🍓love 5🍓

Saat Yunki dan Seojin mengantarkan Bonbon, Jimmy dan Tae juga mengantar Bongbong ke rumah Soogi. Semua member harus rekaman besok sehingga tak mungkin jika kedua telur ada di rumah sendirian.
Sementara yang tinggal di dorm saat ini adalah Namjun dan Minji yang tengah menikmati pencuci mulut di ruang makan. Bahkan sesekali tertawa dan mengambil gambar bersama.

Dari ruang tengah Jeon-gu dan Heosok bisa melihat kemesraan keduanya. Keduanya memilih kembali meneguk minuman mereka. Heosok melirik ke arah Jeon-gu.

"Ayo kita cari kekasih juga," ajaknya.

"Kekasih? Untuk apa Hyeong?"

Mendengar jawaban dari Jeon membuat Heosok menggelengkan kepalanya. "Tentu saja untuk menyalurkan kasih sayang. Apa kau ingin selamanya sendirian?"

Pemilik gigi kelinci itu menggeleng. "Tidak. Hanya saja ... Apa maksudmu dengan menyalurkan kasih sayang Hyeong?" Jeon-gu bertanya sambil melirik curiga.

"Aish, jangan berpikir aneh-aneh. Maksudku adalah saling berbagi pikiran dan saling bercerita tentang banyak hal. Itu akan membuat kita lebih baik. Bercerita pada teman dan pasangan itu benar-benar berbeda."

"Hmm, begitu." Jeon-gu mengangguk setelah mendapati jawaban dari Heosok tak seperti apa yang ada dalam pikirannya. "Eoh Hyeong, apakah ada sesuatu antara Reya Noona dan Yunki Hyeong?"

"Apa Reya menjalin hubungan dengan Yunki hyeong?" tanya Heosok penasaran.

"Entahlah, tapi, aku rasa begitu."

Heosok kemudian memikirkan sesuatu. Ia mengingat bahwa bukan hanya Yunki yang terlihat dekat dengan Reya tapi Jimmy. "Aku  rasa Jimmy ada sesuatu dengan Reya."

"Benarkah?" tanya Jeon-gu heran.

Heosok mengangguk. "Lagipula dulu waktu trainee Jimmy memang lebih dekat dengan Reya dibanding Yunki hyeong."

Jeon-gu berpikir sesaat mencoba mengingat apa yang terjadi dulu. "Aku tak mengingatnya Hyeong."

Si pemilik senyum cerah itu menepuk bahu Jeon. "Ah sudahlah, iyu sudah tak penting lagi. Tidakkah kau merasa kita layaknya bibi penjual di pasar yang sibuk menggosip?"

Jeon-gu terkekeh kecil. Membenarkan ucapan yang ia dengar barusan. Sebelum akhirnya kedua single itu saling mengangkat kaleng minuman mereka dan saling bersulang kembali.

Minji dan Namjun masih sibuk mengobrol. Haris itu adalah salah satu staf di perusahaan yang menaungi BTL. Dimulai saat ia mendapatkan kesempatan berkerja paruh waktu saat kuliah dulu.  Dan setelahnya mendaftarkan diri kemudian menjadi pegawai di kantor tersebut. Pencapaian yang tak pernah ia kira adalah menjadi kekasih sang leader BTL.  Pemilik lesung pipi dan kepintaran yang membuat pria itu semakin terlihat seksi dan luar biasa.

Namjun dan  Minji akhirnya saling jatuh cinta dan menjalin hubungan sejak lima bulan yang lalu. Tentu saja hubungan keduanya belum diketahui publik. Mereka masih merahasiakannya.

Bagiamana Namjun tidak jatuh cinta pada Minji, si pemilik tatapan mata sendu dengan lekuk bulu mata yang cantik, wajah kecil dan bibir tipis juga postur tubuh yang tinggi layaknya model. Namun, selain itu semua Namjun melihat kegigihan gadis itu sejak awal ia bekerja. Itu yang lebih membuatnya jatuh hati.

"Bagaimana bisa mereka dapat telur itu?" tanya Minji.

"Yang jelas itu hadiah dari fans. Aku rasa mereka mungkin membeli karena melihat itu lucu atau imut."

"Hanya saja itu aneh. Tak mungkin boneka hidup seperti dijual secara bebas 'kan?"

Namjun mengangguk hal itu juga yang menjadi pemikirannya. Benda itu jelas bukan boneka yang bisa diperjual belikan. Dan jelas hal ini tak bisa dengan sembarangan ditanyakan pada orang lain. 

Minji memerhatikan kekasihnya yang terdiam dan memikirkan masalah ini. "Waktu boneka itu lahir dan menjadi manusia kau melihatnya kan?'

Mendapatkan pertanyaan itu membuat sang leader mengangguk pasrah.  Is tak bisa terus mengelak karena Minji akan terus menanyakan pertanyaan yang sama sampai ia mengaku.

"Aish," gerutu Minji kesal.

Cup

Namjun mengecup singkat pipi Minji gadis itu membulatkan matanya kemudian menutup bibir dengan tangan kanannya. "Bagaimana kalau Jeon-gu dan Heosok lihat?"

Mendengar itu Namjun segera melirik ke arah dua orang yang kini tengah asik mengobrol sambil asik meneguk soda di tangan mereka masing-masing. "mereka tak melihatnya."

"Aku harus pulang. Aku akan sibuk seharian besok, kau tau kan akan Boy band baru debut besok?"

"Biar aku antar. Tunggu sebentar."

***
Jimmy dan Taetae  telah berada di rumah Soogi. Malam ini ia dan Jijji baru saja selesai makan malam. Bel di tekan oleh Jimmy dan segera Jijji berlari untuk membukakan pintu.  Ia memperhatikan Jimmy dan Tae juga Bongbong yang mengikuti dari belakang.

