🍓noid 4🍓

Minji menatap kesal kearah Namjun. Membuat sang leader menjadi kikuk sendiri. Harusnya ia menjaga ucapannya tadi karena tau kekasihnya akan datang. Di samping Namjun, Heosok menahan udara di dalam mulutnya sehingga membuat kedua pipinya menggembung. Ia juga merasa bersalah karena ikut berseloroh tadi. Lalu
Heosok beranjak bersama Seojin masuk ke dalam kamar Yunki.

Taetae juga mengajak Bongbong masuk ke dalam kamar. Yunki baru saja akan melangkah mendekati Reya yang terlihat bingung, sebelum akhirnya Jimmy menggenggam tangan gadis itu dan berjalan masuk ke kamar Taetae. Yunki mengikuti langkah Jimmy. Ia lalu melirik Jeon-gu yang masih diam di tempatnya.

"Jeon-aa," panggilan dari si pucat membuat ia beranjak dari tempatnya. Berlari masuk ke kamar Taetae.

Semua masuk ke dalam kamar membiarkan Namjun menyelesaikan masalah pribadinya. Setelah semua masuk ia mendekati Minji, memegang kedua tangan kekasihnya.

"Sungguh aku tak bermaksud apapun. Aku hanya meledek tadi."

Minji mengedarkan pandangannya lalu menatap Namjun kesal. "Yaa, ya, ya, kalau tadi memang meledek. Lalu bagaimana gadis squizy itu?

Namjun mendekati Minji, "chagi, bukan gitu, aku tadi cuma meledek Jeon-gu."

Minji mengedarkan pandangannya. Kemudian menatap kekasihnya kesal.

"Berhenti berbohong, Reya  dan Jimmy bilang kalau gadis telur itu tak mengenakan apapun?" tanya Minji penuh selidik.

"Itu karena mereka Bayi squizy yang baru lahir," jawab Namjun.

"Kau melihat juga kan?"

"A-A-NIYO," tolak Namjun cepat tapi malah semakin mencurigakan bagi Minji.

"Tapi, bayi itu lahir sebagai gadis dewasa 'kan? Mereka memiliki dada menggantung di tubuhnya?" tanya Minji kesal.

"Iya," jawab Namjun tiba-tiba. "Aah, tidak tidak begitu Minji-yaa ."  Pria itu cemas menyahut cepat sambil  menggerakkan tangannya cepat.

"Aaiissh." Minji masih kesal, lalu berjalan menuju sofa dan duduk di sana.

Namjun berjalan cepat mendekat, lalu duduk di samping  Minji yang masih menatapnya dengan kesal.  Kemudian pria itu memegang tangan Minji dan menariknya ke dalam pelukan.

"Jangan marah lagi, aku tadi benar-benar bilang itu untuk ledek Taetae tadi."

Minji mengangguk, ia sedikit luluh ya setidaknya masalah ini memang bukan hal yang harus dibesar-besarkan.

"Uhuukk." Yunki  ke luar sambil berjalan ke dapur dengan cuek. Seolah tak melihat  karena takut mengganggu dua insan yang sedang dalam proses rekonsiliasi ini.

Minji dengan cepat mendorong Namjun menjauh. Membuat sang kekasih melepaskan pelukan.

Sesaat kemudian Bonbon berlari keluar mengejar Yunki, dengan kedua tangan yang ia kepakkan layaknya ayam. "Ibuuu!"

***

Soogi baru saja sampai di rumahnya. Ia menyiapkan makan untuk Jijji. Anak itu menatap sang ibu yang hari itu berpakaian lebih rapi dari biasanya.

"Apa hari ini Ibu pergi ke suatu tempat?" tanyanya

Soogi mengangguk,sambil mengambilkan nasi ke mangkuk, dan sepotong daging ke mangkuk merah muda milik anak perempuannya.

