🍓love 27🍓
Reya duduk bersama DuoB mereka duduk di ruang tengah sambil menatap televisi. Mereka menonton acara musik. Mereka memang seringkali menonton acara musik belakangan dibandingkan harus menonton kartun. Karena para squinoid itu sudah mulai bosan menyaksikan acara anak-anak.
Bonbon dan Bongbong duduk di bawah sementara Reya berada di sofa. Ia sedang sedikit tak enak badan. Semalam ia menemani Jimmy yang latihan gerakan untuk album comeback BTL tiga bulan lagi. Kegiatan sebelum comeback memang merepotkan dan menghabiskan waktu. Itu alasannya Reya tak bisa lebih banyak bertemu dengan Jimmy. Meski begitu rindu sering kali datang beruntung mereka masih bisa bertemu dan itu lebih baik dibandingkan tak bisa bertemu sama sekali. Sehingga hubungan keduanya berlangsung dengan sangat baik sampai saat ini.
Bonbon menatap ke arah Reya cemas. "Ibu sakit?" Tanya Bonbon.
"Iya sedikit," ucap Reya kemudian mengacak si rambut pink di depannya.
"Kenapa Bongbong?" Tanya Reya ketika melihat Bongbong yang juga sedari tadi memperhatikan dirinya.
Bongbong hanya menggelengkan kepalanya kemudian kembali menonton acar televisi. Bonbon dan Bongbong saling lirik sebelum akhirnya keduanya memutuskan untuk kembali menyaksikan acara musik. Karena saat ini ada boyband kesukaan mereka yang sedang melakukan perfomance.
Sementara di apartemen itu juga masih ada Seojin. Member tertua itu masih mempersiapkan pakaian dan kelengkapan untuk shooting. Sebenarnya, bukan Seojin, Jimmy dan Namjun juga masih ada disana. Namjun masih tertidur setelah semalam ia menyiapkan aransemen lagu, dan Jimmy sedang mandi dan bersiap akan mengantarkan Reya pulang.
Seojin sejak tadi terus berjalan mondar-mandir seolah bingung dan tengah mencari sesuatu.
"Ada yang bisa aku bantu oppa?" Tanya Reya melihat Seojin yang sibuk dan terlihat bingung.
"Aah, aku mau nyiapin baju untuk iklan baru. Kemarin udah aku siapin cuma lupa taruh di mana," jawab Seojin sambil berdiri dengan menopang dagunya dan tatapannya yang mengedar.
Reya ikut memerhatikan sekitar, ia bangkit dari duduknya untuk segera membantu Seojin. Gadis itu kemudian melihat ke arah dinding melihat sebuah baju yang di bungkus tas dengan rapi.
"Yang itu bukan?" tanya Reya sambil menunjuk ke arah tembok yang berada di belakang Seojin.
Pria itu menatap mengikuti arah jari Reya yang tengah menunjukkan sesuatu. "Aah, nde*."
(Benar)
Seojin segera berjalan untuk segera mengambil pakaiannya dan bergegas keluar untuk segera menuju tempat shooting. Namun, belum sampai di depan pintu ia berpapasan dengan Minji, keduanya terkejut. Seojin sesaat terdiam ia canggung bertemu lawan mainnya itu. Dan kecanggungan itu terlihat oleh Namjun yang baru saja bangun tidur. ia menatap ke arah Seojin dan Minji yang kini tengah berdiri dan saling tatap.
"Chagiya," panggilan Namjun berusaha menyadarkan dua orang itu.
(sayang)
Minji segera menoleh kemudian melambaikan tangannya. "Eoh?" Gadis itu kemudian berjalan mendekati sang kekasih.
Seojin menyadari itu segera berjalan ke luar. Bongbong memerhatikan semua sejak tadi. Apa yang terjadi pada Minji dan Seojin menarik atensinya. Bongbong kemudian bergerak mendekati Reya. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga Reya.
"Apa Seojin samchon suka sama eonni Minji?" tanya Bongbong.
Reya menatap Bongbong, heran juga dengan pertanyaan si rambut abu-abu. Bagaimana bisa ia bisa memikirkan hal seperti itu? Pikir Reya. "aah, nggak mungkin." Ucap Reya.
"Aku pikir Seojin samchon suka sama Minji eonni." Gumam Bongbong.
***
Dan Soogi saat ini berada di rumah sakit ibu dan anak. Ia penasaran apa ia benar hamil?
Dokter menaikkan pakaiannya dan membiarkan bagian perutnya terbuka, kemudian suster memoleskan cairan gel, setelah siap dokter menggerakkan alat yang tersambung ke layar. Ya, saat ini Soogi sedang melakukan USG. Soogi menatap di layar, ia melihat calon bayinya berada di sana. Mungkin seharusnya ia berbahagia karena diberikan kesempatan untuk menimang buah hati. Hanya saja kali ini rasanya berbeda. Ia kecewa pada dirinya sendiri.
"Selamat nyonya anda benar-benar hamil. Umur kandungan empat minggu," ucap dokter sambil menunjukkan sebuah gumpalan kecil di layar.
