Chapter 7. Awal Masalah
Yunho marah. Ini pertama kalinya Yunho begitu marah pada seseorang. Dulu meski Yunho membenci seseorang, dia akan tetap mencoba tersenyum. Kedua orang tuanya mengajari Yunho untuk bersikap baik pada semua orang, termasuk musuh. Dengan bersikap baik, Yunho akan bisa mengenali kelemahan lawannya dan BAM! Yunho akan berhasil menguasainya.
Ketika jam istirahat berbunyi, lagi-lagi Jaejoong bertemu dengan Yunho. Anak itu tak bisa menatap Yunho, jadi dia menghindarinya. Jaejoong beralasan kalau dia takut Yunho akan terusik dengan kehadirannya. Namun Jaejoong salah.
"Kau benar-benar tak tahu terima kasih!" Yunho melangkah ke arah Jaejoong dan menunjuk wajah anak itu. Jaejoong terluka dengan tuduhan Yunho, namun bibirnya kelu untuk berkilah.
"Aku tidak pernah peduli denganmu selama ini!" Yunho masih mencerca Jaejoong, membiarkan anak itu menunduk ketakutan.
Changmin bersiap membela, namun bibirnya terkatup rapat kembali. Tatapan Yunho begitu mengintimidasi. Changmin tidak pernah bertemu dengan anak SD yang bersikap seperti Yunho. Auranya sangat tajam, bahkan meski hanya dengan tatapan. Changmin jadi ingat bagaimana keluarga Jung. Sebagian besar dari mereka adalah penguasa. Yunho juga salah satu bibitnya.
"Yun..."
"Anak gendut merepotkan sepertimu memang benar-benar membuatku marah! Setidaknya babi masih lebih berguna daripada kau!"
Jaejoong sudah sering dihina dan diolok. Bahkan kemarin dia dibully oleh Jibum dan teman-temannya. Sekarang Yunho melakukan hal yang sama, namun perasaan Jaejoong terasa sakit sejuta kali lipat. Jaejoong tidak mampu menjawab atau merespon ucapan Yunho.
"Yunho, hentikan!" Changmin mencoba menengahi.
"Jangan ikut campur, Shim Changmin!"
Eh? Bahkan Yunho tahu nama keluarga setiap anak di sekolah ini. Tidak, tidak! Yunho tahu keluarga Changmin karena Jaejoong. Kalau Changmin tidak dekat dengan Jaejoong, mungkin Yunho tidak akan pernah peduli dengannya.
"Yun..." Jaejoong siap membuka mulut, namun Yunho lebih dulu menunjuk wajah Jaejoong.
"Kau tidak akan pernah mengerti karena kau tidak memiliki teman sebelumnya. Aku tahu sekarang kenapa kau tak punya teman!"
Hentikan, Yun! Kau akan menyakiti hatinya.
"Kau bukan hanya terlalu lamban, tetapi juga sanga merepotkan. Kau tak tahu diri, tak tahu terima kasih. Setidaknya anjing lebih baik daripada kau!"
Jaejoong terkejut dengan ucapan bertubi-tubi Yunho yang menyakitkan itu. Dia hanya mencoba untuk tidak menangis sekarang. Kalau dia menangis, maka semuanya akan makin kacau. Yunho pasti akan lebih membencinya.
"Yun..."
"Aku..."
Tidak, Yunho! Jangan katakan apapun lagi! Jaejoong sudah benar-benar terluka karena ucapanmu. Kalau kau melakukannya, Jaejoong tidak akan sanggup menatapmu lagi setelah ini.
Tidak, Yunho! Tidak!
"Aku sangat..."
Jaejoong menggeleng kencang, mencoba menghalau pendengarannya sendiri agar tidak mendengarkan ucapan Yunho dengan jelas.
"Aku sangat menyesal telah mengenalmu. Aku membencimu."
Dan kalimat terakhir Yunho benar-benar membuat Jaejoong putus asa. Anak itu mendongak, menatap wajah Yunho yang terlihat marah. Yunho sudah menyinggung perasaan halus Jaejoong. Jaejoong yang dulu mereka kenal dengan anak gendut cengeng itu sangat perasa.
Kenangan-kenangan manis mulai berkelibat di ingatan Jaejoong. Bagaimana Yunho muncul sebagai teman pertamanya, Yunho yang menungguinya mengerjakan prakarya, atau Yunho yang tersenyum ketika Jaejoong berhasil memperbaiki pialanya.
Kemana perginya kenangan itu, Yun? Kenapa sekarang jarakmu dan Jaejoong semakin jauh? Jaejoong juga ingin kembali seperti dulu. Hanya saja kau terlihat sangat tak sudi. Bahkan menatap Jaejoong saja kau bisa marah.
Kenapa kau berubah, Yun?
"Yun..."
"Apa yang kau bisa selain menangis, hah?!" Yunho membentak. Tak ada satu pun siswa yang berani mengganggu mereka. Bahkan Changmin saja hanya mampu berdiri dan terdiam di belakang Jaejoong.
"Apa aku sudah melakukan sebuah kesalahan?" Jaejoong bertanya takut-takut. Kalau memang itu terjadi, Jaejoong akan segera meminta maaf pada Yunho.
"Salahmu? Kau tidak tahu salahmu?" Yunho bertanya cepat, sedikit menyindir.
Jaejoong mengangguk pasrah.
"Kau benar-benar menjijikkan, Kim Jaejoong!"
