🍓love 15🍓
Drama musikal sudah dimulai sekitar lima menit lalu. Namun, Tae belum juga muncul. Soogi menunggu dengan sedikit cemas. Yang ia takutkan adalah jika sahabatnya itu bertemu fans. Tatapannya mengedar sementara di sisi kanannya sudah ada Jijji dan Bongbong yang telah sibuk memperhatikan pertunjukan yang sudah dimulai.
Tak lama Tae datang dari arah tangga di sisi kirinya. Ia kini berjalan mendekati Soogi yang kini merasa lega. Karena pria itu telah berhasil masuk ke dalam ruang pertunjukan.
Si pemilik senyum kotak itu menatap Soogi. Ia tersenyum jelas terlihat meski mulutnya tertutup masker. Tae melepaskan masker miliknya, kemudian sedikit menaikan kerah jas yang ia gunakan. Hanya saja ia tak melepaskan topi yang digunakannya.
"Maafkan aku, kau jadi lama menunggu Noona. Aku harus menunggu benar bener sepi. Setelahnya, aku baru bisa masuk."
Soogi mengangguk ia mengerti tentu saja. Jelas ia ketahui jika Tae adalah seorang idol. Yang privasinya sering kali ingin ia sembunyikan. "Tak apa-apa. Aku hanya khawatir kau bertemu dengan penggemar hingga kesulitan untuk masuk."
Tae tersenyum menunjukan senyum kotak yang penuh pesona. Memancarkan pesona seorang idol yang pernah menjadi urutan pertama pria tertampan di dunia. "Tenang saja, aku bisa masuk. Aku berdiam di mobil dan menunggu sampai tak ada lagi yang datang. Aku sebelumnya sudah menghubungi pihak teater kalau aku akan datang terlambat. Jadi mereka tak akan mengusirku." Lagi Taetae tersenyum ia lakukan juga untuk menenangkan Soogi.
Soogi sempat terhanyut sesaat melihat pria di sampingnya. Sungguh Tae berbeda sekali saat ia kecil Tae sungguh jahil. Dan kini si jahil itu telah tumbuh dewasa dan menjadi seorang idol yang sangat terkenal. Saat Soogi memalingkan wajahnya, Tae menoleh menatap Soogi. Entah kali ini ia merasa aneh sendiri.
"Noona," panggilnya.
"Hem?" Soogi memalingkan wajahnya kembali menatap Taetae.
"Aah, tidak hanya iseng saja." Pria itu kembali memalingkan wajah mulai menyaksikan pertunjukan yang tengah berlangsung.
Soogi menatap heran meski ia penasaran. Ia memilih diam dan kembali menyaksikan drama musikal.
***
Namjun fokus pada suara Heosok yang kini ada di dalam ruang rekaman dan sedang merekam bagiannya. Jimmy ikut mendengarkan di samping pemilik lesung pipi itu.
Jimmy kemudian melirik ke arah Namjun dengan tatapan jahil. "Enak Hyeong?" tanyanya iseng.
"Enak," jawab sang leader refleks.
Jelas ini membuat Jimmy tertawa terbahak-bahak. Melihat itu Namjun terkejut lalu bergerak canggung karena salah tingkah.
"Yaak, apa yang enak? Coba jelaskan? Apa yang enak?!" Sedikit kesal hingga nada suaranya sedikit meninggi.
"Entahlah," jawab Jimmy sambil tersenyum dan menatap kembali ke arah Heosok.
"Aish bocah ini. Kau seolah-seolah mengerti." Namjun kembali dengan kegiatannya ia fokus memerhatikan Heosok.
Sementara Jimmy hanya menjawab dengan menaikan bahunya lalu tersenyum penuh arti. Jelas itu membuat Namjun berpikir jika saja Jimmy benar-benar sudah melakukan hubungan seperti 'itu'.
"Jangan katakan kau sudah?"
"Apa Hyeong?"
"Dengan siapa kau melakukannya?" tanya Namjun.
"Apa yang aku lakukan?" elak Jimmy.
"Aaah, jangan katakan kau melakukannya bersama Re—"
"Sudah Hyeong sekarang saatnya fokus," elak Jimmy sambil menunjuk ke arah Hoseok.
Namjun membekap mulutnya terkejut dengan sedikit berlebihan. Ia lalu memikirkan jika benar Jimmy dan Reya bersama. Lalu bagaimana dengan Yunki? Ia tau dengan jelas jika Yunki begitu menyukai gadis itu.
"Kau tau kan? kalau Yunki Hyeong menyukai Reya?"
Jimmy mengangguk, jelas jika ia mengetahui. "Hanya saja aku juga punya perasaan Hyeong. Apa aku harus mengalah? Reya dan aku saling menyukai. Jika ada yang harus mengalah dalam sebuah hubungan adalah orang yang tak dipilih. Dan Reya memilihku. Lagipula, aku baru mengetahui setelah aku—" Jimin menghentikan ucapannya
"Setelah aku?" tanya Namjun penuh penekanan.
"Lupakan Hyeong."
"Aku hanya tak ingin hubungan kalian menjadi buruk hanya karena seorang gadis."
"Iya Hyeong, tenang saja," sahut Jimmy.
Heosok berjalan ke luar menghampiri Namjun dan Jimmy. Namun, langkahnya terhenti saat Namjun mengayunkan tangannya meminta pria itu masuk kembali ke ruang rekaman.
"Ulang lagi, aku tadi tak memerhatikan," titah Namjun pada Heosok.
Heosok mendesis kesal lalu masuk kembali ke dalam dengan langkah berat.
"Maafkan aku," ucap Namjun lagi.
