j for journey

Setidaksukanya Seungmin dengan rumah, mau tak mau ia harus tetap kembali ke sana saat libur semester. Mau tak mau, setiap semester ia harus naik kereta, menempuh berjam-jam perjalanan, mati kebosanan selagi berpikir apa lagi yang akan ia hadapi kelak.

Terlebih ketiadaan Woojin (karena yang bersangkutan justru mengurusi tetek bengek perkuliahan) dan Wonpil (karena yang bersangkutan sedang menghitung hari menjemput bayinya—dan Wonpil tinggal di kota berbeda) yang membuat rumah semakin sepi. Hanya ada ayah dan ibunya, yang berarti telinga Seungmin harus siap mendengarkan ocehan tentang kisah lama. Padahal orang tuanya tidak mengeluarkan sepeser pun untuk biaya pendidikan Seungmin, semuanya telah ditanggung oleh beasiswa. Tetap saja pilihan jurusan Seungmin yang tidak biasa tetap membuatnya menjadi bahan cibiran di tiap pertemuan keluarga.

Lulus nanti, memangnya kau mau kerja apa?

Yang mana membuat Seungmin memutar mata. Sempit sekali pikirannya. Ada begitu banyak hal yang dapat dilakukannya setelah lulus dan itu tidak hanya berpusat pada jurusannya saja (dan yang terpenting, Seungmin bahagia dengan apapun pilihannya, bukan? Jisung yang selalu, selalu berkata demikian, pada akhirnya pun, Jisung yang selalu menguatkannya). Pandangannya kemudian diarahkan pada pepohonan bergerak di jendela kereta, kemudian menuju ponselnya. Jarinya membuka aplikasi chat, berusaha mendistraksi kepalanya dari pikiran akan rumah.

Hal yang ditemuinya pertama kali adalah chat dari Jisung.

[ Min, udah sampai? ]

Chat dari Jisung membuatnya memutar mata. Padahal belum sampai satu jam ia berpamitan pada pemuda tersebut untuk pulang (dan Jisung juga akan pulang ke rumahnya sendiri—pesawatnya berangkat malam, menuju Kuala Lumpur), dan Jisung sudah lima kali bertanya. Perjalanannya memang terasa membosankan. Mungkin terlalu sering berada di sisi Jisung yang berisik membuat konsep sepi bagi Seungmin terasa asing. Jemarinya mengetikkan sesuatu sebagai balasan, bibir bawahnya digigit pelan tanda berpikir.

[ Belum. Bosen. Kirim sesuatu, kek. ]

Tidak butuh waktu lama bagi Seungmin untuk mendapati ponselnya bergetar berkat notifikasi. Getaran tanpa henti itu yang membuat pemuda itu tergelitik untuk membuka aplikasi chat. Begitu banyak pesan yang menumpuk. Seungmin terheran-heran akan betapa cepatnya Jisung bertindak, termasuk betapa cepatnya pemuda itu mengirimkan begitu banyak foto.

[ Gimana? ]

Swafoto. Swafoto. Swafoto. Begitu banyak swafoto dengan berbagai ekspresi. Mulai dari ekspresi Jisung yang paling tampan hingga ekspresi Jisung yang paling menggelikan. Tak peduli seberapa lebar senyum di wajahnya kini, Seungmin mengetikkan pesan balasan sebagai pengganti.

[ Kamu jelek. ]

Seungmin dapat membayangkan bibir Jisung yang mengerucut sebal di seberang sana. Pipi Jisung akan menggembung tanda merajuk (dan biasanya, tangan Seungmin akan terulur demi menarik pipi Jisung—terkadang Jisung menggemaskan jika digoda begitu).

Dan tidak ada yang tahu jika jemari Seungmin bergerak cekatan, menyimpan seluruh swafoto yang dikirimkan Jisung padanya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top