m for meet

"Jadi, gimana liburannya?"

Pesawat Jisung baru dapat mendarat tadi siang. Mereka kembali ke apartemen setelah membeli selusin donat dan dua gelas frappe dingin. Malam telah tiba, tidak ada satupun dari mereka yang hendak beranjak dari sofa. Setelah selama liburan mereka tidak bertemu, biarlah mereka melepas rindu. Jisung rindu Seungmin—begitu rindu hingga dadanya sesak (hal pertama yang dilakukan Jisung saat bertemu Seungmin di bandara adalah mendekap kekasihnya erat hingga Seungmin mengerang kesakitan, saking rindunya). Tanpa perlu mengatakan apapun, dalam tatap mata, Jisung tahu jika Seungmin juga merasakan hal yang sama.

"Kak Brian berisik mau ketemu kamu." Jisung terkekeh kecil. Teringat akan kakaknya yang berisik di kampung halaman sana. "Katanya akhir tahun nanti, dia mau ke Korea buat ketemu kamu doang. Sekalian deh, biarin dia ketemu sama Kak Woojin, biar aku direstuin."

Rumah dan Kuala Lumpur selalu menyenangkan (dan berisik) untuk Jisung. Hampir setiap hari di sana, ia diseret Brian untuk mengunjungi tempat-tempat kesayangan masa kecil. Setiap foto yang ia ambil di kampung halaman dikirimkannya kepada Seungmin melalui aplikasi chat (termasuk juga foto Brian, dengan tambahan komentar, "Ini kamu juga kan? Jangan ngibul deh," dari Seungmin). Yang Jisung tahu dari liburan Seungmin hanyalah liburan yang membosankan. Karena itulah, Seungmin selalu memintanya bercerita tiap malam. Karena itulah, Seungmin meminta gambar-gambar apapun yang Jisung lihat di kampung halaman sana.

Dalih Seungmin, agar liburannya tidak membosankan-membosankan amat.

(dan Seungmin bersyukur, Jisung itu begonya tidak tertolong.)

"Enggak ada Kak Woojin sama Kak Wonpil di rumah." Gelas frappe Seungmin diletakkan di atas meja. Pemuda itu beringsut menyandarkan punggungnya di sofa, menghela napas."Aku lebih banyak didiemin di rumah. Kayaknya udah pada nyerah buat bujuk aku pindah jurusan."

Tawa Seungmin terdengar hampa, membuat Jisung dan segala refleksnya bergegas menarik Seungmin dalam sebuah dekap (biarpun sebetulnya, Jisung belum mandi setelah perjalanan melelahkan dari Kuala Lumpur ke Incheon, jangan diungkit-ungkit, kalau Seungmin ingat, dia bisa ditabok panci). Dipikirnya, Seungmin pastilah mengalami hari-hari yang berat. Pemuda itu tidak mengatakan apapun, tetapi bukan berarti Seungmin tidak merasakan apapun, bukan?

Jisung menyesal sempat menjadi dungu. Harapnya seluruh dosa luntur dengan sebuah peluk.

"... kok meluk?"

Seungmin kebingungan. Jisung berdeham, "Cuma ngerasa kalau kamu kesepian aja."

Didengarnya tawa kecil Seungmin tepat di telinga, tawa lembut yang mengingatkannya akan lembutnya kelopak-kelopak bunga musim semi. Dirasakannya tangan Seungmin merayap, membalas pelukan sama hangatnya.

"Enggak lagi, lah. Kan aku udah pulang."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top