tidak bisakah perasaan ini hilang setelah dia memperlakukanku seperti ini. Tidak bisakah hidupku lebih baik seperti orang pada umumnya.

"Nial.." kudengar Arka memanggilku.

Aku tak mempedulikannya dan terus memejamkan mataku sambil terus terisak. Aku ingin segera berhenti. Aku tak akan melawan lagi semua perkataannya asalkan ia melepaskanku sekarang.

"Open your eyes Nial." Kurasakan tangan Arka menangkup wajahku.

Aku membuka mataku perlahan dan pandangan kabur karena air mata langsung menyambutku. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali sampai pandanganku menjadi lebih jelas. Melihat Arka yang tengah memandang ku datar.

"Ma-maafkan aku.." ucapku. "Maaf dan kumohon lepaskan aku."

Arka mengelus pipiku dan mendengus. Lalu wajahnya mendekat padaku. Membuat tubuhnya kini menindih tubuhku.

"Kau ingin berhenti setelah meminta tadi, dan membuatku seperti ini huh?" Arka makin menindih tubuhku. Membuatku merasakan sesuatu yang mengeras menekan selangkanganku.

"Kau kejam Nial." Desisnya di kupingku.

Aku mengerutkan kening menatap Arka yang bangun dari atas tubuhku. Lalu memandangnya yang berjalan mengelilingi meja kerjanya. Berhenti diatas kepalaku dan menarik laci mejanya. Kudengar suara-suara benda bergesekan. Lalu melihat Arka kembali pada posisinya semula.

Aku menatap ngeri saat melihat Arka memegang gunting, pulpen, pita kecil dan sebungkus kecil serbuk putih yang entah apa. Apa yang akan dia lakukan dengan benda-benda itu padaku?

"Hahaha.. astaga. Ekspresimu seolah-olah aku akan mengeksekusimu mati."

Lebih buruk dari itu!! Aku yakin kau akan melakukan hal yang lebih buruk dari pada langsung membunuhku.

Diletakanya gunting dan pulpen beserta pita itu disampingku. Lalu jari telunjuk dan tengahnya merogoh serbuk yang berada diplastik kecil yang dipegangnya. Membuat sebagain serbuk itu menempel dijarinya.

"Ukh?!" Aku membelalak kaget saat Arka menekan rahangku dan melesakan kedua jarinya dimulutku.

"Kulum jariku!" Perintahnya. "Akan kupotong penismu jika berani-beraninya menentang atau menggigit jariku."

Aku menatapnya tak percaya. Dasar iblis!! Bagaimana bisa aku menikah dan jatuh cinta pada pria iblis sepertinya?!

Dengan takut-takut aku melakukan apa yang diperintahkan suami brengsekku itu. Tak berapa lama aku merasakan panas mendera tubuhku. Membuatku bergerak gelisah.

Entah kenapa aku sangat ingin disentu atau menyentuh tubuhku sendiri. Aku juga mulai merasakan ereksiku semakin membesar padahal Arka tak menyentuhnya. Membuat nafasku tersengal tanpa sebab.

Aku hanya bisa menyalurkan hasratku lewat jari Arka. Mengulum dan menjilatnya yang entah kenapa aku mulai menyukainya. Memainkan jarinya dengan lidah didalam mulutku.

Tapi aku mulai merasa frustasi. Aku ingin disentuh, menghilangkan perasaan aneh yang menyerangku ini. Dengan ragu-ragu aku melirik Arka. Kulihat dia menyeringai saat pandangan kami beradu.

"Uhm.. aahh!"

Rintihan kembali meluncur dibibirku saat dengan tiba-tiba Arka menggesekan jarinya diputingku. Membuatku terasa tersengat listrik.

Arka menarik jarinya dari mulutku. Menggesekan kedua jarinya yang telah basah karena air liur diputingku yang lain. Membuatku kembali merintih.

Berbeda dengan tadi, kali ini setiap sentuhan kecil didaerah sensitif dapat membuatku merintih dan mengerang. Seolah-olah rasanya dua kali lipat lebih mampu membuatku keawang.

"Aah.. mmh aa-ah aah hent.. aah.."

Pikiranku kosong. Aku sudah tak dapat menolak meski hanya lewat kata-kata. Entah kenapa semua indraku seolah terfokus pada sentuhan-sentuhan Arka.

Benar-benar membuatku lupa akan alasannya melakukan ini padaku.

Crriss. Crriis. Crriiss.

Aku membuka mataku yang sedari tadi terpejam begitu mendengar suara itu dan sudah tak merasakan sentuhan Arka kembali. Dengan lemah aku mengangkat kepalaku dan melihat apa yang terjadi dibawahku. Arka sedang mengguntingi celana yang kukenakan.

"A-apa yang kau lakukan!? Berhenti menelanjangi.. Aaahk!!"

Aku memekik keras saat dengan kasar Arka menyentuh ereksiku setelah berhasil melucuti celanaku. Membuatku mengerang tertahan karena remasan ditangannya.

"Uunggh mmhhn!!"

"Berhentilah berontak dan nikmati."