Sudah cukup, Yun! Jaejoong tidak pernah berniat mengganggu siapapun. Dia selalu hidup dengan dunianya sendiri. Ketika kau marah tanpa alasan yang jelas begini, Jaejoong tidak akan pernah sadar. Memangnya kau siapa, Yunho?
Jaejoong tidak tahan lagi. Kalau orang lain yang menghinanya, dia bisa tahan. Namun kalau Yunho yang melakukan itu, hati Jaejoong benar-benar hancur. Hingga akhirnya bibir Jaejoong bergerak.
"Yun, mungkin kau bisa berteriak padaku dan menghinaku. Tetapi aku tidak akan pernah menerima tuduhanmu kalau memang itu tidak terjadi. Aku bukan orang yang tak tahu diri, Yun!"
"Lalu apa yang kau lakukan selama ini, Kim Jaejoong?!" Yunho murka. Bagaimana bisa Jaejoong melawan perkataannya begitu?
"Kenapa kau marah?!" Jaejoong balas membentak. Semua mata melotot terkejut dengan bentakan Jaejoong. Ternyata anak gendut itu juga bisa melawan! Ini pertama kalinya mereka melihat Jaejoong semarah itu.
"Kau!"
"Kalau kau tak mengatakan apa salahku dan apa alasan kau marah, aku tak akan pernah tahu."
Hari itu Yunho merasa disentil dengan ucapan Jaejoong yang polos dan apa adanya. Yunho menatap Jaejoong tajam, namun akhirnya dia bungkam. Yunho tidak ingin berdebat dengan Jaejoong lagi, jadi dia pergi. Tidak, bukan karena Yunho tidak ingin berdebat... melainkan karena anak itu tidak mampu menjawab pertanyaan si Gendut.
***
Changmin masih dekat dengan Jaejoong seperti sebelumnya. Yunho masih marah dan enggan bicara dengan Jaejoong. Meski kadang mereka bertatapan, namun Jaejoong selalu menunduk pada akhirnya. Lalu hari itu semuanya berubah lagi.
Jaejoong diusik lagi. Kali ini orang tua Jaejoong juga ikut andil. Mereka mengajak Jaejoong bicara. Ibunya memberitahunya hal yang sangat penting.
"Kita akan pindah, Sayang."
Mata Jaejoong melotot.
"Kenapa, Eomma?"
"Appa dan Eomma memiliki pekerjaan baru, Sayang. Bisnis di sana lebih menjanjikan, jadi kami memutuskan untuk pindah."
Dunia Jaejoong serasa dibalik begitu saja. Anak itu berdiri, menangis, dan menjerit tak terima. Jaejoong sudah bersusah payah beradaptasi di kota dan sekolah barunya. Jaejoong punya teman baru di sini. Meski ada teman yang masih menyakitinya, namun Jaejoong sudah nyaman berada di sini. Ini kota dan sekolah ternyaman selama Jaejoong tinggal.
"Kenapa kalian melakukan ini?" Jaejoong menangis kencang. Kedua orang tuanya kembali menghibur, namun itu tak cukup mampu membuat suasana hati Jaejoong membaik. Jaejoong benar-benar kecewa. Sangat kecewa.
Semalaman Jaejoong tidak bisa tidur. Dia ingin mengatakan pada orang tuanya kalau dia masih ingin tinggal di kota ini dan bersekolah di sini. Hanya saja Jaejoong tidak bisa apa-apa. Rumah mereka masih tetap di sana. Pembantunya masih menghuni dan merawat rumah mereka.
Jaejoong tersentak. Dia harus mengabarkan ini pada Yunho. Ah, kenapa harus Yunho? Jaejoong terpekur seorang diri. Dia ingin menyampaikan kabar ini pada Yunho. Entah apa respon Yunho soal ini. Mungkin Yunho tidak akan peduli dan mengabaikannya.
Jaejoong mencoba mengatakan hal itu pada Yunho keesokan harinya, namun dia tak mampu. Setidaknya Jaejoong ingin berbaikan sebelum pergi. Lalu kaki mungilnya melangkah ke kelas Yunho.
"Yun..." sapanya pelan.
Yunho mendongak malas.
"Apa?" tanyanya cepat.
"Aku ingin bicara sesuatu."
"Apa penting?"
Jaejoong gelisah.
"Menurutku penting."
"Menurutmu penting, tetapi menurutku tak penting!" Yunho masih berkata kasar pada Jaejoong. Jaejoong menelan ludahnya gugup. Air mata tak bisa dia bendung lagi. Air mata itu jebol dan diiringi dengan isak tangis Jaejoong. Jaejoong tidak menjerit seperti sebelumnya.
Jaejoong benar-benar rapuh.
"Ini sangat penting, Yun."
"Aku tak peduli apa masalah pentingmu, Jae!" Yunho berdiri, lalu melangkah cuek bersama teman-temannya yang lain. Yunho tak peduli dengan tangis Jaejoong dan pergi meninggalkan si Gendut seorang diri di sana. Kelak, Yunho akan menyesali sikapnya ini.
TBC
Kalian tahu kan kalau dulu aku suka nulis FF mehrong2? Ini kan FF lama juga, makanya auranya sedih2 mulu. Padahal sekarang aku nulisnya kebanyakan humor. Tapi ff ini... ff ini... *pundung di pojokan* *baper mengingat masa lalu*
Tapi aku seneng dengan sisi melankolisku yg dulu... :D
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top