🍓noid 28🍓
Hari ini di ruang tengah Bonbon berada bersama Seojin. Mereka berada di ruang tengah sambil asik memakan buah yang sudah di potong-potong oleh Bonbon, kemudian di berikan perasan jeruk nipis dan Bonbon juga meletakkan es batu di sana agar buah terasa lebih dingin dan menyegarkan. Bonbon jadi ahli akan banyak hal karena Reya d Soogi yang banyak mengajarkan si kembar tentang banyak hal. Keduanya dengan cepat mengerti tentu saja Ini salah satu desain yang diinginkan oleh Professor Go.
Banyak dari pasangan dari seluruh dunia yang kini tak ingin mempunyai anak karena menurut mereka membesarkan anak membutuhkan biaya yang besar dan juga tanggung jawab yang besar pula. Maka squinoid dibuat sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan manusia masa kini. Dengan cepat mereka tumbuh dan belajar memangkas waktu yang dibutuhkan secara singkat dan cepat. Tentu saja hal itu banyak membantu memangkas pengeluaran juga tenaga dan pikiran.
"Hmph," Seojin menghela napasnya entahlah mengapa ia menjadi merasa bersalah pada Namjun.
Minggu depan adalah penayangan perdana dramanya. Dan di sana akan banyak adegan romantis, mesra bahkan nyaris intim dengan Minji. Tentu saja itu buat ia merasa takut kalau saja Namjun sebagai kekasih Minji akan marah atau kesal dengan adegan dari scene yang ia lakukan bersama Minji. Meski ia yakin Namjun akan berpikir secara rasional dan profesional, tapi tetap sana akan sulit untuk perasaan Namjun. Tak mungkin pria dengan lesung pipi itu tak peduli dengan kedekatan dirinya dan Minji.
Bonbon menatap ke arah Seojin dengan heran. Karena sejak tadi terlihat begitu resah.
"Appa kenapa sih?"
Seojin menatap bonbon kemudian menggeleng dan menunduk. "Kamu nggak akan ngerti Bong,"
"Aku Bonbon, liat rambut dong," kesal Bonbon sambil mengangkat rambut pink-nya. Padahal warna rambut ia dan Bongbong berbeda, tapi masih saja salah memanggil tentu saja itu buat squinoid itu kesal.
"Ah, maaf maaf. Jangan ngambek lagi," ucap Jin kemudian menyandarkan kepalanya ke sofa.
"Hmmm, kalau takut dan ngerasa bersalah mendingan appa minta maaf," tiba-tiba Bonbon berucap buat Seojin yang kini berada di hadapannya menoleh dan menatap dengan heran.
Jin menatap tak berpaling. Yang ada di dalam pikirannya adalah mengapa komentar bayi squzy itu bisa tepat, ia berpikir kalau Bonbon hanya menerka. "Emang kamu tau masalahnya apa?"
Bonbon menatap dengan yakin kemudian mengangguk. Bonbon menatap Seojin dengan tatapan menantang. Sementara Seojin mengerenyitkan keningnya karena pemasaran.
"Apa?" Tanya Seojin mencoba mengetes Bonbon, tentu saja ia tak percaya kalau gadis berambut merah muda itu mengetahui apa yang ada dalam pikirannya.
"Yakin nih?" Tantang Bonbon sambil menatap member BTL tertua itu dengan tatapan yang menyebalkan.
Seojin mengangguk dalam pikirannya meyakini seratus persen kalau Bonbon tak akan mengetahui apa yang ia rasakan dan pikirkan.
Bonbon mengayunkan tangannya, meminta Seojin mendekat. Pria itu menuruti apa yang diinginkan Bonbon yang dengan segera mendekatkan bibirnya ke telinga Jin. " Appa, suka sama Minji eonni."
Bonbon kemudian menjauhkan kembali bibirnya dan menatap penuh arti. Seojin terdiam sejenak dengan bibir yang terbuka. Tentu saja ia seperti tertampar dengan kenyataan. Sebelumnya ia berpikir kalau sentuhan fisik itu tak akan menghasilkan apapun atau bahkan merubah perasaannya. Namun ia salah, apa yang ia lakukan pada Minji membuat hatinya merasakan hal yang berbeda.
Jin menggeleng cepat, "Tidak, tidak. Jangan asal nembak hanya karena kamu sering lihat drama aku kan? kamu jadi nuduh aku aya gitu?"