Tangan Arka mulai bergerak naik turun. Membuatku sulit untuk menahan eranganku. Astaga! Ini membuatku gila!!

"Uhhmm mmhhnn aanggh aah.. aah aah."

Aku sudah tak dapat menahan rintihanku lagi saat tangan Arka bergerak lebih cepat. Gerakan tangannya membuatku bingung harus berpikir apa selain merintih dan mengerang. Bahkan tanpa sadar tubuhku mulai mengikuti pergerakan tangan Arka.

"Aah.. A-Ar aah.."

"Hmm? Panggil namaku Nial!" Perintahnya dengan tangannya yang masih terus bergerak.

Arka kembali mengecupi tubuhku dari perut hingga ke dada, yang kemudian terus bergerak keleherku. Sesekali menggigiti leherku dan mengecupnya. Membuatku semakin jauh dari kesadaranku.

"Aah.. aah Arka.. Arkaahh.. aah.."

"Lihat betapa erotisnya ekspresi yang kau buat."

"Aangg aahh aku.. aku aah.."

"Lepaskan saja Nial."

Tepat setelah dia mengucapkan itu aku menyemburkan muatanku ditangannya. Membuatku lemas seketika. Namun anehnya aku masih merasa kurang puas. Ya Tuhan!! Apa yang terjadi padaku.

"Sudah kubilang bukan, kau lebih jalang dari pada Jenny."

Arka melepaskan kaitan ikatanku dan menarikku bangun. Dia menurunkanku dari meja kerja. Duduk dilantai dan bersandar pada meja.

Aku begitu kaget ketika Arka membuka celananya didepanku. Membuat penisnya berdiri tegak tepat diwajahku. Lalu dengan kasar dia menjambak rambutku agar aku mendongak.

"Kau 'suamiku' kan.. jadi lakukan salah satu kewajibanmu." Ucapnya didepan wajahku. Dia semakin merunduk dan menjilat pipiku. "Puaskan aku dengan mulutmu!"

Aku berusaha menggeleng dijambakannya. "Ti-tidak!!"

Dengan kasar Arka menghantamkan kepalaku pada meja. Membuat kepalaku berdenyut sakit dan merasakan pening.

"Sudah kubilang jangan menentangku!" Bentaknya.

"Aaangh.." aku kembali mengerang saat lutut Arka menggesek ereksiku. Dan dengan cepat ia segera melesakan penisnya dimulutku.

"Uhmm!?"

"Ssstt.." aku merasakan sesuatu yang dingin menyentuh daun telingaku. "Berani menggigitku.. akan kupotong telingamu." Ucapnya seraya menempelkan gunting itu ditelingaku.

Air mataku kembali mengalir. Aku takut, aku ingin ini semua dihentikan. Kenapa dia memperlakukanku seperti ini?

Dengan hati-hati aku mulai menggerakan bibirku. Membuat Arka mengerang. Mendengar erangan Arka tubuhku segera meremang. Hasrat yang tadi sempat hilang kini muncul kembali.

"Aah ssssh.. terus. Gunakan lidahmu. Lidahmu Nial."

Aku bingung dengan diriku sendiri mengapa menuruti semua perkataan Arka. Membuatku menikmati apa yang tengah kulakukan sekarang ini. Sebenarnya apa yang terjadi padaku?

Setelah cukup lama, Arka memuntahkan muatannya dimulutku. Membuatku tersedak dan batuk-batuk.

"Aku tak menyangka obat itu dapat menjinakanmu sejauh ini."

Apa? Obat apa yang dia maksud?! Lalu aku teringat pada serbuk putih pada plastik kecil itu.

"Apa? Buat apa kau menatapku kesal? Bukankah kau menikmatinya juga huh?"

Dengan kasar Arka menarikku bangun dan membalikan badanku membelakanginya. Mendorongku jatuh kembali diatas meja kerjanya.

"Aahk!"

Aku tersentak kaget saat sesuatu mendorong masuk kedalam lubang anusku. Rasanya benar-benar menyakitkan!

"Ini hanya pulpen, dan kau sudah berteriak histeris. Bagaimana jika aku yang masuk."

Aku menoleh pada Arka dan menatapnya kesal. Dasar iblis!! Keparat!! Coba saja kau rasakan bagaimana sakitnya jika kau tidak berteriak nanti. Ya Tuhan!! Mengapa aku harus jatuh cinta pada iblis keparat macam dia?!

"Aakh!!" Aku kembali menjerit saat dia kembali mendorong benda itu masuk.

Kurasakan Arka mulai mengecupi dan nenjilati punggung dan bahuku sementara tangannya masih mendorong pulpen itu memasuki lubang anusku. Membuatku bingung antara harus mengerang sakit atau nikmat.

Setelah itu Arka mulai menggerakan pulpen itu maju mundur. Eranganku semakin sulit ditahan karenanya. Sementara Arka tidak henti-hentinya mencium kulit tengkukku. Tubuh Arka menindihku, sementara tangannya yang lain menggenggam pergelangan kedua tanganku yang terikat dibawah dada.

"Aahk!!"

