🍓love 21🍓
Yunki terbangun pagi ini, dan ia tak bisa segera bangkit karena merasakan sakit di bagian bawah perutnya. Ia mendesis merasakan nyeri yang luar biasa. Sedangkan saat ini ia hanya bersama para squinoid yang tengah memasak ramen dengan tteok dan terlur, untuk diri mereka sendiri. Keduanya lalu dengan cuek membawa hasil masakan mereka ke ruang makan.
Keduanya lalu menyantap dengan lahap sarapan mereka. Bonbon menatap ke arah kamar Jimmy yang kini menjadi tempat Yunki tidur. Bongbong ikut menatap ke arah pintu.
"Bon, kenapa?" tanya Bongbong.
"Ayah aku lagi sakit. Dari tadi, tidur," jawab Bonbon sambil menguyah santapan paginya
Bongbong kembali menatap ke arah pintu. ia juga khawatir. "Telepon ayah Jimmy," saran Bongbong.
Bonbon menggelengkan kepalanya. "Ayah kamu cari uang. Kalau di ganggu nanti kita nggak bisa makan ini," ucap Bonbon mengingat omongan Yunki padanya. "Aah, telepon Ibu," ucap Bonbon.
"Aha, Reya eonni?" tanya Bongbong di jawab oleh anggukan Bonbon.
Mereka berjalan ke kamar Yunki. Mengendap masuk dengan perlahan. Melihat Yunki yang masih tertidur Bonbon menatap dengan sedih.
"Ayah," gumamnya sedih.
"Cepet," bisik Bongbong.
Mereka mengambil ponsel Yunki yang tergeletak di samping tempat tidurnya. Kemudian berjalan lagi keluar. Bongbong mengambil ponsel dari tangan Bonbon. Kemudian melihatnya. Ia berusaha membuka kode kunci ponsel Yoongi.
"Nggak bisa."
Bonbon mengambil ponsel di tangan Bongbong. Setelahnya, ia membuka dengan mudah.
"Kok bisa?" Tanya Bongbong bingung.
"Aku suka intip ayah buka hape, hihihi" kekeh Bonbon.
Ia pun segera mencari nomer Reya di ponsel Yunki, setelah menemukannya ia segera menghubungi Reya.
***
Saat ini member BTL sedang memerhatikan gerakan tari untuk single terbaru mereka. Ke enam member memerhatikan dengan serius. Tak ada Yunki sejak kemarin karena mengeluh tak enak badan.
"Aku sudah merekam gerakannya. Kalian bisa melihat videonya," ucap guru tari mereka Hyun.
Semua member mengangguk. Setelah memberikan pengarahan Hyun ke luar ruangan. Dan saat ini hanya ada ke enam member. Tae segera berjalan untuk mengambil laptop, Heosok segera mencoba gerakan yang di tunjukkan tadi, dan hebatnya ia sudah hampir menguasai dan menghafalkan sebagain besar tarian itu.
Jimmy dan Jeon-gu menatap Heosok dengan takjub. Tae kembali duduk dan mulai menyalakan laptop. Seojin dan Namjun mendekat. Lalu Tae segera menyalakan laptop dan mengklik salah satu video.
Dan.
Jeng jeng jeng
"Apa ini!!!" Teriak Jin terkejut.
Hoseok setengah berlari mendekati mereka. Jimmy terkejut mulutnya bahkan terbuka saat ini. File di laptop ini berisi film dewasa.
"Yak ini pasti koleksi kamu Hyung," terka Jeon-gu ia lalu menatap Namjun.
"Hahahaha, aku pikir udah aku hapus," kekeh Namjun tanpa dosa.
"Aish, hapus itu Tae," perintah Jimmy.
Tae hanya terdiam sesaat, buat Jimmy dan Namjun saling menatap. Heran dengan sikap Tae belakangan. Ia jadi sering banyak melamun dan terdiam.