Bonbon gelengkan kepalanya, ia jelas mengatakan kalau apa yang ia katakan tadi bukan karena ia sering menyaksikan drama yang dibintangi oleh Seojin. "Aah, aku tuh paham banget orang-orang kaya appa tuh." Bonbon mengatakan itu sambil mencebik mencemooh Seojin.
Jin mengerenyitkan keningnya, sejak kapan bayi squizy yang satu ini jadi semakin menyebalkan? Padahal beberapa bulan lalu ia belum bisa apa-apa.
"Hmmph, rumit jadi orang dewasa tuh." Gerutu Bonbon sambil berdiri dan berjalan meninggalkan Seojin di ruang tengah.
"Aish! Nyebelin kamu!" Desis Seojin kesal.
***
Hubungan Reya dan Jimmy berlangsung dengan baik selama ini. Jimmy begitu banyak memberikan perhatian pada kekasihnya. Sama halnya dengan Reya yang begitu menyayangi dan memberikan banyak hal bagi Jimmy. Hubungan mereka memang telah berjalan terlalu jauh. Jimmy bahkan beberapa kali dengan sengaja menebarkan benihnya sembarangan dan tanpa pengaman. Dan Reya dengan bodoh membiarkan itu terjadi. Lagipula ia tak sedang dalam masa subur pikirnya.
Bulan ini ia sudah terlambat datang bulan itu membuat ia cemas. Maka kemarin ia membeli testpack untuk mengetahui apakah ia hamil atau tidak. Reya berjalan mondar mandir di rumahnya sambil memegangi sesuatu di tangannya. Itu adalah testpack yang menunjukkan hasil dari test yang ia lakukan beberapa saat yang lalu.
"Reya, bodoh banget sih?! Ah, ya Tuhan gimana ini?" gerutunya kesal meruntuki kebodohannya.
Ponselnya berdering, ia segera mengambil ponselnya hanya ia letakan di meja yang berada di hadapannya. Ia menatap layar ponsel, jimmy sang kekasih yang menghubunginya.
"Yeoboseo--?"
(halo)
"Kamu di mana? Aku dari tadi pencet bel. tapi nggak keluar?" tanya jimmy yang terdengar cemas karena telah lama menunggu.
"Ah, iya belnya rusak. Aku keluar."
Reya berjalan ke depan rumahnya beberapa hari ini bel rumahnya rusak dan ia belum sempat memperbaikinya. tentu saja karena hal itu tadi Jimmy terpaksa lama menunggu. Reya kemudian membuka pintu. Terlihat Jimmy di sana, membawakan beberapa obat-obatan karena kemarin Reya mengeluh sakit. Pria itu cemas karena keadaan kekasihnya. Maka ia menyempatkan diri untuk datang.
Melihat Jimmy, Reya segera membuang benda yang ia pegang ke bawah lemari kayu yang berada di samping pintu masuk.
"Aku bawa obat-obatan. Kemarin kamu sakit kan?" Tanyanya kemudian memegang kening Reya kemudian mengecup bibir Reya.
"Hem?" Tanya Reya Bingung. "Ah, sakit? Nggak kok sekarang udah sembuh."
Jimmy menatap heran ada apa dengan Reya? Kenapa ia gugup?
"Yakin kamu nggak apa-apa?" Jimmy memegang kening Reya sekali lagi. "Demam gini lho kamu."
Jimin menggenggam tangan Reya lalu mengajaknya berjalan ke ruang makan. Jimmy mengajak Reya untuk duduk, lalu membukakan salah satu obat. Tapi, Reya menahannya tentu saja yang ia pikirkan adalah kandungannya. Ia tak mungkin asal minum obat. Dan ia takut jika itu akan membahayakan kandungannya. Sementara hatinya bimbang apa ia harus mempertahankan bayi ini atau menggugurkannya.
"Eem, Jim aku— ada alergi sama beberapa obat jadi— aku—nggak bisa asal minum obat." Reya mengatakan dengan terbata.
"Ah, mianhae—" ucap Jimmy. "Terus gimana?"
(maaf)
"Kayanya aku cuma perlu istirahat deh, nggak apa-apa kok. Mungkin aku kecapekan habis urus beberapa keperluan kafe akhir bulan kemarin," ucap Reya meyakinkan.