Aku kembali menjerit saat rasanya benda itu bertambah dilubang anusku. Membuatnya jadi semakin sakit dan perih. Aku kembali terisak.

"Henti.. kumohon. Ini mulai menyakitkan uuhhk.."

"Sstt.. sakitnya hanya sebentar." Ucapnya yang kemudian menampar pantatku.

Aku kembali menjerit dan Arka justru tertawa. Ini sungguh menyakitkan. Aku ingin berhenti! Kenapa ia justru tertawa?

Aku merasa telah hancur. Seolah tak ada lagi harga diri yang kumiliki. Dia memperlakukanku bagai mainan yang hanya untuk memuaskannya.

"Sepertinya obat perangsangnya tidak begitu bekerja. Apakah sangat sakit?"

Aku menganggukan kepalaku. Rasa sakit dianus membuatku tak bisa berhenti terisak. Perasaan aneh yang dibilang nikmati tadi sudah benar-benar hilang digantikan rasa sakit.

"Baiklah. Kurasa ini sudah cukup."

Arka menarik pulpennya keluar dengan kasar membuatku meringis sakit. Tapi tubuhnya tak menjauh dan masih menindihku. Dan begitu aku mulai rileks sesuatu yang besar dan hangat kembali mencoba menorobos lubang anusku.

"A-aakh!! Apa yang kau.. Hentikan!! Kumohon itu menyakitkan!!"

Aku berteriak kencang. Berusaha meronta dan melepaskan diri tapi Arka terus menindihku dan mendorong benda yang kuyakini penisnya.

"Hentikan!! Kumohon Aaggh.. Henti.. uhmmff!!"

Tangan Arka segera membekap mulutku yang tak bisa berhenti teriak. Tanganku saling terkepal menahan sakit dan memejamkan mata erat-erat.

Ini sangat menyakitkan. Aku merasa dirobek menjadi dua. Membuatku ingin mati sekarang juga.

"UUHHMMFF!!!?"

Aku terbelalak saat dengan tiba-tiba dan kasar Arka mendorong paksa. Membuatku mengejang seketika. Sementara dia mendesah lega.

Sakit. Rasanya sakit sekali. Aku merasa telah hancur, baik tubuh maupun hatiku. Tubuhku terasa terbelah menjadi dua. Mengapa ini harus terjadi padaku?

Aku menjatuhkan kepalaku yang sempat terangkat karena terkejut tadi. Lalu kembali terisak dan tubuhku bergetar. Aku sudah tak mampu lagi untuk berontak.

"Ini akibatnya jika kau berani menentang atau melawanku." Bisik Arka.

Dia menggigit bahuku dengan kencang. Membuat rasa sakit bertambah kembali kurasakan.

Inikah hukumannya untukku? Menyakitiku seperti ini. Hukuman karena menghindarinya. Hukuman karena aku menendangnya tadi. Karena itukah ia melakukan ini padaku?

Selanjutnya aku hanya merasakan sakit yang makin merajamku saat Arka mulai bergerak. Keluar masuk dengan kasar dan cepat tanpa memperdulikanku yang merintih kesakitan dan memohon untuk segera berhenti. Membuatku semakin terasa tersiksa karenanya.

Aku menyukainya sejak pertama kali menatapnya diacara pernikahan kami. Terperangkap iris emeraldnya meski hanya untuk sesasaat.

Namun rasa suka itu tertutupi karena kecewa akan prilakunya padaku. Kata-kata dan sikapnya selalu menggoreskan luka dihatiku. Sampai ia menunjukan kebaikan-kebaikan kecilnya yang membuatku kembali tersadar akan perasaanku.

Aku menyukainya. Dia yang sering menyakitiku dan menunjukan perhatian kecilnya padaku membuatku semakin tertarik akan dirinya. Dan mungkin terdengar ketika aku merasakan rasa yang lebih dari kata suka.

Aku berusaha menunjukan perhatianku padanya. Menunjukan bahwa aku berusaha menjadi pasangan yang baik. Meski ia sering mengacuhkan apa yang telah kulakukan. Tak memperdulikanku.

Dan ketika aku memutuskan untuk berhenti, ia justru melakukan ini padaku. Menghancurkan diriku.

Seolah-olah aku menemukan anjing liar yang dijauhi orang-orang dimusim dingin. Ingin merawat dan memperhatikannya. Tak peduli ia sering menggeram dan menggongiku. Sampai akhirnya ia menerjang dan menggigitku. Melukaiku hingga jatuh tersungkur dan tak dapat bangkit.

"Nial.." panggilan Arka sempat terdengar ditelingaku.

Tapi aku sudah terlalu sakit dan lelah untuk menanggapinya. Seluruh tubuhku seolah mati rasa. Sampai sebuah kegelapan menarikku kebawah alam sadarku.

[Chapter 6 End]

A/N: Nao akan vakum selama sebulan karena akan menghadapi Mid. Jadi gak bisa update dulu. :3
Tapi kalau bisa nyuri waktu Nao bakalan tetap update meski pendek :v

Sorry kalo chap ini gak memuaskan! See you next Chap

ILYSM!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top