🍓love 19🍓
Nami dalam perjalanan pulang. Ia benar-benar lelah setelah seharian bekerja dan kuliah. Langkahnya lunglai dan lambat, apalagi malam ini ia belum makan apapun. Dirinya benar-benar tak menyangka akan mengalami hal seperti ini. Ia hanya berniat kuliah di Korea. Dan kini malah ada dalam masalah tak ia sengaja. Parahnya, bahkan ia mendapatkan ancaman dan hal yang tak pernah ia duga. Ya, jika saja barang yang ia temukan tak ia berikan ke member BTL, jika saja barang itu ia biarkan terlantar di tempatnya. Semua hal menyeramkan ini tak akan terjadi.
Sampai di depan rumahnya, dua orang penculik berdiri di depan rumah. Ia takut, namun malas untuk menghindar.
"Kalian mau apa lagi?" tanya Nami memberanikan diri.
"Gimana kamu sudah dapat kamar nomer berapa? Tempat member BTL tinggal?" Tanya Samsoel seorang penculik dengan tubuh yang lebih besar dan kulit yang lebih gelap dari emangnya.
Nami menggeleng. "Belum-- hari ini aku hanya dilatih caranya membersihkan bagian ruangan. Jadi aku belum benar-benar berkerja. Dan belum menjelajahi tempat itu."
Para penjahat itu saling menatap. Sepertinya, mereka tak mempercayai apa yang Nami katakan. Nami menelan saliva nya bagaimana kalau mereka tidak mempercayainya? Mungkin saat ini juga harapannya kembali ke Jepang akan jadi harapan saja.
"Baiklah, kami akan mempercayai mu. Tapi ingat, waktumu tak lama," tegas Samsoel kemudian berjalan meninggalkan gadis itu.
Nami menghela napas lega merasa lebih aman karena kedua orang itu berjalan cepat menjauh.
***
Jijji, Reya, Jimmy, Soogi dan Tae berada di ruang makan. Reya telah menyiapkan sup dan juga beberapa makanan lain. Tae masih sesekali mengusap matanya yang terasa berat. Kali ini suasana seidkit canggung. Tae dan Soogi sesekali berdeham atau saling lirik, lalu Jimmy akan tersenyum yang jelas sekali jika ia meledek sahabatnya . Soogi yang terus menunduk seolah lehernya lemas untuk menopang wajahnya. Membuat Reya memikirkan cara untuk mengalihkan Jijji dari kecanggungan itu.
Tapi Jijji terus berpikir ada apa dengan suasana ini. Anak cerdas itu mencoba menyatukan dan mencari tau apa yang bisa saja mungkin terjadi.
"Ibu sama Om—"
"Kita nggak ngapa-ngapain bener," sahut cepat Soogi dan Tae kompak. Bagaikan penjahat yang mengelak setelah melakukan kejahatan.
Jijji malah membulatkan matanya. Ia sangat terkejut, bukankah jika saling menolak berarti ada sesuatu?
Jinjji itu cerdas dan kini bisa menangkap dengan jelas hal-hal aneh di sekitarnya.
"Hmm?" Ujar Jijji lagi.
"Tenang Jijji nggak akan punya adik." Jawab Soogi cepat.
"Adik?" tanya Jijji bingung.
Tentu saja meski cerdas Jijji belum mengerti detai hal semacam itu. Ia hanya merasa yang aneh dengan situasi ini.
"Yak! Nunna apa kamu akan menggugurkan anak kita?!" Tanya Tae kesal. Padahal seharusnya biasa saja karena Soogi belum hamil tentu saja.
Soogi memukul kepala Taehyukesal.
Reya terkejut matanya membulat, sementara Jimmy malah terkekeh melihat pasangan semalam ini.
Hiks hiks hiks ....
Jijji menangis, ia sesenggukan terlihat ia merasa terluka sekali. Reya mengusap kepala Jijji. "Kenapa Jijji sayang?" Tanyanya
"Ibu jahat!! Hiks om juga-- kalian ke rumah sakit liat adik tapi--hiks hiks nggak ajak Jijji."
Hah rumah sakit? Kira-kira begitulah pemikiran para orang dewasa di sana.
Soogi, memikirkan sesuatu ia Ingat jika Jijji mengetahui kalau adik itu dibuat oleh dokter. Dokter yang akan memasukkan bayi ke dalam perut ibunya.
"Nggak Jijji, Ibu nggak ke rumah sakit. Kemarin malam ibu—" Soogi mencari alasan di falam otaknya.
"Olahraga!" Sahut Tae. "Ibu mau diet. Om bantu olahraga!" Ucap Tae lagi sambil menggaruk kepalanya, kemudian menunjukkan senyum kotaknya.
"Hahahaha." Jimmy terkekeh sungguh ia tak dapat menahan diri lagi melihat Soogi dan Tae kali ini.
Reya memukul bahu Jimmy. Jelas ia kesal dengan kekasihnya yang malah menertawakan apa yang terjadi kini. "Kamu tuh!"
