Chapter 8. Yunho Terlambat
Jujur, Yunho sangat menyesal dengan ucapannya tadi siang. Anak itu hanya mampu terdiam dan terpekur seorang diri. Yunho tidak mampu menahan emosinya hingga berkata kasar dan keterlaluan pada Jaejoong. Besok Yunho harus menemui Jaejoong dan mengajaknya bicara.
Keesokan harinya, Yunho melangkah seorang diri ke kelas Jaejoong. Jaejoong belum datang. Padahal Yunho rela bangun pagi dan berangkat lebih awal hanya untuk mengajak Jaejoong bicara. Biasanya Jaejoong berangkat pagi untuk sarapan lagi di kantin. Anak gendut itu punya nafsu makan yang tidak biasa.
Namun di kantin tak ada batang hidung si Gendut. Yunho menghela napas lelah. Rasa bersalahnya makin memuncak. Apalagi ketika bel masuk sudah berbunyi, anak itu tak muncul juga.
"Yun..." Suara Jaejoong membayangi Yunho. Yunho tidak dapat berkonsentrasi selama pelajaran. Dia ingin segera menemui Jaejoong dan... meminta maaf.
Yunho bergerak cepat ketika bel istirahat berbunyi. Dia bergerak lebih dulu dan berlari ke kelas Jaejoong. Di pintu kelas Jaejoong, langkahnya terhenti. Bangku si Gendut kosong.
Kemana anak itu?
Bahkan tasnya juga lenyap.
Yunho nekad melangkah masuk ke kelas Jaejoong dan menghampiri Changmin. Changmin sedang tertawa bersama teman-temannya yang lain dan terkejut ketika Yunho menghampirinya.
"Ada apa?" Changmin jengah dengan kedatangan Yunho. Mau apa lagi sekarang? Changmin masih kesal dengan perlakuan Yunho terhadap Jaejoong kemarin.
"Jaejoong. Kemana dia?"
Changmin tersenyum sinis. Yunho melongo. Hukum karma, Yun! Sekarang kau membutuhkan orang lain. Itu semua karena siapa? Karena Jaejoong.
"Kenapa kau peduli sekarang? Bukankah kemarin kau mengusirnya?" Changmin tersenyum lagi. Yunho benar-benar putus asa.
"Aku ingin bicara dengannya."
Changmin mengedikkan bahu tak acuh.
"Kenapa kau baru melakukannya sekarang? Kemarin dia mengajakmu bicara, namun kau mengabaikannya, Jung Yunho."
"Aku ingin meminta maaf untuk itu."
"Kau menyesal?" Changmin tersenyum miris.
"Bisa dibilang begitu..."
Changmin terbahak setelahnya. Yunho gemas sekali dengan tingkah Changmin. Kenapa dia merahasiakan kemana perginya Jaejoong?
"Aku tidak suka bertele-tele. Kemana Jaejoong?"
Changmin masih enggan menjawab. Anak itu mengedikkan bahunya, lalu mengerling iseng. Changmin sepertinya sedang menjahili Yunho. Berani sekali anak ini! Di saat Yunho sedang serius, kenapa Changmin malah bermain-main? Yunho juga masih kesal dengan tingkah sok akrabnya pada Jaejoong.
"Katakan, Shim Changmin!" Aura mutlak Yunho kembali muncul.
Changmin mengembuskan napas, lalu mengerling tak suka.
"Aku mendengar berita dari ruang guru ketika mengumpulkan tugas tadi pagi."
Yunho menunggu.
"Hari ini Jaejoong pindah sekolah. Tadi dia masuk di jam pertama, tetapi hanya untuk berpamitan pada kami semua."
Yunho terpaku. Jantungnya berdegup kencang, tak tertahankan. Hatinya sakit tiba-tiba. Dia ingat bagaimana sedihnya Jaejoong ketika bicara dengannya kemarin. Bayangan Jaejoong yang menangis masih terekam jelas di ingatan Yunho.
Kemarin... Yunho benar-benar sialan!
"Kenapa dia tak mengatakannya padaku?" Yunho berbisik tajam di sela-sela rasa kecewanya. Sayangnya Changmin mendengar itu. Dia sebagai saksi hidup hanya bisa terbahak miris, menertawakan Yunho.
"Apa yang kau tertawakan?!" Yunho emosi.
"Aku hanya tertawa karena kau lucu. Aku boleh tertawa ketika aku merasa ada yang lucu, bukan?" Changmin balas menatap Yunho. Kali ini dia tidak takut sama sekali.
"Kau!"
"Santai, Jung Yunho! Aku tidak ingin mencari masalah denganmu, tetapi aku ingat dengan baik bagaimana responmu kemarin pada Jaejoong."
Yunho hanya mampu bungkam karena tak bisa menjawab ucapan Changmin. Changmin sedang mengadilinya sekarang. Yunho tak bisa melakukan apapun karena takut Changmin akan tutup mulut mengenai kepindahan Jaejoong.
"Aku..."
"Kau kesal? Kenapa?" Changmin masih senang menggoda Yunho.
"Kenapa ia tak mengatakan apapun padaku soal kepindahannya ini?"
"Hahaha..." Changmin terbahak untuk yang ke sekian kalinya. Anak SD seperti mereka memang harus diajari untuk sarkas. Keluarga pengusaha papan atas harus pintar menggunakan lidah mereka untuk bicara dan menjatuhkan lawan ketika bernegosiasi. Keluarga Shim dan Jung punya kemampuan untuk itu.