"Yaudah istirahat, aku buatin bubur ya?" tawar Jimmy sambil mengusap lembut kepala Reya.
Reya mengangguk dalam hati ada rasa bersalah karena membohongi sang kekasih. Hanya saja ia belum siap untuk mengatakan kebenaran tentang kehamilannya. Ia butuh waktu dan juga harus menimbang tentang apa yang harus ia lakukan selanjutnya.
Maafin aku Jim, aku nggak yakin bisa pertahanin anak kita saat ini.
***
Yunki telah selesai menjalankan operasi usus buntu beberapa hari yang lalu, Ia sudah bisa banyak melakukan kegiatan, meski masih membutuhkan sedikit bantuan jika ia berjalan. Dokter juga sudah mengatakan kalau kondisinya stabil, besok ia dijinkan untuk pulang. hari ini
Yunki sudah melakukan operasi usus buntu kemarin. Dan sekarang setelah dokter memperbolehkan ia makan, dengan beberapa ketentuan. Si pucat segera memesan beberapa makanan untuk dibuatkan sang iby.
Nyonya min mempersiapkan makanan dan memberikan pada Yunki. Sang ibu memasak makanan yang sehat untuk anak bungsunya. Tentu saja ia berharap kalau Yunki akan kembali sehat seperti sedia kala kemudian bisa kembali beraktivitas.
"Makan ini, ibu membuat ini supaya kamu bisa sehat kembali," ucapnya sambil menyerahkan makanan pada Yunki.
"Terimakasih Eomma." Ucap Yunki.
"Kemarin Reya kemari?" Tanya sang ibu lagi kemudian duduk di samping tempat tidur.
"Ah, nde—"
(Iya)
"Eomma lama nggak ketemu Reya. Kenapa dia nggak pernah main lagi?"
Yunki sebenarnya enggan menjawab. Entahlah, rasanya ia masih kesal dengan gadis itu. Padahal ia dan Jimmy sudah berpacaran beberapa bulan ini. Hanya saja perasaan masih saja merasa terus cemburu dan kesal. Setiap ia melihat Reya, apalagi ketika ia berdua dengan Jimmy. Hatinya masih bertanya mengapa Reya memilih Jimmy bukan dirinya. Padahal ia merasa kalau gadis itu masih menyukainya.
"Aku enggak tau, dan enggak mau tau. Eomma, aku nggak terlalu mikirin tentang dia. Lagian—" ucapan Yunki terhenti sesaat. "Udah ada yang mikirin kok Reya. Dia juga sibuk sama bisnisnya."
Nyonya min menatap ke arah Yunki, ia menangkap apa yang dimaksudkan buah hatinya itu. "Kalau kalian nggak bisa jadi kekasih. Eomma cuma berharap kalian tetap jadi sahabat seperti sebelumnya," ucapnya.
Yunki hanya mengangguk meski tak akan bisa ia menjadi sahabat dengan Reya dalam waktu dekat. Akan banyak hal yang menyakitkan yang akan ia rasakan. Dan harus menunggu perasannya pulih dan rasa sayangnya pudar. Entah kapan.
"Sekarang sehat dulu, eomma mau kamu sehat dan bisa kembali pulang."
"Iya," sahut Yunki kemudian menyantap makanan yang telah disajikan sang ibu.
***
Profesor Go berjalan ke sebuah coffeshop, di sana ada seseorang yang menunggunya. Profesor Go kemudian berjalan menghampiri orang itu. Mereka bersalaman. Dan ternyata itu adalah dokter Shin Dokter yang menangani Yunki di rumah sakit. Dokter Shin lah yang menghubungi Professor Go. Agar mereka bisa bertemu.
"Apa kabar prof? Aku baru tau kamu udah kembali ke Korea?" tanya dokter Shin ia berdiri kemudian menjabat tangan Professor Go. Ia juga mempersilahkan agar pria paruh baya itu duduk.
Profesor Go duduk. "Aah, kabar baik. Kamu apa kabar? Sukses di rumah sakit?"
"Hahahaha, aku udah jadi kepala divisi bedah setelah masa-masa perbudakan." Kekeh dokter Shin.
"Ya, itu masa sulit memang harus kita lalui. Buat test Drive, makin sering makin banyak masalah yang ditangani semakin handal."