"Hari ini Ibu menyerahkan pekerjaan yang kemarin dikerjakan juga  pergi bertemu paman Tae."

Jijji menatap dengan tidak senang.

"Ada apa?" tanya Soogi.

"Kenapa Ibu sering bertemu paman Tae?" Tanya Jijji.

"Paman Tae tadi butuh bantuan hari ini. Sebelumnya juga Ibu hanya menolong Bibi Kim memberikan pesanan untuk Paman Tae," jawab Soogi.

"Jijji tak suka Ibu terlalu dekat dengan laki-laki. Paman Tae apalagi."

"Paman Tae baik pada Jijji kan?"

"Iya, tapi, paman tak bisa musik klasik." sahut Jijji asal.

"Paman Tae pasti tau. Dia kan idol terkenal," jawab Soogi, sambil menyantap makan siang miliknya.

"Simfoni no 3 eroica-bonaparte? four organ? Sleep away? Piano Quintet in F minor? Aida? Ottelo? "  runtuk Jijji.

Soogi menggaruk kepalanya akibat pertanyaan dari Jijji yang sama sekali tak ia mengerti. Bagaimana anaknya bisa mengetahui itu semua?

"Jangan memikirkan bagaimana Jijji bisa tau itu semua. Semua tentu karena Ibu menyekolahkan aku di sekolah musik. Dan aku mengambil kelas musik klasik." ucap anak itu seolah membaca apa yang ada di dalam pikiran ibunya saat ini.

"Tapi, paman Yunki pasti tau. Dia juga bisa bermain piano seperti Jijji."

"Jijji tak bertanya tentang paman Yunki, aku tanya tentang paman Tae. Aku yakin paman Tae cuma tau fur ellise  dan beberapa yang terkenal aja." jawabnya lagi.

Soogi terdiam ia mulai menyantap kembali santapan di depannya. Ia mulai berpikir untuk mengeluarkan anaknya dari sekolah musik karena ia tumbuh lebih cepat dan pintar dari yang ia perkirakan. Mungkin lebih baik jika anak perempuannya itu sekolah di sekolah umum biasa.

Jijji menatap Soogi.

"Kenapa lagi?"

"Apa ibu mulai berpikir untuk mengeluarkan aku aku dari sekolah?"

Uhuuukkkk

Soogi tersedak, Jijji memberikan gelas air dan kemudian berdiri menepuk punggung Soogi.

"Ibu udah dewasa mengapa bersikap kekanakan?"

Soogi meminum air sambil tersenyum kecut. Ia merasa jika Jijji lebih cocok menjadi seorang ibu daripada dirinya kini.

Setelah Soogi lebih baik. Jijji kembali ke kursinya dan kembali melanjutkan makan siangnya.Soogi menatap Jijji kemudian tersenyum, bagaimanapun ia bangga karena anak kesayangannya itu telah tumbuh dengan baik meskipun tanpa sang ayah.

Terima kasih Jijji ya, sudah tumbuh dengan sangat baik.

***

Saat ini Yunki Jimmy, Reya, Jeon-gu dan Bongbong berada di kamar Yunki. Bongbong menggelayuti Reya saat ini.  Ia begitu senang menatap Reya. Membuat Yunki dan Jimin memperhatikan keakraban itu. Sementara Jeon-gu malah memperhatikan kedua laki-laki yang sejak tadi sesekali tersenyum sendiri memerhatikan Reya.

"Bagaimana kalau ia sementara tinggal di rumahku. Aku tak banyak pekerjaan hanya sesekali melihat coffee shop milikku," ucap Reya.

"Apa itu tak masalah?" tanya Yunki.

Reya menggeleng. "Tentu tak masalah."

Minji datang bersama Bonbon. Kemudian meminta para pria keluar. Dengan sekali gerakkan kepala semua pria yang ada di sana segera berjalan ke luar.

"Ada apa?" Tanya Reya.