***
Profesor Go, masuk kedalam laboratoriumnya. Ia kembali menyusun untuk membuat squinoid terbarunya. Sebenarnya ia ingin kembali membuat dalam bentuk yang serupa dengan anaknya yang lama meninggal. Tapi, tak bisa lagi. Ia sudah berjanji tak akan membongkar makam sang anak.
Lalu ia mengeluarkan sebuah tube. Ada helaian rambut di dalamnya.
"Akan baik jika aku menggunakan DNA dari anak itu kurasa."
***
Nami berjalan menuju lantai tiga. Disana ia berniat mengecek kamar BTL. Walaupun, ia sendiri belum tau bagaimana caranya. Ia masuk ke lift dengan membawa beberapa peralatan kebersihan. Saat itu Reya juga masuk kedalam lift yang sama.
Ting!
Lift terbuka mereka keluar bersamaan. Putri menatap Reya.
Apa ia juga mau ke dorm BTL?
Reya berjalan dengan tergesa di depan pintu Bonbon sudah menunggu.
"Ibu," sapa Bonbon.
"Yunki baik-baik aja?" tanyanya.
Bonbon menggeleng. "Ayo ibu masuk."
Mereka masuk bersama. Tanpa mereka sadari jika Nami memperhatikan mereka.
"Yunki? Ibu? Yunki udah nikah?" Gumam Nami bingung.
Padahal selama ini Yunki adalah idolanya. Ada sedikit rasa sakit tapi tak berdarah yang kini terasa di dalam hatinya.
Reya segera masuk ke kamar Yunki. Ia melihat Yunki yang sedang terbaring di kamarnya. Reya lalu berjalan mendekati ia mengecek suhu tubuh Yunki.
Ia mengambil termometer yang tadi memang ia bawa. Karena ia khawatir ia membawa semua peralatan obatnya. Ia memasukkan ujung termometer ke telinga Yunki. Tubuh pria mulai bergerak sedikit. Sepertinya, ia mulai bangun.
"Jangan gerak aku lagi cek suhu badan kamu."
Si pucat mengurungkan niatnya untuk membalikkan tubuhnya. "Kamu ngapain ke sini?"
"Bonbon bilang kamu sakit, jadi aku kemari." Ucap Reya sambil melihat termometer ditangannya. "39.2? Ke rumah sakit aja yuk."
Yunki menggeleng, "aku cuma nggak enak perut."
"Hmm, ayo Yunki. Susah banget kamu. Kalau nanti makin sakit."
"Nggak usah sok perhatian, Reya."
"Maksud kamu?" .
"Apa alasan kamu perhatian gini."
"Kok gitu nanyanya? Kamu temen aku temen Jimmy juga. Aku nggak mau kamu sakit. Ayo ke rumah sakit."
Reya mengambil kain kompres yang ada di samping meja Yunki. Ia mencoba menghapus keringat di kening Yunki. Tapi, si pucat menepisnya.
"Kamu tuh kenapa sih?"
"Kamu masih marah?" Tanya Yunki.
"Marah buat apa?"
"Karena waktu kita pacaran dulu. Aku akhirnya milih karir dan nggak pernah hubungin kamu?! Padahal, kita ada di agensi yang sama. Tapi aku selalu milih menghindari kamu?"
"Stop! Nggak ada yang perlu di bahas,"
"Perlu, aku masih sayang kamu. Aku mau clear semuanya."
"Semua udah clear aku udah sama Jimmy sekarang."
"Alasan kamu ke luar dari agensi waktu itu karena gosip aku itu kan?"
"Jangan kepedean Min Yunki—,"
"Reya tolonglah—"
"Aku ke luar karena cidera kakiku! Bukan karena kamu! Please stop bahas ini— aku mau bahagia sama Jimmy."
Jleb
Bagai ada ribuan jarum masuk ke dalam hatinya. Sedikit menyesal karena ia memulai pertengkaran ini.
"Ayo kita ke rumah sakit." Ajak Reya mencoba meredam emosinya.
"Nggak perlu, kamu bahagia aja sama Jimmy nggak perlu perduli sama aku."
***
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Note
Siapa yang nunggu work ini?
Jangan lupa Vomen juseyo.
Makasih
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top