"Betul sekali, masih ingat dulu kita berusaha keras di ICU jaman kuliah. Dan kamu selalu jadi kartu merahnya." Dokter Shin mengingatkan. Dulu Professor Go selalu menjadi kartu merah karena setiap ia dapat jam jaga selalu saja ada kejadian tak terduga di ICU sampai kemudian ia dipindahkan.
"Iya, aku sampai lidah divisi beberapa kali."
Dokter Shin mengangguk, kemudian ia teringat akan tujuannya. "Hmm, aku liat Zana."
"Zana?"
"Almarhum anak profesor yang beberapa tahun lalu aku tangani," ucapnya. " Ya aku tau dia bukan Zana pastinya. Karena aku tau betul kalau Zana udah di kremasi kan? Apa mungkin anakmu itu punya saudara kembar?"
Profesor Go terdiam, apa mungkin ini squinoid yang sama dengan yang ia lihat tadi?
"Ciri-ciri nya?" Tanya profesor Go.
"Sama seperti Zana, persis sekali. Tapi, rambutnya pink mungkin dia sengaja mengecat rambutnya." Dokter Shin menjelaskan seraya menggerakkan tangannya ke rambut.
"Pink?"
Dokter Shin mengangguk tentu saja dengan jelas ia yakin kalau itu adalah squinoid miliknya.
BINGGO!
Kepingan puzzle kini terpecahkan. Duo squinoid itu telah ditemukan. Setidaknya akan lebih mudah baginya untuk menemukan dua makhluk ciptaannya itu. Dalam hati ia bersorak senang karena berhasil menemukan ciptaannya dan kini adalah waktunya untuk mengambil kembali apa yang ia buat itu.
***
Namjun berada di studio rekaman ia berusaha menyelesaikan tahap akhir rekaman. Sebulan lagi Merkea akan meluncurkan album comeback mereka dengan tujuh personil lengkap. Sebelumnya mereka terpaksa comeback berlima karena Jimmy dan Tae yang sedang mengikuti wajib militer. Seseorang masuk. Dan itu adalah asisten baru mereka. Saat ini Minji buka lagi staf melainkan masuk dalam jajaran artis Bhome entertainment. Dan ia tak lagi mengatur kegiatan member BTL.
Asisten itu masuk membawakan kopi dan makanan untuk Namjun.asisten mereka kali ini adalah pria. Atasan tak mau ambil pusing karena takut akan ada skandal jika saja mereka mengambil asisten wanita seperti sebelumnya.
"Makasih Hyung." Ucap Namjun. "Lihat Minji nggak ya Hyung?"
"Tadi aku liat ada di atas di ruang PD nim."
"Makasih Hyung," ucap sang leader.
Setelah mendengar jawaban Namjun segera mengirimkan pesan pada Minji untuk bertemu di mobilnya yang berada di parkiran belakang. Ia rindu dengan kekasihnya karena Minji terlalu sibuk dengan shooting belakangan.
Setelah mengirimkan pesan ia segera berjalan menuju parkiran mobil. Ia lalu bergegas masuk ke dalam mobil. Sang leader duduk di dalam mobil dan menunggu Minji cukup lama sampai akhirnya Minji terlihat berlari kecil menghampiri Namjun. Pria itu membukakan pintu mobil untuk kekasihnya.
Minji tersenyum, ia senang karena akhirnya bisa bertemu kekasihnya itu. "Aku kangen kamu," Ucap minji.
"Aku hampir gila, biasa setiap hari kamu mondar-mandir studio. Sekarang hmmm."
Cup
Minji mengecup bibir Namjun cepat. "Maafin aku ya," ucapnya.
Sejak Minji menjadi artis Bhome. Ia belum diperbolehkan membuat skandal. Jadi, banyak larangan yang ia harus jalani. Termasuk mengurangi waktu bertemu dengan Namjun kekasihnya. Meski perusahaan tak melarang artisnya untuk menjalin hubungan. Tentu saja sebagai artis baru Minji tak bisa bertindak seenaknya. Apalagi banyak yang tengah memerhatikannya.
"Aku libur hari ini. Aku masakin masakan enak di apartemen BTL yuk," ajak Minji.
"Nggak mau." Namjun menolak.
"Terus?" Tanya Minji.
"Masaknya di rumah kamu aja," ajak Namjun sambil menatap sang kekasih penuh arti .
"Hmmm."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top