"Kita harus memberitahu mereka jika mereka harus berpakaian dan hal lain kan? Seperti anak-anak sekolah dasar?"

Tentu saja anak-anak harus diajarkan bagian tubuh yang tak boleh disentuh orang lain selain ibu mereka. Yaitu bibir, dada, bagian intim depan dan bookong.

Reya mengangguk menyetujui tentu saja. Apalagi di dorm semua penghuninya adalah laki-laki.

Di ruang tengah semua member BTL berkumpul. Heosok duduk sedikit menjauh dari Namjun ya v sedari tadi menatapnya dengan kesal.

"Ckckck melarikan diri," keluh Namjun kesal.

"Bukan begitu, aku hanya melarikan diri."

"Aku akan membawa Bonbon ke rumah Reya." Ucap Yunki.

"Gimana sama Bongbong? " Tanya Jeon-gu.

Tae berpikir sesaat. "Bagaimana kalau aku membawanya ke rumah Soogi nunna?"

"Kamu ngga kasihan sama Soogi nuna,  ia juga harus merawat Jijji?" Tanya Jeon-gu.

"Hanya untuk besok karena besok kita akan ke studio  kan?" Tanya Tae..

Taetae kemudian berjalan menjauh dan menghubungi Soogi.

***

Mobil Yunki berhenti di depan rumah Reya. Bonbon turun bersama Reya diikuti Seojin dan Yunki.

Bonbon menatap Yunki dengan sedih. Reya menatap kesedihan Bonbon. Ia sadar betul jika Bonbon saat ini layaknya anak kecil yang tak mau ditinggal induknya.

"Ibumu akan sibuk. Dia harus bekerja. Kau tau? Kau akan tinggal di sini sementara mengerti? Sebentar saja."

Yunki menggaruk tengkuknya seraya menatap Reya. Perasaannya menjadi aneh sekai saat Reya mengatakan bahwa dirinya adalah ibu dari Bonbon. Sementara Seijin hanya terkekeh mendengarkan apa yang Reya katakan tadi

Sebelum Yunki benar-benar beranjak gadis squizy itu tetap memegangi ujung pakaiannya.

"Sebentar saja ya?" pinta si pucat sambil mengusap kepala Bonbon yang kemudian mengangguk dan melepaskan genggamannya.

"Kami titip Bonbon, Reya," ucap Seojin sambil berjalan masuk ke dalam mobil.

"Nde oppa," jawab Reya.

Yunki mendengus kesal, Reya selalu memanggil Seojin dengan sebutan oppa  ia tak pernah memanggil dirinya dengan panggilan oppa padahal ia 1 tahun lebih tua dari Reya.

Bonbon mempoutkan bibirnya. Melihat mobil Yunki yang akhirnya melaju meninggalkannya. Reya memegangi tangan Bonbon. Kemudian membawanya masuk.

***

Malam hari Reya terbangun, ia merasa sesa. Ternyata Bonbon memeluknya. Tap, tubuh Bonbon terasa panas sekali. Ia demam.

Reya mengambil obat dan alat untuk mengompres. Sebelumnya ia hendak menempelkan tangan ke kening Bonbon.

"Akh," pekik Reya merasakan tubuh yang  terlalu panas.

Gadis itu mencoba mengobati Bonbon. Mengenakan kain untuk memegang tubuh Bonbon untuk memberikan obat penurun panas cair. Kemudian mengompres kening Bonbon. Setelah beberapa saat tak ada perubahan ia memutuskan menghubungi Yunki.

"Yunki ya, kau bisa kemari? Ajak Seojin oppa. Bonbon, tubuhnya panas sekali. Aku sudah memberikan obat penurun panas. Tetapi, tak ada perubahan sama sekali."


******
***
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Note
Bagaimana? Makin gaje kah?
Terima kasih yang mau membaca cerita ini.
Semoga suka.
Hehehe
Jangan. Lupa.
Vomen juseyo

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top