Chapter 5. Perpisahan TK
Jaejoong pergi ke sekolah dengan kondisi tangan dan bibir terkelupas. Di tangannya sudah ada piala Yunho. Jaejoong bahkan mengelapnya semalam hingga piala itu terlihat jauh lebih bagus dan bersih. Jaejoong melangkah pelan, mencari keberadaan Yunho. Namun anak itu belum datang. Mungkin Yunho akan marah kalau melihatnya nanti. Hanya saja Jaejoong tidak akan menyerah. Dia akan meminta maaf dan berbaikan kembali dengan Yunho. Yunho adalah teman pertama sekaligus teman satu-satunya bagi Jaejoong. Dia tidak ingin kehilangan sosok itu.
Ketika mobil keluarga Jung berhenti di depan gerbang sekolah, Jaejoong bergerak. Dia meraih bungkusan di atas mejanya dan berlari. Dia juga membungkus piala Yunho dengan sangat baik. Meski Jaejoong harus menyita waktu tidurnya untuk itu.
"Yun..." Jaejoong berlari kencang, ngos-ngosan. Tubuh gendutnya tidak bisa berlari cepat.
Yunho menghentikan langkah tepat di depannya. Matanya memindai kondisi Jaejoong. Anak itu terluka. Di jari dan juga di bibirnya.
"Apa?" Akhirnya Yunho bertanya dingin.
Jaejoong mengulurkan bungkusan cantik di tangannya itu. Yunho menunduk sekilas dan menerimanya.
"Aku sudah memperbaikinya, Yun. Bahkan aku juga sudah mengelapnya hingga bersih." Jaejoong mengatakan itu dengan nada bangga. Selain itu panggilan Yunho juga jadi terdengar manis sekali. Yun katanya....
Ketika Yunho membuka bungkusan itu, matanya mengerjap beberapa kali. Jaejoong benar-benar melakukan pekerjaannya dengan sangat baik. Bahkan bekas patahan itu sudah tidak nampak lagi. Jaejoong mengelap setiap inchi piala Yunho dengan sangat baik.
"Apa ini pialaku?" tanya Yunho cepat.
Jaejoong mengangguk.
"Lihat, ini bekas patahannya! Aku tidak membeli yang baru, Yun."
Yunho mengerjap ke arah Jaejoong. Matanya berkaca-kaca. Hatinya tersentuh tiba-tiba. Rasa marah dan kesal yang sempat dia rasakan akhirnya menguap begitu saja. Apalagi ketika melihat bibir Jaejoong mengelupas begitu.
"Bibirmu kenapa?" Yunho bertanya cepat. Jaejoong tersenyum lebar, lalu menggeleng.
"Ini tidak apa-apa, Yun. Tutup lem super yang diberikan pembantuku terlalu keras, jadi aku menggigitnya. Ketika aku melakukan itu, lalu..."
Yunho spontan mengusap bibir Jaejoong.
"Lain kali kau tidak perlu melakukan hal bodoh seperti itu lagi."
Jaejoong mengerjap dan berucap, "Tetapi aku ingin memperbaiki pialamu. Aku tidak ingin kau marah."
"Aku tidak marah lagi."
"Apa kau memaafkanku?"
"Aku memaafkanmu."
Wajah Jaejoong cerah seketika. Yunho tersenyum tipis melihat ekspresi Jaejoong. Dia melangkah ke kelas, mendahului Jaejoong yang masih terpaku dan tersenyum seorang diri di sana.
"Yun, terima kasih!" Jaejoong berteriak di sana, melompat lucu. Menggemaskan sekali! Yunho terkikik dalam hati. Kalau Jaejoong tidak menangis, dia terlihat sangat menawan. Ah, setidaknya lengkingan Jaejoong di kelas itu mulai berkurang sekarang!
***
Beberapa bulan berlalu setelah itu. Jaejoong dan Yunho dinyatakan lulus dari TK. Sebenarnya di TK tidak ada ujian, namun acara perpisahan ala anak TK pasti ada. Apalagi donatur-donatur besar pasti diundang di sana. Murid-murid akan menampilkan pertunjukan nanti, jadi selama seminggu penuh tidak ada acara apapun selain latihan.
"Jaejoong yang akan bermain piano. Kita yang akan bernyanyi." Guru Song muncul sambil tersenyum. Di tangannya ada kertas dengan lagu-lagu manis.
"Seonsangnim, apa Yunho boleh bermain piano denganku?" Jaejoong menunduk malu-malu. Dia tidak bisa bermain di depan orang banyak karena malu.
Guru Song berpikir sebentar, lalu tersenyum lebar.
"Baik, Yunho dan Jaejoong kali ini akan berkolaborasi."
Yunho melongo tak terima. Kenapa sekarang dia harus bergabung dan berdekatan dengan anak gendut ini? Bukankah mereka sudah tak ada urusan lagi? Prakarya hari itu selesai, lalu piala Yunho juga sudah tertata rapi di etalasenya. Sekarang apa lagi?
Yunho melangkah dan duduk di sebelah Jaejoong. Mereka menghadap piano dan mulai memainkan melodi di sana. Anak-anak lain sebagai paduan suaranya.
Seminggu penuh mereka berlatih. Yunho terkagum-kagum dengan permainan piano Jaejoong selama seminggu itu. Ia sulit mengimbangi permainan Jaejoong. Melodi itu seakan sudah Jaejoong genggam seorang diri. Yunho kesal. Kalau Jaejoong bisa memainkannya seorang diri, kenapa dia harus meminta bantuan?