Soogi kaget, senang, sedih, bingung entah apa yang ia rasakan yang jelas ini sebenarnya tak ia inginkan. Tapi, melihat ada makhluk kecil di dalam tubuhnya membuatnya juga merasa bahagia. Yang ia pikirkan kini adalah bagaimana penilaian sang anak terhadap dirinya? Bagaimana ia harus mempertanggungjawabkan dirinya sebagai seorang ibu? Sementara kini ia malah memberikan contoh yang buruk bagi buah hatinya yang juga seorang perempuan. Langkah Soogi terhenti sesaat ia coba atur napas agar perasaannya lebih baik.
Setelah melakukan USG, soogi segera memutuskan untuk kembali pulang. Di depan rumah ia melihat Tae dan Jijji. Keduanya tengah sibuk mengobrol obrolan mereka terhenti saat melihat sosok Soogi yang kini berjalan masuk dan mendekati keduanya. Tae menatap dengan cemas, kemudian segera bangkit dan berjalan mendekati Soogi.
"Nun, tadi jadi ke rumah sakit?" Tanyanya.
"Hmm?" Soogi bertanya kembali. Ia sebenarnya mendengar apa yang dikatakan Taetae hanya saja ia membutuhkan waktu beberapa saat lagi untuk memikirkan jawaban yang harus ia berikan.
"Jadi ke rumah sakit?" Tanya Tae lagi.
Soogi menggeleng, "aku tadi ke kantor pengacara. Untuk ngurus sidang gugatan," elak Soogi.
Tae Hela napas, ia sebenarnya memikirkan betapa ia akan merasa bahagia jika Soogi memberikan kabar yang ia inginkan. Memiliki anak tentu akan menyenangkan untuknya. Meski tau akan sulit sekali mengingat dirinya adalah seorang idol dari grup yang tengah naik daun saat ini. Akan menjadi skandal besar yang jelas akan mengancam karirnya dan BTL
Mianhae, Tae ah. Aku rasa Sekarang bukan waktunya. Aku belum siap, belum siap menikah, belum siap untuk segalanya. Lagipula kamu masih harus mengejar karir dan sebentar lagi akan comeback. Aku enggak mau jadi penghalang atau penghancur karir seseorang.
***
Profesor Go berjalan memasuki sekolah musik. Itu adalah sekolah dimana Jijji berada. Ia ingin Mengulang kembali untuk mengambil rambut Jijji agar bisa di ambil DNA nya untuk pembuatan squinoid barunya. Bener, Professor Go memilih Jijji sebagai salah satu bahan percobaan karena menurutnya anak itu memiliki kriteria yang ia butuhkan. Dari kemampuan dan juga wajah yang cantik. Tentu saja itu akan menjadi squinoid yang luar biasa. Memiliki kepintaran, kemampuan musik dan juga wajah yang cantik. Sayangnya, kemarin ia gagal mendapat helai rambut yang lengkap. Menyebabkan dirinya harus mengulang kembali.
Setelah memarkir mobil, pria paruh baya yang masih terlihat sangat tampan itu berjalan masuk. Langkahnya tegak seraya memikirkan apa dan bagaimana hal yang harus ia lakukan. Dan saat ia kini berada di lorong, sang profesor berpapasan dengan Soogi dan Jijji yang tak menyadari keberadaannya karena lorong yang cukup ramai. Ia kemudian memutuskan mengikuti kedua orang itu dari belakang.
Mereka berjalan sampai akhirnya sampai di tempat parkir yang terletak di taman belakang sekolah.
Saat itu di sana Bongbong terlihat menunggu di dalam mobil dengan kaca jendela yang dibiarkan terbuka. Pandangan profesor Go terpaku pada Bongbong langkahnya terhenti lalu ia berlindung di Balik dinding agar tak terlihat.
"Zana?" Gumamnya. "Squinoid?" Ia bergumam lagi. Melihat Bongbong yang tentu saja adalah eksperimen buatannya.
Ya sudah tentu pasti ia mengetahuinya, itu adalah hasil kloning gen anak gadisnya yang telah meninggal beberapa tahun lalu. Profesor Go bukan hanya membuat squinoid ia juga berambisi untuk menghidupkan buah harinya kembali. Setelah sang istri meninggal ia menjadi ayah tunggal. Kehilangan anak merupakan sebuah pukulan yang telak untuknya. Kesedihan ia alami selama beberapa tahun sebelum akhirnya terpikir untuk bereksperimen dan membuat kloning dari istri dan anaknya. Hanya saja ia tak berhasil membuat kloning lain dari istrinya. Kemudian lebih memilih untuk mengembangkan squinoid yang ia buat dari DNA anak perempuan satu-satunya. Squinoid masih berbentuk sampel saat ia bawa kembali ke Korea. Dan tentu saja ia berniat mengembangkan kembali di negara kelahirannya. Sayang, ekperimen buatannya hilang. Namun, kini ia menyaksikan sendiri squinoid buatannya di depan mata. Dan itu jelas menunjukkan kalau squinoid buatannya berhasil tumbuh sesuai dengan harapan.
Saat itu panggillan masuk, ia tersentak dari lamunannya. Bahkan tak menyadari jika mobil Soogi susah hilang dari pandangannya.
"Yeoboseo?" Sapanya.
(Halo)
"..."
"Nde?"
(Apa?!)
"..."
"Ah, baiklah kita bertemu siang nanti." Ucapnya kemudian memilih meninggalkan tempat itu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top