****
Kini Seojin berjalan ke ruang ganti. Sungguh ia merasa heran mengapa ia merasakan jantungnya berdetak lebih kencang hari ini. Apa karena pelukan tadi? Ia kuat-kuat. Mana boleh ia jatuh cinta pada Minji.
"Jin oppa," panggil Minji.
Minji melangkahkan kaki masuk ke dalam. Melihat Seojin yang duduk di depan meja rias. Pria itu menoleh dengan senyum yang dipaksakan.
"Apa kamu sakit?" Tanya Minji.
Seojin hanya menggeleng, dan berusaha tersenyum. Ia benar-benar berusaha menghindar dari Minji
"Sutradara memanggil mu Minji. kita ada 1 scene lagi." Panggil salah seorang staf.
"Baik, nanti aku ke sana." Minji mengangguk kemudian berjalan meninggalkan Jin.
**
Heosok bersama duoB mereka asik bermain suit. Siapa yang kalah akan mendapat coretan di wajah. Sayangnya alih-alih mengerjai duoB, Heosok malah kalah telak. Coretan dari pensil alis milik Yunki pun memenuhi wajahnya.
Wajah ceria Heosok pun berubah menjadi muram. Sementara duoB asik terkekeh. Salah Hoseok karena, mengajak duo ajaib itu main hal yang bisa ditebak oleh duo ajaib itu.
"Hahahahah, samchon lucu," kekeh Bonbon.
Bongbong mengangguk mengiyakan ucapan Bonbon. Melihat wajah sang paman yang penuh dengan goresan-goresan yang mereka buat seolah wajah itu adalah media menggambar.
"Udah, udah." Heosok mencoba menghentikan keduanya.
"Yaaa, kenapa samchon?" keluh mereka kompak.
"Udah muka samchon udah penuh gambar gini."
Hoseok kemudian berjalan ke dapur untuk mengambil minum.
Saat itu Namjun datang, melihat duoB yang masih asik tertawa. Ia berjalan masuk berpapasan dengan Heosok.
"Ya ampun!"pekik Namjun.
Ia melihat wajah Heosok yang penuh dengan coretan. Setelahnya Namjun tertawa dengan keras. "Wah Daebak! Hahahahah."
"Ketawa yang puas," kesal Heosok. Ia kemudian berjalan ke kamar mandi.
Ia berpapasan dengan Yunki yang baru saja bangun tidur. Si pucat terkekeh melihat wajah rekannya. Ia berjalan ke ruang tengah melihat si kembar yang saat ini asik membaca buku. Ia kemudian melihat pensil alis miliknya yang tergeletak di antara duoB.
"Itu siapa yang pakai?" Tanya Yunki.
"Aku," ucap Bonbon.
"Aku juga," sahut Bongbong.
"Yaaak!!" Teriak Yunki kesal.
DuoB sekarang menangis karena terkejut dengan teriakan Yunki. Masih sama tangisan keduanya memekikkan telinga.
"Hyung hentikan mereka." Pinta Namjun.
Huaaaa!
Suara tangisannya benar-benar nyaring. Saat itu Reya dan jimmy berjalan masuk. Reya berlari mendekati duoB.
"Hari ini jalan-jalan yuk," ucapnya sambil menutup telinganya.
Mereka berdua segera berhenti menangis. Namjun dan yunki menghela nafas lega. Tangisan melengking itu berhenti.
* ***
Jeon-gu kini berada di studio latihan tari. Ia menarik tangan Minmin, sementara gadisnya memerhatikan sambil memegang handuk dan minuman Jeon-gu.
Sesekali ia beradu pandang membuat Minmin merasa berdebar. Intinya tatapan laki-laki itu tak bisa membuatnya baik-baik saja sekarang. Lalu apa posisi Yunki tergantikan?
Entahlah, Minmin juga tak mengetahuinya. Yunki itu idolanya yang utama, yang tak bisa ia gapai. Sementara Jeon-gu jelas-jelas sudah menyukainya. Lagipula, Jeon-gu lebih tampan beberapa tingkat di atas Yunki.
"Kenapa ngelamun min?" tanya Jeon-gu kemudian duduk di samping Minmin.
Minmin hanya mengangguk, Jeon-gu mengacak-acak berambut Minmin dan tersenyum lebaran menampilkan gigi kelincinya.
Imut, batin Minmin. Tapi, Minmin hanya bisa terdiam. Sebenarny, ia tak menyangka Jeon-gu menyatakan perasaannya. Karena ia tak terlalu dekat juga dengan Minmin.
"Kamu mikir apa si?" Tanya Jeon-gu.
Minmin menggelengkan kepala tak ada yang bisa ia jawab. Ia sendiri bingung dengan perasaannya.
"Kita pacaran kan?" Tanya Jungkook mengambil botol minum di tangan Minmin.
"Hmm?"
"Kamu nggak jawab makanya aku pikir kamu setuju."
"Oppa—"
Cup
Tak mau ditolak Jeon-gu kembali mencium Minmin. "Aku nggak terima penolakan."
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top