"Anyeonghaseyo," sapa Jiji dengan mebungkukkan tubuhnya sopan.

Jimmy tersenyum seraya sedikit membungkukkan tubuhnya. "Anyeonghaseyo Jijji-ya. Kau cantik dan sopan sekali. Aku Jimmy paman Jimmy."

"Nde, Paman Jimmy. Senang bertemu paman. Silahkan masuk, Ibu sedang mencuci piring Jijji akan panggil sebentar ya."

Jimmy, Bongbong dan Taetae saling tatap kemudian tersenyum melihat Jiji yang begitu  sopan membuat mereka gemas. Keduanya berjalan masuk mengikuti Jijji. Bongbong terus berjalan dengan memegangi pakaian Jimmy.

Saat mereka sampai di ruang tamu, saat itu juga Soogi berada di sana. Ia baru saja selesai menyelesaikan pekerjaan malamnya. 

"Kalian sudah tiba?" pertanyaan itu dijawab anggukan oleh Tae. "Ayo duduk dulu.'

"Noona kamu membesarkan Jijji dengan baik sekali. Dia sopan dan ramah," puji Jimmy.

Soogi tersenyum ia juga tau jika anaknya itu sangat pintar dan sopan kpada. Didikannya berhasil jelas itu menjadi salah satu kebahagiannya. Ia bahkan terkadang lebih dewasa dibanding ibunya sendiri. Tentu sebagai orang tua tunggal begitu banyak tantangan yang harus ia hadapi. Terkadang orang lain dengan mudah mencemoohnya. Jika ada kesalahan sedikit saja dari sang anak. seolah mereka lupa jika dirinya hanya manusia biasa. 

"Tak masalahkan jika kami menitipkannya?" tanya Tae.
Soogi mengangguk. "Tak masalah ia pasti suka bermain bersama Jijji nanti.

Taetae, melirik ke arah Bongbong yang sudah menghilang dari tempat ia duduk tadi. Pria itu mengedarkan pandangannya mencari  Bongbong. Gadis squiz itu kini tengah dudukdi ruang tengah bersama Jijji, mereka menonton televisi bersama.
Melihat itu membuat Jimmy dan Tae tenang.

Sepertinya akan baik-baik saja jika malam ini Bongbong dititipkan di sini. Jimmy lalu menghampiri Bongbong, membelai rambut gadis itu.

"Malam ini Bongbong tidur di sini ya bersama Jijji." pinya Jimmy.

Seolah enggan Bongbong menatap Jimmy dengan tatapan sedih, ia tak ingin ditinggalkan.  "Ibuuu ...." rengeknya.

Jimmy menggaruk tengkuknya, Jijji masih terkejut karena tadi Bongbong memanggil Jimmy dengan sebutan ibu. Hanya saja gadis kecil itu coba memahami situasinya. Ia menerangkul bahu Bongbong. 

"Biarkan saja Paman Jimmy dan Tae. Kita di sini, bersama. Lagipula bersama orang tuamu itu tak selalu menyenangkan." Jiji membujuk Bongbong.

"Yaak, Jiji-ya. Jangan ajarkan seperti itu." Soogi protes dengan apa yang dikatakan Jijji barusan.

Di sisi lain Bongbong seolah mengerti dengan apa yang dikatakan Jijji. Ia mengangguk lalu melepaskan genggaman tangan Jimmy.

Setelah itu, Jimmy dan Taetae pergi meninggalkan Bongbong yang sejak tadi terus mengikuti Jijji layaknya induk barunya. Jijji duduk di samping sang ibu diikuti Bongbong yang kini duduk di sampingnya.  Melihat apa yang dilakukan Bongbong membuat Jijji penasaran, ia melirik pada sang ibu.

"Ibu apa dia ABK?"

"Nde? Kenapa Jijji tiba-tiba tanya seperti itu?"

"Jijji merasa Bongbong seperti Anak Berkebutuhan Khusus. Dia autis atau semacamnya? Sikap Bongbong layaknya anak kecil."

Soogi tersenyum karena ia sendiri bingung bagaimana harus menjelaskan pada anak gadisnya itu. Wanita itu memilih mengangguk dibanding harus menerima runtukan pertanyaan lain dari anak gadisnya itu.

"Aigo, dia kasihan sekali." Jijji iba ia lalu megajak Bongbong ke kamarnya dan itu membuat Soogi benrapas lega.

Kamar Jijji berada di lantai dua. Kamarnya cukup besar dan ada sebuah lemari besar berisi seri lengkap ensiklopedia dan buku pengetahuan lain. Semua itu adalah hadiah dari Soogi. Jijji sangat menyukai membaca sehingga ia tumbuh lebih cerdas dan lebih pintar dari anak seumurnya.

Ia kemudian mengambil buku mengenai huruf dan dasar belajar. Buku saat ia masih 4 tahun ia mencoba mengajarkan pada Bongbong.

****
Yunki segera mengenakan coat dan berjalan ke luar kamar setelah mendapat telepon dari Reya jika Bonbon demam.  Setelah mengambil kunci mobil ia segera berjalan ke luar. Namun, belum sampai di depan pintu, ia kembali berjalan masuk menuju kamar Tae. Karena ia ingat jika tadi Bongbong juga dititpkan di rumah Soogi.

Ia segera masuk, berjalan mendekati Tae yang terlelap dan segera membangunkannya. 

"Ada apa hyeong?" tanya si pemilik senyum kotak itu masih dengan setengah memejam.

"Coba hubungi Soogi. Apa Bongbon baik-baik saja? aku akan ke rumah Reya. Ia menghubungi karena Bonbon demam tinggi."
***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top