Lalu guru Song paham dengan kekesalan Yunho. Dia dan Jaejoong mendapat bagian masing-masing. Hanya saja Yunho masih kesal. Jemari Jaejoong benar-benar menyihir semuanya. Perpisahan hari itu berlangsung lancar. Para donatur datang, termasuk ayah Yunho. Tuan Jung sebagai tamu kehormatan karena merupakan pemilik sekolah elite ini.
Perpisahan TK hari itu berakhir dan menyisakan para murid serta guru-guru mereka. Para murid diberi dua pin bertulisan nama mereka. Pin itu boleh ditukar dengan murid-murid lain sebagai tanda persahabatan dan kenang-kenangan. Jaejoong terpaku di tengah aula.
Mereka semua sibuk menukarkan pin dengan teman dekat mereka. Jaejoong hanya punya satu pin di tangannya. Dia galau. Dia tidak punya teman dekat seperti itu. Jaejoong benar-benar putus asa.
Lalu matanya menatap Yunho yang sibuk dengan teman-teman lain.
"Yunho, ayo bertukar pin denganku!" Teman-teman yang lain sibuk mengerubungi Yunho.
"Kenapa aku?" Yunho heboh.
"Ibuku pasti akan senang kalau aku bisa menukarkan pinku denganmu."
Oh?
Yunho sudah dibekali pendidikan moral di rumahnya, termasuk etika. Ingat, Yunho! Akan banyak orang bermuka dua di dunia ini. Mereka akan mendekatimu dan memanfaatkanmu. Silakan kau bermain dengan mereka, namun kau harus mampu memegang kendali! Itu yang diajarkan oleh guru moral keluarga Jung.
Ketika Jaejoong berbalik, Yunho spontan memanggil namanya.
"Jaejoong!"
Anak gendut itu menoleh.
"Ayo bertukar pin!"
Murid-murid lain melongo. Mereka heboh. Kenapa Jaejoong? Kenapa Yunho memilih anak gendut itu? Jaejoong masih terpaku di tempatnya dan tak bergerak. Yunho melangkah mantap ke arah Jaejoong, merebut pin di tangan si Gendut, lalu menyerahkan pinnya sendiri ke tangan Jaejoong.
"Yun, ini apa?" Jaejoong tergagap. Dia terkejut dengan perbuatan Yunho. Yunho melakukan hal yang membuatnya terharu.
"Kau tidak mau?"
Jaejoong menggeleng spontan.
"Kupikir kau tidak akan pernah mau menukarkan pinmu denganku." Jaejoong menunduk malu, namun senyuman masih muncul di bibirnya.
"Aku yakin kau enggan menukarkan pinmu, jadi aku yang akan memaksamu."
Jaejoong tidak tahu lagi bagaimana harus merespon semua kebaikan Yunho ini. Jaejoong berkedip sebentar, lalu bibirnya melebar. Jaejoong tersenyum manis sekali.
"Yun..."
"Ya?"
"Terima kasih!"
Hari itu Jaejoong mendapatkan teman pertamanya kembali.
Hari-hari baru Jaejoong dimulai lagi. Mereka bukan lagi anak TK, namun sudah beranjak ke bangku Sekolah Dasar. SD elite milik keluarga Jung juga satu wilayah dengan TK mereka, jadi Yunho dan Jaejoong masih ada di tempat itu meski bangunannya berbeda.
Nasib Jaejoong juga berubah. Yunho bukan lagi teman sekelasnya. Yunho di kelas A, dia di kelas B. Jaejoong tidak punya teman lagi di kelas barunya. Murid lain juga banyak yang berasal dari TK yang berbeda dengannya.
Murid kelas dua dan murid tingkat atas lainnya juga senang menggoda Jaejoong. Jaejoong tidak mengerti kenapa mereka senang sekali menggodanya. Hal yang paling menyebalkan adalah ketika mereka menahan langkah Jaejoong. Kaki mereka terulur dan mengakibatkan Jaejoong terjatuh.
Jaejoong sudah lama tidak menangis. Dia takut Yunho pergi dulu. Jaejoong menahan untuk tidak menangis. Sekarang pun dia mencoba sebisanya. Jaejoong tidak boleh menangis hanya karena candaan jahat teman-temannya. Ibu mengatakan dia sudah besar dan tidak boleh cengeng.
"Gendut, kemarilah!" Kakak kelasnya masih sibuk menggoda Jaejoong. Jaejoong ragu untuk mendekat, namun beberapa orang sudah mendorongnya.
"Pergi sana!" kata mereka.
"A... Apa?" Jaejoong bertanya takut-takut.
"Belikan aku minuman di kantin!"
Eh?
"A... Aku tidak..."
"Kau melawan?"
Para sunbae memang menyebalkan di mata Jaejoong. Dia ingin sekali menangis, namun dia tidak boleh melakukan itu. Kalau dia melakukannya, maka mereka akan semakin senang melakukan ini. Jaejoong pasti kuat. Kuat!
Jaejoong menunduk, lalu mengangguk. Kakinya melangkah ke kantin.
TBC
Sebenarnya ini cerits udah lama banget. Kalau ada yg typo atau melenceng tanda bacanya, maaf... hehehe... mungkin aku kurang konsen pas ngedit... Semoga ada yg suka...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top