"Jung Yunho, dia ingin mengatakan itu padamu kemarin. Tetapi kau mengabaikannya, bahkan meninggalkannya. Kau ingat? Kau sudah membuatnya menangis di hari terakhirnya."
Yunho menegang.
"Katakan, dimana dia sekarang?!"
Changmin mengedikkan bahu.
"Dia hanya datang tadi pagi bersama orang tuanya untuk berpamitan, lalu dia pergi. Entahlah, aku tak tahu kemana perginya Jaejoong. Kau cari tahu saja sendiri."
Yunho bergerak, lalu berlari meninggalkan kelas Changmin. Kakinya melangkah cepat ke ruang guru untuk mencari tahu dimana Jaejoong berada. Ketika langkahnya sampai di depan ruang guru, Yunho benar-benar terlambat. Tak ada Jaejoong di sana.
"Tidak ada yang ketinggalan lagi, Sayang?"
"Tidak ada, Eomma..." Suara itu menyentakkan Yunho. Yunho menoleh, mencari keberadaan Jaejoong.
Ketika Yunho menoleh ke arah parkiran, matanya menatap si Gendut sedang menunduk sedih. Yunho berlari dan berniat menghampirinya. Yunho ingin berteriak, namun dia tak bisa melakukannya.
"Jae..." Yunho berlari kencang. Jantungnya berdegup. Ia menuruni tangga dan berniat mengejar Jaejoong.
"Jaejoong!!" Yunho menjerit ketika anak gendut itu membuka pintu mobil orang tuanya. Si Gendut masuk ke dalam mobil. Mobil itu melaju, meninggalkan halaman sekolah.
Yunho terpaku. Dia terlambat. Benar-benar terlambat mengejar Jaejoong. Anak itu sudah pergi. Jaejoong tidak akan pernah kembali lagi! Yunho menyesal. Lalu air matanya menetes. Ini pertama kalinya Yunho bertingkah seperti anak SD pada umumnya. Yunho menangis. Benar-benar menangis karena kepergian salah satu temannya.
Teman yang dia suka. Teman yang akhir-akhir ini mengusik hidupnya. Yunho benar-benar jujur ketika berada di samping Jaejoong. Namun karena Yunho kesal dengan kedekatan Jaejoong dan Changmin, dia malah menyakiti Jaejoong.
Yunho adalah anak naif yang sok dewasa.
Seharusnya tidak perlu seperti itu. Jaejoong tidak seperti teman-teman lain. Jaejoong tidak ingin memanfaatkan kekuasaan Yunho. Jaejoong hanyalah anak gendut lamban yang ingin menjadi temannya.
"Yunho? Apa yang kau lakukan di sini?" Teman-temannya yang lain muncul.
"Kenapa kau menangis?"
"Yunho?"
Yunho mengabaikan pertanyaan teman-temannya. Anak itu menangis seperti anak SD pada umumnya. Sudah lama sekali Yunho tidak menangis sejak orang tuanya memberikan pelajaran moral keluarga. Jangan pernah menangis, Yunho! Kau hanya boleh menangis ketika tak ada orang di sekitarmu!
Kau harus tunjukkan kekuatan dan kekuasaan keluarga Jung! Ketika kau jatuh, kau tak perlu menangis. Kau hanya perlu memerintahkan orang lain membantumu berdiri, bahkan meski tidak kau minta!
Yunho dididik seperti itu sejak kecil.
Sekarang hanya karena Jaejoong pergi, Yunho tak mampu melakukan apa yang diperintahkan orang tuanya. Yunho jadi anak cengeng, menangis karena kepergian teman yang paling berharga baginya.
"Yunho, apa kau baik-baik saja?" Guru datang dan menghampiri Yunho.
Yunho berdiri, melangkah pelan meninggalkan mereka. Dia pergi dan tak menerima kebaikan yang lain. Yunho terlambat. Jaejoong sudah pergi. Dia pergi!
Changmin menatapnya, mengerjap ke arah Yunho.
"Yunho, kau menangis?" tanyanya.
"Diam kau!" Yunho berteriak kencang meski air mata masih menetes di pipinya. Changmin pernah diberitahu sesuatu oleh guru khusus keluarga Shim.
Keluarga Jung memiliki kemampuan untuk mencuci otakmu, Changmin. Anak satu-satunya mereka sudah mampu membaca laporan keuangan di usia belianya. Keluarga Jung akan selalu ada di atas, Changmin! Anak satu-satunya keluarga Jung sudah punya aura kepemimpinan, Changmin.
Changmin selalu ingat pesan orang tuanya itu. Pasalnya dia juga dipaksa tumbuh seperti Yunho meski dia tak punya kemampuan seperti Yunho. Jarak mereka sangat jauh. Changmin tersenyum lebar. Sekarang dia tahu kalau Yunho juga memiliki kelemahan.
Kim Jaejoong.
TBC
Entah kenapa aku pengen ngakak karena komengan semalem... Ada ena2, mau? Follow aja... kan mau aku privasi. Masih lama tapi... :v
Nggak usah ribet juga, Neng. Gak follow, tp maksa update cepet2. Gak follow, tp bilang gak suka bakso. :v
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top