***
Jeon-gu membopong Minmin yang pingsan menuju kamar Bonbon dan Bongbong. Di sana kosong, Yunki dan Bonbon ada di dapur dan Bongbong pergi bersama Tae. Jeon-gu merebahkan tubuh Minmin di tempat tidur. Setelah ia berjalan ke luar menuju ruang tengah melihat Seojin yang kini duduk bersama Yunki sedang asik bermain game dari ponsel. Si bungsu duduk lalu menyandarkan tubuh di kepala sofa.
Jin menoleh mencium bau alkohol dari si Jeon yang kini berada di sebelahnya. "Kau minum berapa banyak?"
"Paman Jeon-gu," sapa Bonbon sambil memegangi tangan Jeon-gu dan menggoyangkannya dengan penuh semangat. "Aaa!" Bonbon tiba-tiba memekik.
Tentu saja teriakan dari squinoid itu menarik ketiga pria yang berada di sana.
"Paman Jeon, pacaran? Sama Minmin itu?" tanya Bonbon.
"Apa?!" pekik Seojin, Yunki dan Jeon-gu kompak.
"Paman di cium-cium sama Minmin 'kan?" tanya Bonbon lagi
"Hah?!" pekik Seojin, Jeon-gu dan Yunki lagi.
Bonbon kemudian memegangi Seojin. "Aaa?!!!!" pekik Bonbon lagi.
"Ayah Seojin, pacaran?" tanya Bonbon.
"Pacaran?" tanya Seojin heran.
"Ayah Jin juga cium-cium kan sama Kakak Minji."
"Aish," Seojin mendesis terkejut.
Yunki memperhatikan tangan Bonbon ia tau dengan jelas situasinya. Ia melepaskan tangan Bonbon dari tangan Seojin. "Bonbon tak boleh terlalu sering membaca pikiran ya?"
"Membaca pikiran?" tanya Bonbon kemudian ia berpikir. Ia kemudian bergerak menyentuk Yunki. Yunki menarik tangannya. Bonbon tersenyum iseng. "Iya Ayah, aku nggak akan membaca pikiran Ayah lagi,"
"Bukan cuma Ayah tapi semua. Mengerti?"
Bonbon mengangguk.
***
"Apa BTL?!" pekik seorang pria yang menculik Nami.
Nami mengangguk. "Lagipula tidak semua hadiah fans dibawa pulang. Sebagian akan di donasikan atau dibuang mungkin saja." Jelas gadis itu lagi.
"Kau jangan berbohong?!"
"Aku tak berbohong! Aku masih mau hidup!!!" Teriak Nami kesal.
"Kami tak mau tau, kau mengecek. Segera cek ke BTL itu. Apa hadiah itu masih ada atau tidak." Ujar lelaki lain disana.
"Hah?! Bagiamana caranya?!"
"Itu urusan kami. Kalau kau berani macam-macam awas."
Nami menghela nafasnya. Entah mengapa ia waktu itu mengambil kotak itu?
Nami tanpa ia ketahui ia duduk di sebelah profesor Go. Dalam perjalanannya ke pulau Jeju. Saat turun dari pesawat, profesor Go Meninggalkan tasnya. Kemudian Nami membawanya.
Sebenarnya ia ingin memberikan tas itu kembali. Tapi, profesor Go berjalan dengan cepat dan. Ia tak dapat menemukannya. Akhirnya ia membawa pulang.
Ia pikir itu adalah sebuah lampu. Maka ia memutuskan untuk memberikan pada member BTL sebagai hadiah. Toh, itu hanya lampu, pikirnya. Ia benar-benar tak mengetahui jika itu adalah sebuah percobaan genetika.
***
Pagi-pagi duoB sudah asik memasak telur sepertiyang diajarkan Reya. Mereka memasak banyak sekali telur mata sapi. Hampir semua mereka masak. Dan juga menggoreng sosis sapi.
Mereka kemudian menatap di piring. Bongbong meletakan dua telur dan tiga sosis ketiap piring.
"Ayah, Ayah, aku, Paman Jeon-gu, Paman Yunki , Paman Seojin, Paman Heosok, Paman Namjun dan Bonbon," Bongbng menyebutkan nama-nama disetiap ia meletakkan sosis.
Dan bonbon menghias piring dengan saus yang ia bentuk seperti smile. Ia kemudian tersenyum.
"Minmin udah?" tanya Bonbon kemudian. Ketika ia tak mendengar Bongbong menyebutkan Minmin.
Bongbong berpikir, ia menatap teflon di tangannya hanya tersisa dua sosis.
"Ini?" tanya Bongbong sambil menunjukkan pada Bonbon.
"Telur?" tanya Bonbon.
"Habis."
Bonbon berpikir, kemudian ia meletakkan apel di piring Minmin. "Ini?"
Bongbong mengangguk menyetujui ide Bonbon.
Seojin bangun pertama kali. Ia melihat duoB yang sedang menata piring. "Wah kalian pintar sekali," ucap Seojin sambil mengusap kepala Bongbong
"Aaa?!" Bongbong memekik seperti Bonbon semalam.
Seojin segera menarik tangannya,
Tapi ia salah, Bongbong mengambil piring yang ia siapkan dan memberikan pada jin. "Paman Ayo makan."
Seojin merasa lega ia pikir pikirannya terbaca lagi.
Yunki terbangun setelah Seojin. "Wwahh, keren. Siapa yang mengajarkan kalian?" Tanya Yunki.
"Kakak Reya." jawab duoB kompak.
Yunki kali ini sedikit tak senang mendengar nama itu. "Aah, begitu--" gumamnya.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top